Thursday, August 26, 2010

Editorial Edisi Agustus - September 2010

SINODE KE-59 HKI


Tahun 2010 merupakan waktu dimana beberapa denominasi Gereja yang berpusat di Sumatera Utara melaksanakan tugas konstitusi gereja, yakni melaksanakan Sinode. Bukan sekedar Sinode, tetapi merupakan masa “suksesi” kepemimpinan. Puji Tuhan, pelaksanaan Sinode saudara-saudara kita tersebut berlangsung damai, aman dan sukses.


Demikian juga gereja kita HKI, akan melaksanaan Sinode Agung yang akan digelar pada tanggal 11 – 15 Agustus 2010 bertempat di Mikie Holiday Hotel – Berastagi dan Acara Penutupan/ Pelantikan di Gereja HKI Helvetia – Medan. Sinode yang merupakan rapat tertinggi di HKI, selain mengevaluasi kinerja pelayanan dalam periode 2005 – 2010 juga mempunyai agenda utama yaitu: memilih Pucuk Pimpinan, Majelis Pusat, Badan Pemeriksa Keuangan Pusat dan Praeses untuk masa bhakti 2010 – 2015.

Panitia Sinode yang diketuai St. Ir. Marasal Hutasoit yang dilantik pada tahun 2009 harus bekerja keras untuk mempersiapkan segala sesuatunya, secara khusus untuk penggalangan dana. Didampingi Pucuk Pimpinan, panitia menjumpai para Kepala Daerah Tingkat II agar mereka turut berpartisipasi bagi kesuksesan moment penting ini. Mikie Holiday Hotel, dulu digunakan juga menjadi tempat berlangsungnya Sinode ke 58 HKI Menurut Panitia ada beberapa alasan pemilihan tempat ini, tempat-tempat lain yang berada di sekitar Berastagi tidak ada yang mampu untuk menampung dan menfasilitasi pelaksanaan Pesta rohani HKI ini. Disamping itu, menurut panitia; suasana dan iklim yang sejuk di Berastagi sangat mendukung membuat suasana hati menjadi sejuk karena ini merupakan Sinode Pemilihan Pimpinan HKI, dan juga ini merupakan moment dimana HKI berkesempatan menjamu utusan HKI di hotel yang sudah mendapat predikat bintang 5 (lima).


Sebagaimana diaturkan dalam PRT HKI, ada beberapa Pendeta yang telah memenuhi syarat untuk menjadi Pucuk Pimpinan HKI. Berbeda dengan Sinode Pemilihan sebelumnya; sebagaimana diusulkan Panitia Sinode dan telah disetujui Rapat Majelis Pusat, para kandidat harus terlebih dahulu menyampaikan visi & misi nya dihadapan Sinodisten. Sepertinya ini merupakan imbasan dari peristiwa Pilkada di Negara kita. Namun yang menjadi catatan, sering visi & misi yang disampaikan para kandidat Pilkada hanya tinggal diatas kertas. Dan kita sangat berharap, imbasan yang lain yang sudah menjadi rahasia umum pada setiap Pilkada tidak terjadi di dalam gereja kita.


Karena pentingnya tugas dan fungsi Sinode Godang, diharapkan peserta sinode mempersiapkan hati dan pikiran secara matang, tetap bisa menjaga keutuhan HKI dan memelihara rasa persaudaran yang tinggi meskipun berbeda pilihan. Kiranya nalar kita tidak kita biarkan berjalan sendiri tanpa penyertaan Roh Tuhan dalam memilih Pimpinan Gereja-Nya HKI. Mari kita ingat, bahwa kita diberangkatkan dengan doa oleh jemaat kita juga dengan dana yang tidak sedikit untuk keberlangsungan sinode ini agar memuliakan Tuhan.


Harapan kita pelaksanaan Sinode ini juga akan berlangsung damai, aman dan sukses yang didasari oleh iman kepada Yesus Kristus yang mempersekutukan kita dalam satu tubuh.

Selamat bersinode, hasilkanlah Keputusan-keputusan yang bernas yang akan kita laksanakan bersama-sama demi kemuliaan Tuhan, Sukacita bagi umat manusia, kemajuan bagi gereja kita. (Pemred).

Wednesday, August 25, 2010

Evangelium Bulan September 2010

Jamita Minggu 14 dung Trinitatis Tgl. 05 September 2010 Ul. Apostel 10 : 28 - 34 Redaksi

Hidup Rukun Ditengah Masyarakat Majemuk
Pendahuluan:

Petrus termasuk orang yang patuh kepada
ajaran dan ketentuan hukum orang Yahudi. Bagi Petrus orang pilihan Allah hanya orang Yahudi, diluar orang Yahudi semua orang disebut kafir atau najis. Petrus juga taat dalam menjalankan aturan, termasuk tidak boleh makan binatang yang haram. Namun dalam bagian ini Petrus diberi penglihatan oleh Tuhan sesuatu yang lain bahkan berbenturan dengan tradisi keyahudiannya. Namun Petrus lebih taat kepada Tuhan dari pada tradisinya.

Penjelasan


Ada jurang besar antara orang Yahudi dan nonYahudi. Dalam Kisah Para Rasul dan dalam surat-surat di PB, salah satu hal yang membahayakan gereja adalah anggapan bahwa Kristen merupakan subordinat Yudaisme. Atau dengan kata lain, Kristen merupakan agama turunan dari Yudaisme sehingga dinilai lebih rendah. Itulah sebabnya Yudaisme beranggapan bahwa bila orang bertobat menjadi Kristen maka ia harus menjadi orang Yahudi juga. Tentu saja sebelumnya menjalani ritual sunat dan hukum Taurat. Kisah Kornelius sangat penting karena membicarakan isu tentang bagaimana seorang Kristen menjalankan misi penginjilan bagi orang-orang nonYahudi. Ini memang menjadi ganjalan karena anggapan bahwa orang-orang nonYahudi tidak kudus berdasarkan Hukum Taurat.

Sampai kemudian Roh Kudus meyakinkan Petrus bahwa Allah menginginkan dia pergi bersama pembawa pesan dari Kornelius (ayat 11-16, 19-20). Ini mengejutkan. Memang orang nonYahudi yang takut akan Tuhan bukan merupakan masalah. Walau demikian orang Yahudi yang paling moderat pun tak akan pernah mau memasuki kediaman seorang nonYahudi. Mereka dianggap tidak kudus karena belum hidup sesuai Taurat. Maka kontak fisik dengan orang nonYahudi akan membuat orang Ya
hudi menjadi tidak kudus.

Namun karena penglihatan dari Allah, Petrus diyakinkan untuk tidak lagi menjalankan tradisi Yahudi itu. Petrus sadar bahwa pemahamannya selama itu mengenai orang nonYahudi adalah salah. Maka ia kemudian tidak merasakan adanya ganjalan untuk datang ke rumah Korneli
us (ayat 29). Petrus mulai mengerti makna penglihatannya dan menerapkannya dalam hubungannya dengan Kornelius. Hari ini, kita juga melihat Tuhan kita menghilangkan sebuah prasangka yang sudah ratusan tahun tertanam di dalam pikiran orang Yahudi, termasuk para rasul dan murid Kristus sendiri. Prasangka apa? Pandangan yang negatif terhadap bangsa lain. Mereka beranggapan bahwa hanya orang Yahudilah yang menjadi umat pilihan Allah, yang layak mendapatkan kasih karunia dan keselamatan dari Allah. Karena itu bangsa-bangsa lain adalah ‘kafir,’ mereka adalah bangsa yang najis dan tidak boleh didekati. S
etiap hari para laki-laki orang Yahudi mengucap syukur pada Allah yang “tidak menjadikanku seorang kafir ..... yang tidak menjadikanku seorang budak .... dan tidak menjadikanku seorang perempuan.” Selain itu, orang Yahudi juga dilarang keras untuk bergaul dengan bangsa lain, apala
gi menginjakkan kaki ke rumah mereka, itu adalah haram! Prasangka seperti ini membuat mereka memiliki rasa superior yang tinggi, serta mempengaruhi sikap dan tindakan mereka terhadap bangsa lain. Tuhan mau menghilangkan prasangka yang buruk ini. Karena ini adalah pikiran yang salah. Pada sisi lain, prasangka ini secara langsung menghalangi rencana Tuhan supaya Injil diberitakan kepada semua bangsa. Apabila para murid Yesus yang adalah orang Yahudi tidak berhubungan dengan bangsa lain, bagaimanakah mereka dapat memberitakan Injil kepada bangsa lain? Inilah yang dicatat dalam Kisah 10:1-11:18. Dalam International Encyclopedi of the Social Sciences dikatakan bahwa konflik itu timbul sebagai akibat dari persaingan antara paling tidak dua pihak; dimana tiap-tiap pihak dapat perorangan, keluarga, kelompok kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan kelas sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk agama tertentu. Inti dari defenisi konflik di atas adalah “persaingan”, dan mungkin bisa dikatakan bahwa defenisi tersebut hanya dilihat dari satu sisi kacamata saja. Defenisi konflik dapat dikalisifikasikan sesuai dengan akar penyebabnya sendiri. Sebut saja karena kepentingan, perbedaan, status, paham, dan lainnya yang dapat menjadi peluang penyebab konflik. Tidak sedikit pengaruh konflik menjadikan situasi dan keadaan porak poranda dan merugikan berbagai pihak, bahkan tidak jarang meluas menjadi persoalan internal suatu negara. Renungan: Fakta yang tidak dapat terelakkan, bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama, sehingga kita dinamakan masyarakat majemuk. Dalam keberagaman ini tentunya banyak perbedaan-perbedaan yang sering dapat menimbulkan konflik bahkan ancaman. Sesungguhnya, jika kita memandang perbedaan itu sebagai suatu ancaman, maka jadilah ancaman. Namun jika kita memandang perbedaan itu sebagai suatu yang dapat memperkaya, maka perbedaan itu akan tampak indah. Kita tidak bisa memaksakan persamaan itu di semua situasi dan kondisi, misalnya, coba kita bayangkan jika semua orang itu memiliki wajah yang sama, rambut keriting, hidung besar, kulit sawo matang, dapatkah kita membedakan antara yang satu dengan yang lain? Nah, akhirnya perlahan-lahan kita akan mengerti bahwa Allah itu adalah Seniman yang Maha Agung dengan nilai estetika yang tiada bandingannya. Keanekaragaman itu dikehendaki oleh Allah. Seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya” (Kis 10:34-35).
Intinya adalah yang takut akan Tuhan dan melaksanakan kehendak Allah!
“.....tetapi kamu semua adalah satu di dalam Kristus.” (Rom.10:12) Nats ini merupakan perkataan rasul Paulus yang secara tegas menyingkirkan semua perbedaan suku, warna kulit, bangsa, status sosial, dan seksual dalam kaitan dengan hubungan rohani seseorang dengan Yesus Kristus, dapat dikatakan sebagai pemersatu umat ciptaan Allah di mana pun berada dengan latar belakang masing-masing. Semua yang hidup dalam Kristus adalah sama-sama ahli waris dari “kasih karunia, yaitu kehidupan sebagai anak-anak Allah. Karena itu, jangan seorangpun menganggap dirinya lebih penting dari yang lain, tetapi marilah kita saling mengasihi dan mendahului dalam memberi hormat (Roma 12:10). Sebagai umat Kristen, kita perlu memberitahukan yang lain di sekitar kita bahwa kasih Allah tidak mengenal batas. Seperti yang dikatakan di dalam ayat itu, Ia datang untuk memelihara berbagai macam orang. Allah perduli kepada manusia secara umum dan individu; denganNya tidak ada batas walau dengan ras, kepercayaan, warna kulit, kelas, kaya, miskin, gelandangan, atau raja. Saat Kristus matid, Ia menawarkan kasih karuniaNya kepada semua. Ellen White mendukung suatu fakta bahwa Kristus mau menyelamatkan semua. Ia berkata, “Hati Allah menginginkan anak-anakNya di bumi dengan kasih yang lebih kuat daripada kematian. Dengan memberikan AnakNya, Ia telah mencurahkan seluruh surga dalam sebuah hadiah. Kehidupan dan kematian Penebus dan pengantaraan, pelayanan malaikat, permohonan Roh, Allah yang berkerja di surga, dan melalui ini semua, ketertarikan yang tidak bekesudahan dari warga surga, — semuanya dilakukan untuk keselamatan manusia.” Di tengah dunia yang majemuk ini, sangat tidak mudah untuk boleh bersama, hidup dalaminteraksi sosial yang berasal dari keberagaman latar belakang, tapi juga tidak begitu sulit untuk memahami keberagaman itu jika kita memandang satu sama lain sebagai saudara dalam Kristus. Sebab kita telah mengenakan Kristus, maka hidup kita adalah cerminan dari kehendak Kristus. Marilah kita tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lainnya, melainkan memandangnya sebagai satu ciptaan Allah yang utuh untuk dikasihi dan dihormati. Betapa indahnya jika saudara seiman hidup dalam persatuan, diam bersama dalam rukun (Maz 133) sehingga berkat-berkat Allah mengalir dan kehidupan untuk selama-lamanya.Amin.

Jamita Minggu 15 dung Trinitatis
Tgl. 12 September 2010

1 Korint
12 : 14 - 27
Pdt. Suparman Simamora, S.Th

Pendeta Resort Labuhan Batu II


Sada do Hita Dibagasan Kristus Molo nijaha Surat ni Apostel Paulus tu huria Korintus pintor taringot do iba tu angka huria/ruas parbada. Tung suman hian do huhilala tu deba ruas ni huria ni halak Batak. Nang di HKI pe ra. Ai mansai marungkil situtu do Apostel Paulus laho paturehon nasida. Taida ma parbadaan nasida ia nadeba mandok kelompok/sisean ni si Paulus, Apollos, Kepas dohot sisean ni Kristus (1 Kor 1:12). Ganup masipuji jagoanna be, gabe mantat parbolaton di huria. Adong sian nasida namandok namalo do si Apollos marjamita, alai si Paulus dang diantusi marjamita. Sisean ni Kefas mandok hami nahumebat ninna, jala namandok dirina sisean ni Kristus, hami do natumingkos ninna be (1 Kor 1-4). Sandok godang nai dope angka hamaolon diahap Apostel i di huria Korintus. Ndada holan hamaolon parbaritaon i, alai dohot do parbadaan menyangkut dirina sandiri (soal otoritas apostolis). Alai ndang pola pahembangonta I sude dison.

Turpukta on pe tong do sada parsoalan naringkot sipatureon ni Apostel i, ima namarpardomuan tu silehonlehon (karunia/kharismata/kharis). Alani silehonlehon (karunia) diangka ruas ni huria Korintus, gabe masa persaingan diantara nasida. Adong nagabe ginjang rohana ala adong diibana silehonlehon (karunia) marhata sileban, dna. Adong anggapan nasida karunia na di ibana i humebat sian nadidonganna. Ujungna gabe masa kekacauan di huria i. Gabe tu perpecahan do silehonlehon na dinasida I dibahen, ndada tu hamauliaon ni Debata, manang pajongjonghon harajaon ni Debata, manang tu hamajuan ni partondion nasida. Mansai tangkas do dipatorang Apostel i taringot tu silehonlehon i sian mulai bindu 12 on jala diulakhon muse di bindu 14. Alai diturpukta on dipatorang Apostel I do tu nasida marhite sada gombaran ni daging. Huria i, ima daging ni Kristus i (pat ay.27), dipartudoshon Apostel i tu daging namarruas-ruas.
Adong tangan, pat, pinggol, mata, imbuluna, dna. Laos songoni do nang huria i, adong halak Batak, Nias, adong namora, adong napogos, adong nagogo jala adong muse nagalegale. Dos doi sude dibagasan Kristus i. Pinasada ni Tondi ni Debata do i saluhutna dibagasan Kristus i marhite pandidion nabadia (Gal 3:28). Ndang jadi dohonon ni pat i naso masuk daging ibana, songoni nang sabalikna ndang jadi dohonon ni mata naso ringkot pat i (ay.14-17,21). Tabayanghon ma jolo sugari holan imbulu, manang ndang marimbulu. Manang aut sugari gabe jempol sude jari jari ni tangan
dohot pat i, mansai godang do panghurangina. Alai dos songon godang ni ruas ni daging i, laos songoni do nang huria i dibagasan namarsipasingkopan di angka haringkotanna be. Saling mendukung dan melengkapi bagi yang lain.
ndang tubu parsalisian diangka ganup ruas ni daging i, jala hinorhon ni i gabe rap mangae disaluhutna ruas ni daging i (ay. 18-27). Berbeda-beda tetapi tetap satu didalam satu Tuhan, yakni Yesus Kristus.
Ringkot do nang patorangon dison, ia silehonlehon i namarragam do i tahe, ndada holan sada manang dua. Dibindu 12 on adong 9 digoari silehonlehon: marhata habisuhon, parbinotoan, haporseaon, huaso pamalumhon, gogo patupa halongangan, panurirangon, mananda ragam ni tondi, marhata sileban, dohot pajojorhon parhataan I (12:8-10). Boe dope taida di 1 Kor. 12:28-29; Roma 12:6-8; Efesus 4:11. Alai marimbar do tahe dilehon diganup halak silehonlehon I (12:11; pat I Petrus 4:10-11). Tung hira najotjot do Apostel Paulus patudoshon huria i songon sada daging 1 Kor. 12:27; Roma 12:5, laho mandok hasadaon ni ruas ni huria i saluhutna. Jala on do na boi taida sian turpukta on. Hasadaon ni ruas ni daging i ndada holan songon pelengkap sambing alai nasapanghilalaan do jala na rap mangae. Asa botul do sada daging. Halobian ni nasada pasingkophon hahurangan ni nasada nari.
Kenyataanna tong marimbar do angka ruas i, ndang boe dos. Alai ndada gabe perbedaan i nagabe manirang apalagi patubuhon bada manang parbolatan ditongatonga ni angka naporsea. Memang mansai patar do namasa di huria Korintus i dihurianta saonari on. Ndada holan digereja tertentu alai nang antar huria i pe olo do masa nasongon i. Adong semacam kesombongan rohani namenganggap holan huriana i do na toho, Holan dihuriana i do adong Tuhan. Adong pengkultusan nahurang tingkos. Nian ndang terlepas i sian masalah dibagasan gereja itu sendiri. Alai songoni ma
huria i lam dao sian hasadaon i. Narumingkot ima boha do bahenonta asa boe masijaloan angka ruas i diangka hahurangan nang halobianna be. Dungi mamangke i laho pahembanghon harajaon ni Debata. Tung pe adong silehonlehon alai dibagasan dame ma tongtong (14:33) jala marruhut nadenggan jala maratur (14:40). Gereja di portibion ndang sedang berkompetisi dengan menyalahmanfaatkan silehonlehon na diibana songon nanipamerhon ni deba huria ditongatonga ni hakristenon sinuaeng. Dengan sangat picik memahami seolah-olah karunia itu hanya sebatas bernubuat, muzijat dan penyembuhan. Hape haporseaon, asi ni roha, haburjuon, holong, dna pe silehonlehon (karunia) do nang i. Alani do umbahen dipasingot si Paulus huria Korintus mandok nalaho salpu do angka i sude alai sada do na hot ima holong (bind. 13). Alani holong do narumingkot jala gabe tanda ni haporseaonta. Molo adong tubu holong namasihaholongan diangka ruas i, ido nadumenggan unang persaingan diangka ruas i. Asa sian on dapot tandaon ni halak hamu natutu siseanhu, ninna Tuhan Jesus tu angka siseanna i: Molo masihaholongan hamu ! (Johanes 13:35).. Amen Jamita Minggu 16 dung Trinitatis Tgl. 19 September 2010 P o d a 23 : 22 - 26 Pdt. Mangaliup Simanjuntak, S.Th Pendeta Resort Jakarta II Pasangap Natorasmu Hamu angka dakdanak, sandok pangoloi ma hamu di natorasmuna, ai i do dihalomohon Tuhan i Kolose 3:20 1. Patujolo Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) nunga jotjot tabege di ombas naeng on. Jala na gabe korban na parjolo sahali i ma angka parompuan dohot dakdanak di tongatonga ni ruma tangga. Hinorhon ni godang ni kekerasan i gabe adong ma LBH Advokasi untuk Perempuan Indonesia dan Keadilan (APIK) dohot Lembaga Swadaya Mayarakat (LSM) na marsada tu Jaringan Kerja Advokasi Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Jangka PKTP) laho paradehon RUU anti Kekerasan Dalam Rumah tangga (KDRT). Ia tujuanna i ma laho manjaga hadengganon, hasadaon ni ruma tangga, hadengganon / hasadaon ni ruma tangga tung boi rimpas molo sude anggota keluarga sadar taringot tu hak dohot kewajibanna, ndang adong nanggo sada anggota keluarga na patujolo gogo manang marlomolomo. Hasadaon / hadengganon ni sude anggota keluarga i ingkon dipeakhon tu posisi ni na sada tu nasada sama rata. Isarana Ama dohot ina ingkon satahi saoloan, ianakhon dohot na tuatua saling manghaholongi, jadi ndang adong nanggo sada pe na so mandapot hinadenggan di tongatonga ni keluarga i. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi mandok “ na tuatua ingkon markomunikasi na denggan tu ianakhon “sotung ianakhon pola gabe mabiar tu na tuatuana. Molo ianakhon ndang boi “ curhat” tu natuatuana gabe patubu “rasa frustasi dotu dakdanak i,”.

Hombar tusi ma Barita Na uli tu tanggal 19 September 2010 sian Poda 23:2
2-26 dohot topik minggu Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1. Anggiatma ni marhite turpuk on dapot tongtong hadengganon di tongatonga ni ruma tangga manghorhon pasupasu sian Debata Jahowa di ganup keluarganta be.
Buku Poda na marjudul hata Heberna misyle. Misyle syelomoh, Poda ni si Salomo (1:1). Buku Poda on, ima na gabe panduan ngolu tu ngolu na marhasil. Ngolu na marhasil di rumahtangga na ingkon parrohahonanna do buku Poda on, ai kurikulum sekolah habisuhon na rimpas ima parngoluon i do. Angka na tumua di tongatonga ni na humaliang jotjot mambuat parsiajaran sian pengalaman hidup gabe boi mangajarhon habisuhonna. Nasida hundul do di pintu gerbang kota (1:21) jala mangalehon hata poda tu na lewat sian pintu i. Asa molo sasahalak na lomo rohana gabe bisuk, na ingkon mardongan ma ibana tu na bisuk (13:20) manang maringanan di bagas ni na bisuk i, alana molo marsiajar taringot tu bisuk na ingkon do ibana gabe sisean (murid). Laos hata kunci di proses belajar ima sude pandohan: perintah, teguran, koreksi.

2. Tangihon ma natorasmu
Sada hasomalan di tongatonga ni keluarga di Israel ima na toras boru mangajarhon moral sahat tu usia remaja jala na toras baoa mangajarhon habaranion dohot ugamo Asa na toras tung andul do laho manontuhon anakna gabe anak na martua . Dison ma hata poda tung mansai ringkot dipabotohon na tua tua tu ianakhon di tingki rap di bagas jabu. Songon na somal ujui di patupa, Ia uju i rap do sude mangan hundul di rere jonok tu pangalompaan, asa dung simpul mangan dison na tua tua mangelehon angka poda tu ianakhon asa gabe anak na bisuk jala na marroha tarpasupasu sudena (5 Musa 6:4-7). Keberhasilan ni natuatua laho mangajari ianakhonna molo natuatua i parjolo sahali olo diajari Debata marhite Hatana na Badia i, asa di tingki mangajari ianakhonna marhadomuan tu Hata ni Debata gabe dakdanak i lam solhot jala holong tu Debata Natoras na marsangkap laho mendisiplinkan ianakonna mansai patar doi jelas di ganup tingki manghatai di jolo ni ianakhonna, jala manyadari ia pandohanna na ingkon pataridahon arah, panimbangion dohot poda. Angka on ma na porlu sahali asa dakdanak i disiplin, ai disiplin menurut Betty N. Chase dilapati do i songon latihan na mengembangkan kontrol diri. Disiplin sian hata “Disciple” lapatanna sisean/ murid manang jolma na sedang marsiajar. Jadi di disiplin lapatanna sedang dimuridkan manang sedang dilatih asa margogo mangontrol manang mengendalikan diri. Mangalehon disiplin tu dakdanak memang ndang ulaon na mura i, ai marhadomuan do i tu sude ngolu ni na tuatua i sandiri. Na ingkon na tuatua i sandiri do parjolo sahali mangkanguluhon na gabe sitiruaon asa ditiru angka dakdanak i ibana. Molo sada ama jotjot lalutangan tu ina parsinondukna, aha ma pengaruhna tu iankhonna molo ina i muse mamukul i ianakhonna i ala anakna i mamukuli ibotona? Olo do anakna i manjolo poda molo didok paboa ibana ingkon marsiajar paintop rimasna? Ngolu ni na tuatua olo do ndang pataridahon sorminan tu ngolu ni ianakhonna, ndang sadalan hata tu na niulahonna. Olo do sipata na tuatua mangkatahon unang marbada ho tu hahaanggim manang tu ibotom hape na tuatua i olo marbada dijolo ni ianakhonna jala ndang maila. Na tuatua olo do ndang sadar holan na mamarenta ndang mangalehon contoh tu anakhonna. Jadi disiplin diri sendiri ima syarat na porlu andorang so mendisplinkan anak-anak. Jala na porlu sahali muse i ma na torasna dipasangap ni ianakhonna. Menurut James Dobson mansai porlu tu dakdanak laho pasangaphon natoras ai hubungan on na gabe dasor tu pangalaho tu sude jolma. Pandangan manang pendapat anak taringot tu wewenang orang tua gabe batu parsuhi do i tu pandanganna taringot wewenang di parsikolaan. Molo na tatoras marsangkap asa anakhonna parsidohot mangulahon tata nilai na diajarhon , maka orang tua ingkon pantas dipasangap anakhonna. Anakhon na so pasangaphon natorasna manang beha pe ndang olo i manjalo poda sian natorasna. Alani i, na toras ingkon menghargai anakhonna jala anakhon pasangap na tuatuana. Sada ina na sai jonjot meremehkan jala pailahon anakna di jolo ni donganna dakdanak ndang boi pangidoonna asa anakna i pasangaphon na torasna. Sada ama bersikap sinis jala jotjot menyakiti molo mengkritik anakhonna ndang boi haraphonna asa anakna i pasangap ibana Alani i taparrohahon ma mangkaholongi na sada tu nasada.

Parrohahon ma molo sada halak naung ganjang umurna na mangaramoti suansuanan bunga mawar na hinalomohonna i. Na pasti pangkasaonna ma, lehononna pupuk jala sai tongtong dipamanat bunga mawar i. Parrohahon ma sada anak remaja na sedang lomo rohana tu motorna (Honda) parrohahon ma tingki na dipasuda ibana laho mengaguminya, mencuci, merawat dan menyetel mesinya. Songon ima na tuatua manghaholongi anakhonna, Na tuatu
a i ingkon parade tingki laho menghargai dohot mamparrohahon anakhonna. Tingki dohot kwalitas na nilehonna na gok holong pataridahon penghargaan na nilehonna tu anakhonna. M. Scott Peck mandok ia perasaan dihargai mansai porlu tu kesehatan mental jala batu parsuhi tu disiplin diri.

3. Pasonanghon natuatua gabe motivasi asa marbisuk.
Natoras naung mangulahon kewajibanna tu ianakhonna, marmudumudu, manghaholonngi jala pagodanghon anakhonna di bagasan las ni roha, hatuluson ni roha jala mangajarhon moral dohot ugamo, dihalojahon mangalehon na dumenggan tu anakhonna asa masa depan ni anakhon i nian denggan jala dihalomohon Debata. Jala taingot ma holong dohot halojaonna i ndang tarbaloshon ni ianakhon i. Alani i ma molo ianakhon manghalojahon mangulahon na dumenggan tu natorasna, aha ma na di haraphon ni na tuatuana i? Parjolo, sude do na tuatua manghalomohon asa anakhonna burju jala sangap tu na torasna di tingki sadiharipe (ayat 22). Paduahon, Sude do natuaatua marlomo ni roha marnida anakhonna mangolu dibagasan habonaron, marbisuk jala marroha (23). Na dua i ma na boi mambahen las roha ni na tuatuana. Dua ayat (24,25) dipake laho menggombarhon las ni roha ni natuatua na maranakhon na songon i. Na gabe boi do i tarida molo dakdanak i mangalehon roha tu Debata jala manghalomohon dalan ni Debata (26), gabe diantusi ibana ma songon dia mangalehon roha tu natorasna Ndang apala dipangido natuatua i sasintongna panghidoan na so patut sian hita. Holong nasida tu hita ima holong na polin, jala ndang apala dituntut “balas jasa”. Alai ndang pe songon i, ianakhon berkewajiban laho patupahon na dumenggan laho pasonangkon roha ni nasida. Alani i tapasonang ma roha ni natuatua marhite angka ulaon na sintong jala mabiar maradophon Debata dibagasan holong dohot pasangaphon nasida Kekerasan Dalam Rumah Tangga pe songon na nihabiaran ni torop jolma ndang be adong be di tongatonga ni keluarga i, molo landasan ni keluarga i di bagasan goar ni Debata. Amen

Jamita Minggu 17 dung Trinitatis
Tgl. 26 September 2010

Johannes
8 : 1 - 11
Pdt. HTF. Simamora, S.Th

Pendeta Resort Lintong Nihuta


Palao Roha Nasai Marnida hasalaan ni Dongan

1. Patujolo
Mansai koras do panghataion ni Tuhan Jesus dompak halak parise di turpuk on. Di sada pangalaho taida, tangkas do di patorang Ibana, asa sai jumolo nian jolmai marsorminan tu dirina asa didok sidohononna manang barani mamunten angka donganna. Godangan memang jolma sai holan manghata donganna hape ndang diboto dirina lobi parah sian nanidokna i; angka halak sisongonon ma na ni kaunter ni Jesus di turpukon.

II. Hatorangan ni turpuk

l. Dolok Jetun maringanan ndang sadia dao sian Jerusalem. Mangihuthon angka pande bisuk sian punsu ni dolokon tangkas do boi tatapon huta Jerusalem. Di hatiha i, mansai sonang jala aman do di dolok i, Tuhan Jesus pe jot jot do ro tu dolokon. Diturpukon sian dolok Jetun sogot manogot i, nunga tuat Jesus laho tu Bagas Joro, disi ma Ibana mangajari angka natorop i.


2. Somalna sai dipaihut-ihut angka na torop i do Jesus umbege HataNa, lumobima naeng marnida angka halongangan pinatupaNa. Di patupa Jesus ma mangajarhon Barita Nauli lam martambatamba ma natorop i mananginangi. Ditingki sisongoni ditogihon siboto surat dohot halak Parise ma sada boruboru na targombang (Perempuan yang kedapatan berbuat zinah) tu adopan ni Jesus, huhut dipajongjong diadopanNa. Ihut didok nasida:”Guru namarlangka pilit do boruboruon, gabe tardapot. Didok patik ni si Musa patingganghononhon batu tu angka sisongon i, ia Ho dia ma pandapotMu?”


3. Molo tapamanat sungkun-sungkun ni Parise nang siboto surat i memang botul-botul jebakan do tu Jesus. Niat nasida naeng mandabuhon Jesus do, marhite aturan-aturan naung masa, Laos marhite i asa boi ditekan Ibana marhite aturan agama naung berlaku masyarakat sipil. Dibagasan sungkun-sungkun i nanaeng hantus botoon nasida ima; Beha do sikap ni Jesus taringot tu patik ni si Musa. Naeng dipaksa nasida do Jesus mambahen sada haputusan (sikap) tu sada boruboru natargombang tu joloNa. Penyakit sosial songonon mansai sihasogohonon do di nasida. Taida uhumanna pe naung dipasomal nasida hombar tu patik i ndang tanggung-tanggung; patingganghononton batu (didangguri marhite batu sampe mate; 3 Musa 20:10).


4. Diboto Jesus do nadiroha ni halak Parise nang siboto surat. Ndang masuk ibana tu jebakan pinatupa nasida. Ndang pintor dialusi ibana sungkun-sungkun i, baliksa dipatorang diturpuk on unduk Jesus huhut dipaula Jesus do manurati tu tano. Marhite i boi idaonta; Marsak do Jesus marnida pangalaho ni siboto surat i, na ro tuadopanNa holan nanaeng mangunjuni asa adong dalan nasida mangaluhon Jesus asa hona uhum. Tungki rohaNa marnida sikap nasida naso boi marnida Hatiuron manang Barita Nauli nabinoanNa. naung mansai godang angka halongangan pinatupaNa namambahen malua jolma sian sahit nang angka hagogoon ni sibolis. Tartutup do mata ni halak Parise marnida i, nda holan dalan nanaeng manguhum do dipingkiri nasida. Luhut namasai hinorhon dianggap nasida Jesus saingan bahkan alona.


5. Ndang dipatorang dison aha nasinuratan ni Jesus di tano i. Alai na jelas unduk do Ibana huhut manurati. Ndang sabar be angka Parise i marnida, mungkin diroha nasida songon naso dipardulihon Jesus pandohanna. Jadi didatdati ma mandok taringot tu boruboru na targombang i tu Jesus. Dipadirgak Jesus ma diriNa huhut didok: “Manang ise sian hamu naso mardosa, ima jumolo manigganghon batu tu ibana. Dungkon ni i dipaunduk muse huhut manurati tu tano.


6. Balik do sian panghiriman ni Siboto surat alus ni Jesus. Sungkun-sungkun dialusi dohot sungkun-sungkun. Sasintongna ndada pola namaol alusan nasida sungkunsungkun i. Soalna molo dialusi gabe tarida ma sahitna be. Ala tangkas do diboto nasida, luhut do nasida nunga mardosa. Bahkan mungkin dosana olo do umbalga sian boruboru natargombang i, ido umbahen mangkohom sude. Bagas situtu do alus/sungkunsungkun ni Jesus i mambahen ingkon marpingkir huhut mamereng tu dirina be (intropeksi diri) sude naumbegesa. Sian Silang nabadia i pe haruar do hata ni Jesus marsuru jolmai asa intropeksi diri namandok: “... dirim ma tatangisi..”.


7. Marbilang-bilang urur ma sude na torop i, unduk be ma nasida marningot /marnida pangalahona be. Dipinsang panggora ni rohana be ma dirina, diboto tangkas pardosa do ibana sian hatutubuna lumobima dipangalahona siap ari. Laho be ma na torop i sada-sada alai jumolo ma angka sintua i. Situasi i patuduhon keberhasilan ni Jesus patupahon jalan keluar sian permasalahan nabalga so pola adong terjadi debat kusir naso marlapatan, bahkan ndang pola sampe terjadi lalu tangan manang pertumpahan darah.


8. Tading ma holan Jesus dohot boruboru natargombang i, siala nunga laho sude natorop i. Dipadirgak Jesus ma musengani mandok: “Didia do nasida inang? Ndang adong namandok uhumna tu ho? Di namasaon boi idaonta na olo do Tuhan Jesus padirgak diri nang pe boruboru na targombang diadopanNa. Jesus do gok hamuliaon nang habadiaon rade do manghatai tu halak naung mansai hina (naso marlapatan) diadopan ni jolma. Ndada holan haradeon manghatai lumobima haradeon paluahon uhuman. Ndang diuhum Jesus ibana disuru do laho, dohot pesan asa unang be diulahon mardosa. Halak na ro tu Jesus nang pe ala na so sengaja songon na diturpuhon tong do hape olo Jesus manjanghon huhut paluahon uhuman. Apalagi ma hape na ro tu Jesus dohot sengaja sian nasa roha ate-ate nang pingkiran; pasti do paluaonNa.


IIL Panimpuli

1. Diboto Jesus do aha pe na dirohanta, asa taihuthon ma Ibana dingoluntaon sian nasa roha, ateate nang pingkiranta. Ibana naung patupa dalan hangoluan nang haluaon, masihol do diharoronta.

2. Marsak do Jesus marnida halak nasai holan mangalului, sahit manang hasalaan ni donganna. Tagonan jumolo bereng dirim asa dok sidohononmu tu halak. Ido napinaingot ni Tuhan Jesus namandok:”Aha ma pola pabereng-berengonmu silbaksilbak na di mata ni donganmu; la nasa tiang na di matami ndang diantoi ho”. (Lukas 6:41).
3. Molo ro angka panggunturi tu hita porlu do adong ketenangan mangadopisa. Unang pintor gosogoso. Taida sikap ni Jesus mangadopi angka siboto surat nang Parise i. Lambok do rohana, denggan nang pangkulingna mampanghorhon gabe boi do natorop i manada dirina lumobi marnida hasintongan nanidok ni Jesus.

Berita Kegiatan Edisi Agustus-September 2010

PESTA PEMBANGUNAN HKI RESORT KHUSUS SIMPANG PADANG DURI

Dilandasi semangat kebersamaan dalam persekutuan di Jemaat dan semangat untuk merampungkan Pembangunan Gereja, pada hari Minggu 16 Mei 2010 kembali dilaksanakan Pesta Pembangunan di HKI Simpang Padang Duri.

Acara diawali Ibadah Minggu yang dilayani Sekretaris Jenderal HKI, Pdt. R. Simanjuntak, BD (Pengkhotbah), Agenda oleh : Pdt. M. Lumban Gaol, STh (Ka.Dep. Marturia), Doa Syafaat oleh Pdt. Jamtwonight Sipahutar, STh dan Song Leaders oleh Pdt. Lamsihar Manalu, STh, Pdt. Manonggor Hasibuan, STh, Pdt. Berton Silaban, STh. Dalam Khotbahnya yang mengacu dari Hakim-hakim 10:10-16, Sekretaris Jenderal menyampaikan bahwa berkat dari TUHAN Allah selalu diberikan kepada orang Percaya. Sehingga sudah selayaknya semua orang percaya bersyukur setiap saat. Salah satu cara mengungkapkan syukur adalah mendukung pelaksanaan program Gereja seperti perampungan Pembangunan Gereja di Simpang Padang Duri. Itu adalah demi kepentingan semua warga jemaat, karena itu semua jemaat harus berpartisipasi baik melalui doa, materil, pemikiran dan tenaga.

Setelah Acara Ibadah yang berlangsung Acara dilanjutkan dengan acara Kata-Kata Sambutan yang disampaikan a.l : Mewakili Panitia : M. Hutahaean, SH (Ketua I) Mewakili Undangan : St. Ir. Erwin Napitupulu Usai Kata Sambutan, acara dilanjutkan makan siang bersama sambil lelang makanan/minuman. Dilanjutkan dengan acara tor-tor oleh Rombongan Sekretaris Jenderal, Panitia, dan undangan dari rombongan Jemaat HKI maupun Gereja Tetangga/Undangan yang hadir dan kemudian Acara Pemberian Cendera Mata dan lelang. Pdt. Lamsihar Manalu, STh (Pendeta Resort Khusus Simpang Padang Duri) disela kegiatan menyampaikan kepada Redaksi bahwa pada pesta pembangunan HKI tahun ini (2010) lebih memfokuskan partisipasi dari jemaat HKI di Ressort khusus ini, salah satunya yaitu dengan pemberian cenderamata. Ini diharapkan salah satu cara membantu meningkatkan rasa memiliki dan kecintaan dari Jemaat terhadap Gereja HKI secara khusus di HKI Simpang Padang Duri. Dan 50 orang lebih dari 168 KK anggota keluarga HKI ditambah donateur-donateur di luar jemaat HKI dengan berbagai latar belakang ekonomi sangat antusias untuk memberikan sebahagian dari apa yang mereka punya kepada gereja.

Susunan Kepanitiaan Pesta Pembangunan a.l :
· Ketua I : M. Hutahaean, SH · Ketua II : A. Aritonang · Sekretaris I : S. Hutasoit · Bendahara : R. Br. Silaban Di dukung Seksi-seksi a.l : · Seksi Dana : J. Hutapea (Koordinator) · Seksi Perlengkapan & Dekorasi : TC. Aritonang (Koordinator) · Seksi Konsumsi : H. Silaban (Koordinator) · Seksi Undangan : Hendra Manik (Koordinator) · Seksi Tamu : Ny. Manullang/Br. Malau, dll · Seksi lelang : T. Siagian (Koordinator) · Seksi keamanan & Parkir : S. Sihombing (Koordinator) · Seksi Acara/Protokol : Pdt. L. Manalu, STh, dll

Hadir dalam Ac
ara a.l : Sekretaris Jenderal HKI, Pdt. R. Simanjuntak, BD & Ibu, Pdt. Benjamin Saragih (Res. Bukit Baterem), Pdt. Manonggor Hasibuan, STh (Res. Okuli Babusalam), Pdt. Nurdia Hutasoit, STh (Res. Sebanga-Duri), Pdt. Berton Silaban, STh (Res. Kandis), Pdt. J. Sipahutar, STh (Res. Batu Aji) Pdt. Mangampu Sipahutar, STh (Res. Bagan Batu), Pdt. Darwin Saragi (Res. Kota Bani), St. Ir. Erwin Napitupulu (Jakarta), Ir. D. Rajagukguk (Res. Batu Aji Batam), dan Jemaat HKI dari Resort Okuli Babusalam, Resort Sebanga-Duri, dan Undangan dari HKBP Simpang Padang Duri.

Acara berjalan dengan lancar dan berakhir sekitar jam 6.30 sore. Dari hasil Lelang, Pemberian Cenderamata, tortor diperoleh hasil Pesta Pembangunan sebesar Rp. 174.120.000,-. Diharapkan jumlah ini masih bertambah dengan jumlah-jumlah undangan yang belum masuk. Diakhir Acara Panita Pesta Pembangunan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan Acara. Rangkaian kegiatan kemudian ditutup dengan Doa oleh Sekjend HKI, Pdt. R. Simanjuntak, BD. Kita doakan dan dukung kiranya Pembangunan Kerohanian, karakter dan sarana-prasarana di HKI Resort Khusus Simpang Padang Duri tetap semakin meningkat demi kemuiliaan Tuhan Yesus Raja Gereja. Tuhan Memberkati (Disarikan dari Berita Kiriman Pendeta Ressort Khusus Sp. Padang Duri :L Pdt. L. Manalu, STh & Hendra Manik-Panitia Pesta). [redaksi]

Pesta Pembangunan, Peletakan Batu Pertama Dan Peresmian HKI Marturia, Gurilla Res. Asuhan Stadion

Sebagai salahsatu buah dari Tahun Marturia 2010, telah berdiri satu jemaat baru di Pematang
siantar. Meski baru mengadakan Kebaktian Perdana pada tanggal 18 Mei 2010, prakarsa untuk mendirikan gereja segera disikapi Praeses Daerah I yang disambut dengan antusias warga HKI di Daerah I Sumatera Timur I. Praeses HKI Daerah I bersama Pelaksana Pimpinan Jemaat HKI Marturia (St. P. Lubis) beserta para Panitia segera beraudiensi kepada Pucuk Pimpinan.

Atas arahan Ephorus ditetapkan pelaksanaan Pesta Pembangunan sekaligus Peletakan Batu Pertama sekali
gus Peresmian jemaat baru tersebut pada acara Kebaktian Minggu tanggal 30 Mei 2010. Seluruh Panitia yang diketuai D. Saragi dengan Ketua Pelaksana St. DM. Siregar (HKI Pantoan) harus segera bekerja keras untuk mempersiapkan acara itu, karena hanya diberi waktu dua minggu. Puji Tuhan, pelaksanaan Pesta tersebut berjalan lancar dipimpin oleh Ephorus HKI bersama dengan Praeses Daerah I Sum. Timur I. Acara tersebut dihadiri sekitar 300 warga jemaat dari wilayah pelayanan Daerah I dan dimeriahkan sumbangan Koor: P.A. HKI P.siantar (jl. Melanthon), P.A. HKI Martoba, P.A HKI Stadion, P.W. HKI Juma Saba, Simpang dua. Pada kesempatan itu turut hadir para Pendeta HKI: Pdt. H. Simangunsong, BD, Pdt. J. Simanjuntak, S.Th, Pdt. N. br. Simarmata, Pdt. M. Lumban gaol, S.Th, Pdt. H. Purba, S.Th, Pdt. EJP. Simanullang, S.Th, Pdt. H. Simangunsong, S.Si, Pdt. M. Hutasoit, M.Th. Pada Acara Pesta tersebut, Drs. Marihot Gultom Pimpinan LSM Futasi sebagai pengelola wilayah tersebut menyerahkan Surat Penyerahan Tanah untuk pertapakan Gereja HKI seluas kurang lebih 900 m2 kepada Pucuk Pimpinan HKI. Dan atas partisipasi semua pihak terkumpul dana Rp. 35.000.000,-. Kini diatas tanah tersebut sudah dimulai pembangunan gedung Gereja HKI Marturia dengan ukuran 12 x 20 m. Pada minggu terakhir bulan Juni hingga sekarang telah dimulai dengan membuat pondasi dan tiang. Mengingat dana yang sangat terbatas (yang terkumpul ketika pesta), masih diharapkan sumbangan/bantuan dari semua pihak sehingga gedung tersebut diharapkan telah dapat digunakan dalam tahun ini.

Bagi yang tergerak untuk membantu dapat menghubungi Pelaksana Guru Jemaat (St. P. Lubis 081397140031 atau Ketua Pelaksana St. DM. Siregar 081370792442). (red)



Facilitator Training Workshop (FTW)

Sesuai dengan Surat Undangan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) No. 445/V.8/2010 tentang Lokakarya Fasilitator Training Workshop (FTW) yang ditandatangani Fasilitator SYIS Pdt. Dr. MSE Simorangkir (Bishop GKPI) pada tanggal 15 April 2010 kepada Pdt. Edwin JP. Simanullang, STh untuk mengikuti Training Fasilitaor Sharpening Your Interpersonal Skils yang diadakan pada tanggal 23-30 Mei 2010 di Tabo Cottages, Tuktuk, Samosir. Maka Pucuk Pimpinan HKI, Ephorus: Pdt. Dr. B. Purba, merekomendasikan saya untuk mengikuti Training FTW tersebut. Dengan bermodalkan surat tugas No. 110/PP HKI/DU/V/2010 tanggal 17 Mei 2010 saya berangkat mengikuti workshop tersebut.

Puji Tuhan dengan doa Pucuk Pimpinan dan Keluarga, saya dalam keadaan sehat-sehat disana selama mengikut kegiatan dan akhirnya terpilih menjadi salah seorang Fasilitator SYIS yang dibuktikan dengan sertifikat yang diterima dari Jim North (International Training Partner). Bagi bapak/ibu/sdra yang ingin mendapatkan informasi tentang SYIS silahkan menghubungi kami di Kantor Pusat HKI. Tuhan Memberkati (EJPS).



SOSIALISASI MANFAA
T TEKNOLOGI INFORMASI BAGI PELAYANAN GEREJA

Di era Informasi saat ini, dimana hampir semua aspek aktifitas sosial terkait dengan Tehnologi Informasi seperti Internet. Sehingga sudah sewajarnya Gereja menggunakan Tehnologi Informasi (TI) baik untuk mendukung pelayanannya maupun melakukan fungsi sebagai garam dan terang di bidang TI. Pemahaman inilah yang kemudian dikembangkan oleh Pucuk Pimpinan, agar Gereja HKI semakin menjadikan Teknologi Informasi sebagai pendukung pelayanan bukan malah tertinggal dan bahkan membiarkan dirinya gagap teknologi.

Salah satu upaya yang telah dilakukan Pucuk Pimpinan adalah beberapa tahun belakangan ini secara konsisten telah diberik
an sosialisasi Peranan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Gereja yang telah diberikan kepada Praeses dan Calon Pendeta HKI. Hal ini kemudian di tindaklanjuti ketika Sekretaris Jenderal HKI – Pdt. R. Simanjuntak, BD didampingi Pdt. M. Saragi (Praeses Daerah I Sumatera Timur I) dan Pdt. Happy Pakpahan (Sekretaris Eksekutif Pucuk Pimpinan) menerima kehadiran Bapak Simson Harry G.M Tampubolon dan Baik Gultom dari PT. Telkom Indonesia – Area Sumatera Utara, pada hari Jumat, tanggal 30 April 2010. Pada Pertemuan ini didiskusikan bersama bagaimana peranan TI dalam pelayanan Gereja saat ini. Pdt. R. Simanjuntak, BD (Sekretaris Jenderal HKI) didampingi Pdt. Happy Pakpahan menyampaikan gereja HKI beberapa tahun terakhir ini telah berusaha memamfaatkan TI lebih fokus lagi melalui pengembangan Web Kantor Pusat (www.hki-online.or.id), Web Panti Asuhan Zarfat ( www.zarfat.de), Web Blog Majalah Bina Warga (http://binawargahki.blogspot.com ) serta pengambangan komunikasi melalui email baik kepada mitra didalam maupun luar negeri. Untuk komunikasi surat menyurat, TI membuat dari segi efesiensi dan dana sangat membantu penghematan anggaran dan waktu. Untuk itu saat ini mau tidak mau setiap Pelayan harus mengenal TI dan mamfaatnya bagi pelayanan. Kesadaran ini akan memotivasi mereka untuk mau belajar dan memakai sarana TI dalam pelayanannya. Simson Tampubolon (yang juga adalah Parhalado di HKBP Pabrik Tenun Medan) juga menceritakan bagaimana pelayanan dan visinya tentang TI bagi pengembangan Gereja yang secara garis besar mengungkapkan banyaknya mamfaat yang didapat jika Gereja menjadikan TI sebagai penunjang pelayanan. Lebih lanjut disepakati bahwa langkah konkret awal adalah mengadakan sosialisasi mamfaat TI bagi pelayanan Gereja di Daerah I Sumatera Timur I.

Pada hari Selasa, tanggal 4 Mei 2010, usai Sermon Daerah di Ruang Sermon Daerah I, diadakan Sosialisasi Mamfaat Teknologi Informasi dalam Pelayanan Gerejawi yang dibawakan Simson Harry G.M Tampubolon (PT Telkom), Baik Gultom (PT.Telkom) dan Pdt. Happy Pakpahan (Kantor Pusat HKI). Sosialisasi yang dihadiri sekitar 30 orang Pendeta-Guru Jemaat-Calon Pendeta di Daerah pelayanan Siantar-Simalungun ini berlangsung interaktif.

Dalam Presentase nya, Simson Tampubolon menyampaikan bahwa Teknologi Informasi secara khusus Internet memiliki
mamfaat yang besar jika di pakai dalam pelayanan Gerejawi. Misalnya, melalui Internet para Pelayan dapat meng upgrade terus informasi, ilmu dan komunikasi sehingga warga jemaat yang dilayani dapat terus menerima pengajaran yang fresh dan up to date. Lebih lanjut disampaikan bahwa banyak warga jemaat baik usia muda hingga orang tua yang setiap harinya bersentuhan dengan Internet sehingga wawasan mereka berkembang tiap saat. Jika ini tidak diimbangi oleh para Pelayan maka apa yang disampaikan pelayan cenderung tidak dapat mengimbangi keinginan dan tingkat pemahaman warganya. Dalam pertemuan ini didiskusikan juga bagaimana dengan TI, Kompleks Gereja HKI dapat menjadi pusat kegiatan bagi warganya secara lintas usia serta bagaimana TI dapat menambah wawasan dan referensi ilmu, mengefektifkan komunikasi dan referensi program bagi para pelayan HKI demi pengembangan Gereja. Tindak lanjut dari pertemuan ini adalah, bagi para Pelayan Gereja di Daerah I Sumatera Timur I yang ingin berminat memiliki kemampuan dasar Internet, maka Simson Tampubolon dan Baik Gultom menjanjikan bahwa mereka dapat mengikuti Program pelatihan Internet yang diselenggarakan PT. Telkom. Kita doakan kiranya HKI yang telah berusia 83 Tahun ini (1 Mei 1927 – 1 Mei 2010) semakin dimampukan TUHAN menghadirkan pelayanan yang kontekstual dan menjawab tantangan zaman salah satunya melalui dukungan dan penguasaan Teknologi Informasi. Salam Marturia. (hp)

WORKSHOP PERANAN GEREJA MENCEGAH DAN MENGATASI ISU BEGU GANJANG SERTA PERMASALAHAN YANG DIAKIBATKANNYA

Sudah sekitar 150 Tahun yang lalu Injil telah masuk ke Tanah Batak melalui Misionaris Kristen dari Eropa dan kemudian kekristenan berkembang. Namun demikian, tidak seluruh totalitas kehidupan berubah. Sebagian tetap mempercayai agama primitive yakni akan roh nenek moyang, roh orang mati yang dianggap berkekuatan dan mampu memenuhi keinginan mereka. Sekarang ini masih ada orang batak yang menjadi warga Gereja namun tetap memelihara kepercayaan tradisi ini. Salah satunya adalah praktek marbegu ganjang/santet. Realitas sosial ini, khususnya di daerah Sumatrera Utara menunjukkan bahwa isu Begu Ganjang merupakan alat yang sangat efektif untuk memprovokasi massa melakukan tindakan kekerasan, intimidasi, pengusiran bahkan penganiayaan hingga pembunuhan pada orang lain.

Pada Tahun 2010 ini kembali kita dikejutkan oleh terjadinya 2 (dua) peristiwa yang berhubungan dengan Isu Begu Ganjang (yang telah memakan korban jiwa : di Desa Partangga, Hutauruk, Kecamatan Sipaholon dan di Desa Sitanggor, Muara – Taput). Peristiwa isu Begu Ganjang ini telah menimbulkan ketidakharmonisan di masyarakat dan juga di Gereja.
Oleh karena itu Departemen Marturia HKI memandang perlu diadakan satu Workshop untuk membekali Peserta yang diharapkan dapat memberi pencerahan kepada warga lainnya, tentang bagaimana seharusnya bersikap selaku orang Kristen atas isu Begu Ganjang.

Atas Dukungan United Evangelical Mission (UEM), pada hari Kamis s.d Sabtu, 10-12 Juni 2010 bertempat di Gedung Serba Guna Kantor Pusat HKI Pematang Siantar, di adakan Workshop Mengatasi Isu Begu Ganjang dan Pembangunan Kerohanian Warga Jemaat secara Holistik. Workshop di buka oleh Pucuk Pimpinan HKI dan hadiri perwakilan Pendeta dan Jemaat dari Kota Pematang Siantar – Kab. Simalungun, Utusan dari Gereja yang ikut dalam wadah UEM, Pdt. Dr. Thomas Bergholz (Dosen STT HKBP Nomensen) dan Mahasiswa STT Nomensen.
Dalam Workshop dibahas a.l :
1. Pandangan sosial kemasyarakatan: Oleh EV. J. Sipayung, SS, SPd.
Membahas a.l : Apa itu Begu Ganjang, mengkaji keberadaan Begu Ganjang/Santet dari aspek sosial kemasyarakatan, mengapa masih ada masyarakat yang mengakui Begu Ganjang, mengapa bisa dengan mudah masyarakat terpancing isu Begu Ganjang dan akhirnya melakukan tindakan anarkis seperti membakar rumah, menganiaya hingga membunuh orang-orang yang dianggap memelihara Begu Ganjang? Apakah ada kaitan motiv isu begu ganjang dengan aspek sosial-ekonomi-politik?


2. Pandangan Teologi Kristen Protestan dan Katolik oleh Pdt. DR. Darwin Lumban Tobing (Ketua STT HKBP Nomensen) dan Pastor Cosmas Tumanggor (Dosen STFT - Sinaksak dan Ketua Yayasan R.S Harapan Siantar)
Membahas a.l : Bagaimana pandangan Teologi Kristen Protestan dan Katolik mengenai Begu Ganjang dan roh-roh, mengapa masyarakat yang dalam hal ini secara khusus orang Kristen masih percaya kepada kekuatan Begu Ganjang dan mudah terhasut melakukan dosa dengan aktifitas main hakim sendiri? Apakah yang kemudian harus dilakukan oleh Gereja dalam membangun iman dan karakter pribadi jemaat serta membangun keharmonisan di masyarakat?


3. Gejala tentang Begu Ganjang ditinjau dari Segi Hukum Pidana (Penanganan kasus pembunuhan, dan penganiayaan bagi warga yang dituduh memelihara Begu Ganjang - Penegakan Hukum (Law Enforcement)) : Oleh Pdt. Dame Pandiangan, SmH, SH.MH.CMA (Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Yayasan Nasional Indonesia dan Pendeta Gereja Kristen Advent Hari Ke Tujug Indonesia – P. Siantar)
Membahas a.l : Perlindungan hukum dan jaminan keamanan bagi warga yang dituduh memelihara Begu Ganjang. Bagaimana pembuktian seseorang yang dituduh memelihara begu ganjang?
Dari pembahasan dan diskusi di catat beberapa hal. a.l:

- Perlunya pembangunan Kerohanian yang lebih mendasar bagi warga jemaat agar tidak mempercayai kekuatan roh-roh orang mati dan kegiatan mistis lainnya.
- Tuduhan tentang Begu Ganjang sangat rentan dengan latar belakang motif balas dendam, sentimen pribadi, iri hati atau persaingan usaha(ekonomi) di masyarakat.
- Kekerasan massal dengan dalih indikasi memelihara Begu Ganjang harus dihentikan dan dilakukan pengamanan dan perlindungan sesuai dengan aturan hukum yang ada. Gereja harus menjadi Duta Damai menghindari aksi kekerasan dan main hakim sendiri, sehingga warga Jemaat dan masyarakat tidak mudah terprovokasi melakukan tindakan main hakim sendiri misalnya dengan cara melakukan kampanye damai secara intensif yang menyentuh segala lapisan masyarakat dengan prioritas utama daerah yang ada konflik akibat adanya indikasi begu ganjang.
- Terhadap kejadian yang sudah terlanjur terjadi supaya diadakan rekonsiliasi dan perlindungan hukum serta membangun pusat penampungan sementara korban kekerasan, dan kesimpulan lainnya. Dari berbagai pembahasan dan diskusi, workshop kemudian membentuk Tim Perumus yang nantinya merumuskan dan mensosialisasikan hasil Workshop

Bagi warga jemaat dan masyarakat yang ingin mendapatkan copy materi pembahasan dapat menghubungi : Pdt. M. Lumban Gaol, STh (Kadep. Marturia HKI) melalui email : dep.marturya@hki-online.or.id . Salam Marturya. (hp)

Artikel Edisi Agustus - September 2010

GAYA KEPEMIMPINAN YANG DIHARAPKAN OLEH HKI
Oleh: St. Erwin Napitupulu I. PENDAHULUAN

Dengan berjalannya waktu serta semakin dirasakan adanya kebutuhan untuk lebih maju dan berkembang oleh warga HKI maka Sinode HKI ke 59 yang akan diselenggarakan pada tahun 2010 sangat dinantikan dan diharapkan akan membawa perubahan y
ang sangat nyata di dalam tubuh HKI. Apa yang menyebabkan hal tersebut? Ini disebabkan karena Sinode HKI ke 59 adalah merupakan sinode periode yang akan memilih para pemimpin di gereja HKI, dimana akan terjadi perubahan kepemimpinan di HKI baik Ephorus, Sekjen, serta Praeses maupun Majelis Pusat.

HKI yang telah berusia 83 tahun telah kaya akan pengalaman dalam bergereja. Sebagai gereja yang mandiri dan mempunyai warga yang militan maka semua warga sangat mendambakan dan mengharapkan terpilihnya pemimpin yang mampu membawa HKI ke arah yang lebih baik terutama dalam menghadapi tantangan jaman baik di dalam negeri maupun dari luar negeri. Masalah dalam negeri, terutama dalam hal dampak krisis ekonomi, pengangguran, pendidikan dan keberadaan kita sebagai umat yang pe
rcaya kepada Yesus Kristus di tengah bangsa ini serta masalah lainnya merupakan tantangan yang harus dijawab oleh pemimpin HKI masa depan. Demikian juga Globalisasi dan dampak yang diakibatkannya, membuat gereja HKI juga harus mampu menghadapi atau mencari solusi untuk memecahkan persoalan akibat dari hal tersebut.
Inilah bagian dari nilai atau harapan yang di gantungkan pada Sinode ke 59 tahun 2010 ini.

Sebagai warga gereja, dalam kesempatan ini kami mencoba untuk memberikan masukan secara sederhana tentang gaya (style) pemimpin yang diharapkan untuk mampu membawa gereja HKI ke arah yang lebih baik lagi serta mampu menjawab tantangan yang akan dihadapi di masa datang. Kita percaya bahwa pemimpin HKI yang terpilih di S
inode ke 59 adalah pemimpin yang dipilih oleh Tuhan (Napinillit ni Debata) bukan yang di izinkan oleh Tuhan (Dipaloas Debata).

II. SEJARAH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN HKI

Gereja Hoeria Christen Batak (cikal bakal dari Gereja HKI) yang didirikan oleh seorang awam (F. Sutan Malu Panggabean), berdiri pada tanggal 1 Mei 1927. Pada saat itu pendirinya menjadi pemimpin organisasi tersebut.
Pada tanggal 1 September 1929 H.Ch.B telah membuat/menetapkan peraturan yang disebut “Statuten Huishoukdelijk Reglement atau Aturan Ni Vereening Hoeria Christen Batak”. Pada Statuten H.Ch.Btersebut telah dituliskan Visi dan Misi H.Ch.B sehingga pemimpin pada saat itu telah mengetahui arah serta tujuan gereja dan telah digambarkan adanya suatu sistem manjemen bagaimana menata gereja dengan baik.


Walaupun sistem tata kelola yang tercantum dalam Statuten tersebut belum sepenuhnya mengikuti fungsi manjemen seperti yang diharapkan seperti Planning, Organizing, Staffing, Directing, Leading, Coordinating, Motivating, Controlling dan Budgeting namun telah menunjukkan bagaimana seorang pemimpin menjalankan tugasnya, misalnya adanya pembagian tugas yang dilakukan pada semua aras pelayanan, pengambilan keputusan yang dilakukan secara mufakat dan musyawarah yang bermakna bahwa pemimpin tidak otoriter dan adanya pengawasan dalam pekerjaan. Pola kepemimpinan saat itu adalah kepemimpinan piramidal dimana dalam menentukan kebijakan hanya dilakukan oleh beberapa orang.

Pada dekade 40 an, para pemimpin HKI telah sadar dan belajar dari pengalaman selama ini maka dirasa perlu adanya perubahan. Pada Sinode HKI tahun 1946 di
Patane Porsea nama H.Ch.B diubah menjadi Huria Kristen Indonesia (HKI). Perubahan nama itu menggambarkan bahwa misi dari organisasi tesebut bukan hanya untuk suku batak saja tetapi terbuka untuk semua suku di Indonesia.. Hal ini sekaligus juga merubah sistem tata kelola dari gereja tersebut dimana pada saat itu sinode memilih seorang pemimpin yang disebut Ketua Pucuk Pimpinan.
Kepemimpinan pada saat itu telah mulai menggambarkan adanya perubahan pola kepemimpinan dengan lebih mengaktifkan semua fungsi jabatan yang ada dalam struktur kepungurusan di semua tingkat pelayanan, walaupun belum semua fungsi manajemen berjalan dengan baik. Hal tersebut kemunkinan juga masih disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan ketersediaan sumber daya pada saat itu.


Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pimpinan HKI menjalankan kebijakan atau program kerja sesuai keputusan yang diambil melalui sinode sebagai pengambil keputusan tertinggi yang diselenggarakan secara berkala.

Pada sinode 1990 pimpinan tertinggi HKI dirubah dari Ketua Pucuk Pimpinan menjadi Ephorus yang dibantu oleh seorang Sekretaris Jenderal. Dalam Anggaran Dasar dan Peraturan Rumah Tangga HKI tahun 1993, Ephorus sebagai pimpinan tertinggi dibantu oleh Sekretaris Jenderal. dan Majelis Pusat yang berfungsi untuk membantu pimpinan dalam menjabarkan keputusan sinode dan pembuatan anggaran belanja dan pendapatan yang selanjutnya merupakan kebijakan teknis bagi semua aras pelayanan.

Dalam Sinode 2005 terjadi perubahan dalam Tata Dasar dan PRT HKI dimana dalam pola kepemimpinan di HKI, Majelis Pusat berubah fungsi menjadi mitra Pucuk Pimpinan yang berfungsi dalam pengawasan (controlling), pembuatan peraturan
(legislasi) dan pembuatan anggaran (budgeting).

Jika dibandingkan dengan sistem manjemen pada saat ini bahwa pola kepemimpinan di HKI telah menunjukan perubahan yang telah mulai mengikuti pola manajemen modern. Pucuk Pimpinan HKI sebagai executive dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya telah di awasi dan dibantu dalam pembuatan semua kebijakan penjabaran keputusan sinode dan ketetapan yang diambil dalam rapat Majelis Pusat.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana model atau gaya seorang pemimpin yang diharapkan agar dapat melaksanakan semua program yang telah ditetapkan dalam sinode dan rapat Majelis Pusat serta mampu membawa HKI ke arah yang lebih baik.

III. GAYA KEPEMIMPINAN YANG DIHARAPKAN

Keberhasilan suatu organisasi tidak terlepas dari gaya seorang pemimpin dalam menjalankan roda organisasi tersebut. Dalam Alkitab banyak gaya kepemimpinan yang dapat di jadikan panutan dalam pola kepemimpinan saat ini. Misalnya bagaimana Musa memimpin bangsa Israel dalam perjalanannya dari Mesir hingga ke Tanah Kanaan, dan para nabi lainnya.

Dalam menghadapi perubahan jaman yang terus bergerak dan menghadapi globalisasi, saat ini dibutuhkan pemimpin yang mampu menghadapi semua tantangan tersebut. Pada tahun-tahun terakhir ini, banyak buku yang ditulis oleh para teorist tentang bagaimana gaya kepemimpinan seseorang yang diharapkan dalam memimpin suatu organisas
i massa, politik, gereja, perusahaan maupun dalam keluarga.

Tulisan-tulisan tentang gaya kepemimpinan yang ditawarkan saat ini dijelaskan secara rinci seperti pengambilan keputusan (Decision making process), Hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin (leaders – followers/sub ordinate interaction), kewenangan pemimpin (leaders authority), Kepemimpinan Hamba, Lead Like Yesus, Yesus CEO dan masih banyak lagi buku yang dapat di pelajari dan di implementasikan.

Dalam hal ini kita hanya menyoroti kepemimpinan dari 3 hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin yaitu :

1. Watak Pemimpin (Personality traits of leader)

Watak seorang pemimpin sangat mempengaruhi jatuh bangunnya suatu organisasi. Banyak para ahli membuat beberapa karakter yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin yang berhasil.
Para ahli melakukan penelitian dengan membedakan pemimpin dan non-pemimpin melalui: kejujuran dan integritas, tingkat energi yang dikeluarkan, ambisi dan keinginan untuk memimpin, kecerdasan (intelligence), percaya diri, dan pen
getahuan yang relevan dengan tugasnya (Kilpatrick and Locke, 1991, Stogdill, 1974). Dari hasil penelitian tersebut ada beberapa karakteristik seorang pemimpin yang dihargai yaitu kejujuran, memiliki pandangan ke masa depan, memberikan inspirasi, memiliki kemampuan memimpin (kompeten), berperilaku adil, dan bersifat mendukung (supportive) serta bisa bekerjasama (cooperative)
Seorang pemimpin yang dipenuhi Roh hingga buah Roh sangat nyata dalam kehidupannya sungguh berpengaruh kuat dan luas dalam kepemimpinan di gereja. Kepemimpinan rohani sangat menekankan “memimpin dengan wibawa rohani”, yang artinya lebih banyak mendasarkan kepemimpinan pada pengaruh rohani bukan pada wibaw
a formal atau posisional. Kepemimpinan rohani selalu menyentuh karakter atau watak sang pemimpin.
Dalam kepemimpinan, kecerdasan otak (IQ) memang diperlukan tetapi kecerdasan emosi (EQ) lebih diperlukan lagi. Orang yang memiliki kecerdasan otak (inteligensi) tinggi akan menjadi begitu bodoh manakala ia tidak dapat mengendalikan emosinya, kebijaksanaannya seperti hilang tanpa bekas. Tanpa kecerdasan emosional, nota bene termasuk ketenangan batin dan kemampuan mengendalikan diri (emosi), mustahil kita bisa berpikir jernih.
Saya berpendapat bahwa kecerdasan emosional sangat erat hubungannya dengan kecerdasan spiritual (SQ), walaupun perbedaannya sangat amat tipis namun bisa dibedakan sebab SQ mempunyai akar dari kedekatan seseorang dengan Tuhan Allah s
endiri. Buah Roh menjadi identifikasinya.
Social Quotient (Kemampuan bersosial) juga merupakan factor keberhasilan seorang pemimpin. Bagaimana seorang pemimpin harus mampu bermasyarakat dan hidup bersosial ditengah lingkungan maupun ditengah jemaatnya.

2. Kepemimpinan Situasional (Situational /Transactional Leadership).

Teori yang dicetuskan oleh Ken Blanchard ini menggunakan 4 gaya kepe
mimpinan (leadership style) dengan melakukan pendekatan secara delegating, supporting, coaching dan directing untuk menjelaskan gaya kepemimpinan yang sangat memperhatikan situasi/kondisi dan kesiapan mereka yang dipimpin.
Pada prinsipnya tidak ada kepemimpinan kecuali ada yang mau mengikuti. Kesiapan pengikut dalam Kepemimpinan Situasional didefinisikan sebagai seberapa jauh seorang yang dipimpin memperlihatkan kemampuan dan kemauannya untuk melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya. Kita harus menyadari bahwa orang cenderung berbeda tingkat kesiapannya (readiness) dalam melakukan tugasnya, itu sangat tergantung dari tugas yang diembannya.
Gaya (style) memimpin tergantung pada kesiapan (readiness) atau kedewasaan mereka yang dipimpin. Gaya kepemimpinan disetiap gereja tidaklah sama, tergant
ung dari para anggota gereja, sejauh mana kesiapan mereka untuk mengemban tugas pelayanan. Disinilah peran pemimpin gereja nampak jelas, yaitu gaya kepemimpinan macam apa yang akan diterapkan. Keliru memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan akan berakibat merosotnya efektifitas dan efisiensi gereja dalam memenuhi panggilannya. Janganlah menjiplak gaya kepemimpinan gereja lain hanya karena gaya tersebut berhasil dengan gemilang di gereja itu.

3. Kepemimpinan Transformasional.

Teori kepemimpinan ini menjalankan kepemimpinan selangkah lebih j
auh yaitu berusaha untuk meningkatkan (men- transformasi -kan) goal-goal pribadi (atau yang hanya terfokus pada tujuan/goal) kepada tujuan yang lebih tinggi, lebih jauh ke depan, yaitu tujuan atau goal kelompok yang lebih luas, bersifat nasional, bahkan global. Kepemimpinan Transformasional mengkomunikasikan visi yang memberi inspirasi dan mendorong (memotivasi) para pengikut untuk mencapai hal-hal yang bersifat lebih luas, tinggi, dan bahkan luar biasa. Para pemimpin dalam kepemimpinan ini memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan mengatur anggota dan sistemnya sedemikian rupa sehingga semua anggota memiliki integritas tinggi terhadap visi dan misi organisasi. Ciri khas dari Kepemimpinan Transformasional adalah bahwa pemimpin sangat memperhatikan kepedulian dan pengembangan para anggotanya, dia mengubah anggota-anggotanya dengan membantu mereka untuk melihat hal-hal yang lama dengan cara pandang yang baru. Pemimpin mampu membuat anggota terpesona, bersemangat, dan terinspirasi sehingga mereka semakin bersemangat untuk mencapai sasaran (visi) yang telah ditetapkan bersama. Tambahan pula pemimpin mampu membuat visi organisasi jelas dimengerti sehingga menjadi milik setiap anggota, artinya setiap anggota menganggap visi organisasi adalah visinya sendiri, inilah kekuatan dari Kepemimpinan Transformasional. Dan jika sang pemimpin telah tiada atau pensiun (emeritus) pengikutnya akan meneruskannya untuk mencapai visi yang terbentang jauh di depan. Mereka tidak akan berhenti mengejar visi organisasi walaupun pemimpin mereka telah berganti dengan pemimpin baru

Sesungguhnya ketiga model tersebut saling melengkapi. Watak sang pemimpin, kesiapan pengikut (anggota), dan meningkatkan kemampuan anggota sehingga bisa melihat dan memiliki visi organisasi, sangat penting untuk membuat kepemimpinan sebuah or
ganisasi berhasil dengan baik.

IV.RELEVANSI KEPEMIMPINAN DI GEREJA

Dari tulisan diatas gaya kepemimpinan menurut para ahli sangat relevan dengan kepemimpinan didalam gereja yaitu kepemimpinan yang selalu serta harus mengacu dan berpedoman kepada Firman Tuhan .
Kepemimpinan gereja yang relevan secara sistematis ada 4 point sbb :


1. Kepemimpinan gereja antara pelayanan terhadap Allah dan pelayanan terhadap sesama manusia.

Tugas pimpinan gereja “bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” dan menjadi gembala yang tidak “memerintah atas mereka yang dipercayakan” kepadanya, melainkan yang “menjadi teladan” (bdk Mat 20:25-28, Mrk 10:45; Yoh 13:5-15 dll), dan tidak menggunakan paksaan melainkan kesukarelaan (bdk 1 Petr 5:2-4). Disini pemimpin gereja harus menjadi teladan untuk dunia tentang kepemimpinan yang sebenarnya, dan bukan sebaliknya (menerapkan struktur-struktur kekuasaan dan penindasan duniawi dalam gereja). Kepemimpinan dan administrasi adalah untuk melayani.
Pimpinan gereja haruslah yang mempunyai dedikasi dan integrit
as yang tinggi dalam pelayanannya di gereja. Seorang pemimpin yang mencoba mencari suatu jabatan di luar gereja terutama ikut terlibat dalam politk praktis pada suatu partai/golongan tertentu akan mengakibatkan tidak adanya rasa netralitas dan kemampuan untuk berdiri diatas semua partai dan golongan. Apabila ada seorang calon pemimpin di gereja yang telah pernah dan masih ikut dalam ranah politik praktis atau bersifat partisan maka pola kepemimpinannya akan sangat diragukan untuk mampu membawa gereja ke arah yang lebih baik untuk mengemban Tri Tugas Panggilan gereja.
Seorang pemimpin di gereja adalah yang “Huria” dimana tidak pernah dan mau ikut dalam politik praktis dimana dedikasinya hanya ditujukan untuk gereja sehingga diharapkan bahwa seorang pemimpin yang seperti ini akan lebih mampu untuk mengajak semua umat menuju ke satu arah untuk pengembangan gereja yang lebih baik. Seorang pemimpin gereja juga harus berani dan tegas mengatakan dan menegakkan kebenaran dan tidak membela yang salah dalam gereja. Apabila pemimpin yang mau membela yang salah maka integritas dan dedikasinya dalam memimpin sangat diragukan.

2. Kepemimpinan gereja antara menerima tanggung jawab kekuasaan dan memberdayakan orang lain.


Seorang pemimpin harus mampu untuk menerima kekuasaan yang dipercayakan kepadanya secara bertanggung jawab, ia harus juga mampu untuk membagi kekuasaan dan mendelegasikan tanggung jawab. Tidak ada juga gunanya kalau seorang pemimpin memikul semua beban kekuasaan sendiri, mengorbankan kesehatannya dan keluarganya, tetapi akhirnya semua tergantung pada dia dan orang lain tidak dibutuhkan, tidak berdaya lagi dan hanya menjadi penonton. Seorang pemimpin gereja tidak boleh menghindari orang lain maju hanya karena merasa posisinya terancam, tetapi ia harus memotivasi dan memberdayakan orang lain, menemukan kelebihan dan karunia mereka dan mengembangkannya. Kita harus mampu untuk melibatkan orang lain dalam keputusan-keputusan dan dalam realisasinya secara partisipatoris. Profesionalisme dalam kep
emimpinan gereja sangat penting, namun jangan sampai profesionalisme itu hanya terbatas pada kelompok elite kecil, dan tanggung jawab dan imanat am orang percaya atau kaum awam semakin diabaikan.

3. Kepemimpinan gereja antara karisma dan kompetensi.

Setiap orang diberi karunia atau karismata oleh Roh Kudus, dan ini tidak boleh diabaikan melainkan seharusnya menentukan pembagian tanggung jawab dalam kep
emimpinan gereja. PB menyebut beberapa karunia seperti mengajar, melayani, membuat ajaib atau menyembuhkan, berkata-kata dengan hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, bernubuat, membedakan bermacam-macam roh dll. (bdk 1 Kor 12; 1 Tim 4:14), dan sudah dikembangkan dalam PB bermacam-macam fungsi atau jabatan gerejawi seperti apostolat, diakonat, presbiter, pastorat, episkopat dll, untuk memimpin gereja dalam panggilan duniawi, dalam dimensi pelayanan (diakonia), kesaksian (marturia) dan pengayuban/persekutuan (koinonia) termasuk kehidupan spiritual (leiturgia). Dalam tubuh Kristus tidak ada fungsi dan karunia yang lebih tinggi atau lebih penting dari pada yang lain, sehingga kepemimpinan gereja adalah fungsi untuk memberdayakan, mengkoordinasi dan mengorganisir karunia-karunia yang ada dengan baik sehingga tubuh ini dapat melakukan misinya di dunia ini secara optimal.

4. Kepemimpinan gereja antara konservasi dan transformasi.

Disini seorang pemimpin menjadi “konservatif” dalam arti yg sebenarnya: mempertahankan dan menjamin nilai, tradisi dan aturan gereja yang menjadi identitas persekutuan. Disini sering dituntut bahwa seorang pemimpin harus menjadi teladan yang baik (atau bahkan sempurna) dalam menaati nilai-nilai persekutuannya. Dan ini tidak hanya berlaku jika konformitas dituntut oleh nilai-nilai etika Kristen, namun juga jika dituntut oleh kebiasaan atau tradisi masyarakat setempat yang harus diperhatikan .

Di sisi lain, seorang pemimpin gereja selalu harus sadar bahwa formalisme aturan, kelembagaan yang statis dan sikap yang eksklusif adalah lawan gereja sebagai gerakan misi Allah dan dinamika Roh Kudus. Injil Yesus Kristus selalu menantang kita untuk menerobos dan mentransformasikan nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan kita sesuai dengan inti perintah kasih terhadap Allah dan sesama manusia. Disini kepemimpinan gereja harus selalu siap untuk membaca tanda-tanda zaman, memiliki “sense of crisis” dari pada hanya sibuk dengan masalah-masalah intern gereja. Kepemimpinan gereja harus mendengar, mengangkat dan menyuarakan suara-suara kenabian dalam gereja sehingga gereja dapat menjadi motor untuk perubahan atau transformasi masyarakat, dan sekaligus berani untuk ditransformasikan atau mengalami perubahan sesuai dengan konteks di mana kita berada.
Pemimpin HKI juga harus mampu mempersiapkan warganya serta membuat perencanaan suksesi dalam kepemimpinan HKI masa depan. Pemimpin HKI tidak hanya berbuat dan berpikir untuk jangka pendek tetapi dituntut bagaimana untuk membuat perencanaan yang lebih baik menyongsong masa depan yang penuh dan banyak tantangan.

V. PENUTUP

Dari semua penjelasan diatas masih banyak lagi berbagai style of leadership yang perlu dipelajari tetapi dengan memenuhi minimum requirement diatas, maka diharapkan seorang pemimpin gereja dapat menjadi pemimpin yang berhasil dan disenangi oleh semua pihak serta yang terutama adalah menjadi kemuliaan bagi Nama Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja.

Marilah kita semua warga HKI untuk saling berangkulan dan jalan bersama (sinode) dalam memilih pemimpin yang kita harapkan akan mampu membawa HKI menuju masa depan yang lebih baik dalam tuntunan dan pimpinan Tuhan.
Jakarta 15 Juni 2010
Penulis adalah Majelis Pusat HKI 2000 – 2005 & 2005 - 2010



Dipilih untuk Diutus (Menjelang Sinode Godang HKI)

Oleh: Pdt. T.S. Gultom, S.Th


Yesus Kristus berkata: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan
buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu mnita kepada Bapa dalam narnaKu, diberikanNya kepadamu “. Joh. 15.16 Yesus Kristus dengan kasihNya telah memilih dan menetapkan HKI untuk dijadikan duta-dutaNya. “Aku telah memilih kamu,” KataNya. Yesus telah berdoa semalam-malaman sebelum Ia memilih dan HKI adalah hasil pergumulan Yesus Kristus dalam doaNya. Alangkah baikNya Yesus Kristus, Ia tidak menunggu sampai kita memilih Dia, melainkan Ia lebih dahulu memilih kita dan memberi kita hak menggunakan namaNya didalam hidup, doa dan pelayanan HKI . Tujuan pemilihan Yesus Kristus bagi kita, pertama adalah untuk “datang kepadaNya, bersatu, terikat dan diam didalamNya”. Hidup bersama didalam Yesus Kristus dan serupa dengan Yesus Kristus. Datang kepadaNya adalah suatu gerakan perubahan dari kehidupan yang lama digantikan dengan kehidupan yang baru. Hidup dalam dunia yang baru dalam reaksi yang baru bersama Yesus Kristus. Kedua, Kita dipanggil untuk datang kepadaNya, untuk kemudian “diutus keluar kedalam dunia”. Yesus Kristus tidak memilih kita untuk hidup menjauhkan diri dari dunia, melainkan untuk mewakili Dia di dalam dunia. Dia yang memilih kita pergi ke dalam dunia, bukan berarti sama/ “sarombang” seperti dunia, melainkan berbeda dengan dunia. Kita hendaknya tampil beda, ada spesialisasinya (tandi) dengan dunia. Dipilih untuk diutus itu adalah berkat. Kita memiliki missi keselamatan dunia. Dipilih untuk diutus ke dunia “agar semua orang menerima dan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat” (Visi HKI). Kita yang telah diberkati akan menjadi berkat bagi dunia ini.

Genderang pemilihan Pimpinan Pusat HKI periode 2010-2015 segera ditabuh dan akan berlangsung dari tgl 11-15 Agustus 2010 di Mikie Holiday Resort & Hotel, Berastagi Kabupaten Tanah Karo. Lazimnya sinode periode, maka perhatian terfokus pada figur calon-calon yang akan dipilih. Sekitar kurang lebih 350 orang akan berkumpul di Mikei Holiday Resort & Hotel, peserta sinode yang telah dipilih untuk diutus dari setiap jemaat, resort dan daerah, pusat, peserta sinode dari utusan-utusan lembaga. Satu program yang sangat penting dalam agenda sinode adalah memilih Pimpinan Pusat, Majelis Pusat, 9 Pareses, dan BPKP. Sinode yang disebut sebut akan menelan biaya lebih kurang 1 Miliar, sungguh sangat penting dan strategis karena akan menentukan arah dan perjalanan HKI hingga 2015. Gereja-gereja HKI diberbagai tanah air menggelar doa bersama ruasnya agar sinode godang berjalan dengan baik dan sakses, jauh dari perselisihan dan perpecahan. Sinode Godang adalah “panggilan untuk datang kepada Yesus Kristus dan hidup bersama-sama dengan Kristus”.

Apapun tindakan, perkataan dan keinginan dari setiap peserta sinode semuanya itu boleh berlangsung dalam relasi yang baru bersama Yesus Kristus. Peserta Sinode diharapkan memahami dan mensyukuri bahwa mereka telah dipilih dan diutus oleh Yesus Kristus. Dengan pemahaman itu peserta sinode adalah pribadi yang telah diberkati oleh Tuhan dan akan menjadi berkat di sinode nantinya, sehingga apa yang diharapkan oleh semua ruas HKI dapat terkabul. Peserta Sinode yang diberangkatkan ke Sinode dengan menggunakan dana dari ruas yang dikumpulkan antara lain melalui “durung-durung di parmingguan”, dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Warga HKI tidak pernah mengamanatkan agar peserta Sinode yang diutus berkelahi di arena sinode. Keinginan hanya satu, “HKI tetap utuh dan keputusan sinode godang menciptakan kcsejukan dan kedamaian bagi para Pendeta, Guru jemaat, Bibelvrow; Diakones, Evangelis, Penatua dan seluruh warga HKI”. Kita dipilih untuk diutus ke Sinode Godang untuk menjalankan kedamaian. Kemungkinan akan banyak orang yang akan datang dan mungkin didatangkan untuk melihat atau ada maksud yang terselubung. Tapi yang pasti jumlah peserta sinode sudah tertentu, dan apabila ada penyalahan akan jumlah itu, semua peserta Sinode harus menolak. Bisa saja bahwa hotel di sekitar tempat pelaksanana Sinode, habis diboking oleh orang-orang tertentu, artinya ada pengerahan massa. Cara-cara seperti itu mengundang hal-hal yang tidak baik dan perlu diantisipasi.

Peserta Sinode tidak diperbolehkan “menghalalkan segala cara hanya untuk mencapai tujuan,” Harus diawasi supaya tidak sampai ke tingkat “money politik” dalam menarik simpatik seseorang. Tebar pesona yang sarat dengan janji-janji muluk harus dihuang jauh-jauh. Hubungan “partuturon/dongan tubu, hula-hula, boru ro di angka parpadanan” harus dikesampingkan. Yang utama dalam pemilihan adalah “kedepankan kejujuran dengan nurani yang dalam dan murni” Kita telah menerima berkat dari Yesus Kristus dan berkat itu bukanlah uang, bukanlah partuturon, bukan pula kemampuan untuk menciptakan sebuah cara, tetapi berkat itu adalah “hati yang jujur, hati yang murni yang dihasilkan oleh hubungan yang baik dengan Yesus Kristus. “ Kita dipilih untuk diutus ke Sinode Godang untuk menerima perbedaan bukan dengan kekerasan, tetapi dengan kasih. Dunia berbeda dengan kita dan perbedaan itu harus disikapi dengan kasih. Tuntutan yang pokok bagi orang Kristen adalah bahwa dia harus mempunyai keberanian untuk menjadi lain. Kasih adalah pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Berarti kasih itu sangat kita butuhkan dan Sinode adalah tempat pelipatgandaan kasih itu. Bahasa kasih pasti mengeluarkan “kata-kata positif/pujian”.

Orang yang mempunyai kasih, dia akan mengeluarkan bahasa kasih yaitu pujian, dorongan, dukungan. Misalnya: ada orang yang mengalami kegagalan maka dorongan yang diberikan adalah dukungan: “coba lagi, karnu pasti bisa, pasti ada kesempatan”. Apabila ada orang yang mengalami keberhasilan maka dorongan yang diberikan adalah apresiasi yang tinggi dan dukungan penuh. Bahasa kasih adalah “pelayanan”. Bahasa kasih ini adalah yang paling menonjol di antara yang lain, karena anda mau melakukaa suatu tindakan bagi orang lain sebagai tanda cinta anda. Anda mau melakukan suatu tindakan bagi orang lain bukan dikarenakan janji-janji yang indah, kedudukan yang akan anda terima, bukan pula suatu usaha untuk mencapai obsesi bahkan bukan karena uang atau fasilitas apapun itu. Tetapi anda mau melakukan suatu tindakan bagi orang lain adalah didorong dan sebagai tanda kasih anda. Kasih itu adalah positif, melakukan hal yang positif, bertindak positif dan menerima secara positif. Tentu berbagai potensi harus diperhitungkan memilih dan melakukan pilihan bagi orang lain, tetapi yang tak boleh dikesampingkan adalah potensi “Spritualitas, kecerdasan kerohaniannya “. Memang kecerdasan intelektual sangat perlu, namun yang utama adalah kecerdasan kerohanian dan emosi. Kasih pasti memilih pemimpin yang gerejani, Uluan ni huria “na huria”, karena dia berada didalam gereja bukan pemimpin yang akademis (pendidikan) atau organisatoris (pemimpin yang telah terjun ke politik). Kita dipanggil untuk diutus memberikan kesaksian yang berpusat pada Yesus Kristus. Ada tiga unsur yang terdapat didalamya, yaitu:

1. Kesaksian kita datang dari Persekutuan yang lama dan erat dengan Yesus Kristus. Seorang saksi adalah orang yang kira-kira berkata demikian: “ini adalah benar dan aku mengetahuinya. “ Tiada kesaksian tanpa pengalaman pribadi. Dalam sinode godang akan banyak hal yang dibahas, dibicarakan bahkan diperdebatkan. Ada yang mendukung dan ada yang menolak. Kesaksian akan silih berganti seakan akan dia mengetahui segala-galanya, ada yang hanya ondo omong doang, ada yang sengaja menciptakan kekeruhan dan mungkin ada yang benar. Apapun kesaksian itu, benar atau tidak yang utama adalah bahwa kesaksian itu benar dan dia mengetahuinya.

2. Kesaksian kita datang dari keyakinan batin. Tidak ada gunanya orang bicara kalau ia sendiri tidak yakin kepada apa yang dia katakan. Tidak ada kesaksian yang efektif tanpa keyakinan batin yang berasal dari hubungan yang akrab dengan Kristus. Tidak ada gunanya orang bicara kalau dia mengada-ada, seakan-akan dia tau padalah dia tidak tau. Tidak ada gunanya seseorang bicara tentang sesuatu hal, kalau apa yang dia katakan itu bukan hasil hubungannya yang akrab dengan Yesus Kristus. Orang yang jahat tidak akan mungkin membicarakan sesuatu hal yang benar.

3. Kesaksian kita adalah kesaksian yang dinyatakan. Mengetahui sesuatu yang benar, adalah seorang yang berani mengatakan bahwa itu benar dan terpangil menjadi pelaku kebenaran tersebut. Tidak usah malu, apabila kita mengetahui bahwa seseorang bersalah padahal dia benar, kita harus berani mengatakan bahwa dia benar dan ikut melakukan kebenaran yang dia lakukan. Akan banyak orang yang benar apabila kesaksiannya diletakkan pada porsi yang benar. Menyatakan kebenaran Allah kedalam dunia ini, itu merupakan suatu missi menata dunia untuk hidup didalam keberaturan. Gereja yang bertumbuh dalam Kristus adalah hidup didalam kebenaran Allah sehingga tercipta gereja yang tersusun rapi dan beraturan. Dipilih untuk diutus, peserta Sinode adalah gereja-gereja rohani yang diutus dari setiap jemaat diharapkan berlombalomba menyatakan kebenaran Allah, itulah missi yang dimiliki setiap peserta “menata sinode itu hidup dan berjalan didalam keberaturan“. Tidak semborono, atau berlaku sesuka hati saja. Kita dipilih untuk membawa keberaturan sehingga dunia merasakan keharmonisan dan kebahagiaan dalam damai Kristus.

Akhirnya, dipilih untuk diutus, masuk kedalam persekutuan dengan Yesus Kristus dan keluar bersama-sama dengan Yesus Kristus menuju dunia ini dengan menunjuk kepada mereka buah kehidupan kristiani. Yesus Kristus mengutus kita bukan untuk berdebat, bukan memaksa, bukan menonjolkan kehebatan, melainkan untuk menarik simpatik, menarik hati mereka, sehingga mereka masuk kedalamnya. Dengan senyum dan kelemahlembutan akan menjadi demikian hebatnya untuk menarik simpatik orang lain. Semoga Sinode Godang HKI yang akan berlangsung dari tgl 11-15 Agustus 2010 berjalan dengan baik, menjadi berkat bagi seluruh warga HKI dan kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja itu.
SELAMAT BERSINODE
Tuhan memberkati.