Tuesday, September 28, 2010

Ev. Ulangan 4:1-10 (Minggu, 7 November 2010: 23 Set Trinitatis)

Pengantar oleh Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh

Kitab Ulangan ditulis jauh sesudah Musa meninggal, meskipun banyak yang beranggapan Kitab ini ditulis oleh Musa sendiri untuk mempertahankan keaslian dari beberapa isi yang memang disampaikan oleh Musa sendiri. Namun secara keseluruhan Kitab Ulangan tidak mungkin ditulis oleh Musa, hal ini diperkuat dari keterangan yang dapat diperoleh dalam pasalnya yang ke 34 dalam Kitab Ulangan. Maka, tidaklah mungkin orang yang sudah mati kemudian dapat menulis riwayat tentang kematiannya sendiri. Harus diakui memang bahwa hukum-hukum yang terdapat dalam Kitab Ulangan dapat ditelusuri merupakan hukum-hukum yang diaturkan oleh Musa sendiri. Penting untuk diketahui agar iman kita dikuatkan bahwa kita tidak setuju dengan pendapat ahli Kritik Sastra dan atau para penafsir Historis yang menyatakan Kitab Ulangan secara keseluruhan adalah merupakan produk dari abad masa kerajaan, yakni zaman sebelum Raja Yosia.


Para ahli agama sebelum masa Raja Yosia bekerja untuk mengumpulkan benang-benang tradisi yang hidup dikalangan Israel dan kemudian membuat pengantarnya serta mengdokumenkan hukum-hukum itu dan menyusun akhir dari kisah yang kemudian menjadi satu kesatuan kitab. Tentu semua ini sangat diperlukan pada zaman kerajaan sehingga ada pelengkap yang utuh untuk Kitab Keluaran maupun bagian dari karya Yahwis dan Elohis pada Kitab Kejadian. Kita mengetahui penulisan Kitab Ulangan (Deutronomis) berada pada masa zaman setelah pembuangan dan dikembangkan oleh kaum teolog dan atau para imam yang kemudian menghasilkan Kitab Imamat. Kita bisa menemukan dalam Kitab Imamat ada hukum-hukum yang bisa ditelusuri hingga zaman Musa, walaupun ditulis setelah pembuangan di zaman Ezra dan Nehemia.


Ulangan 4 ditulis dengan kalimat langsung dari Musa, sehingga kita dapat meraskan bahwa yang itu adalah suara dan perkataan Musa sendiri yang menasehati umatnya Israel. Orang bisa mengatakan, “demikianlah yang dinasehatkan Musa dulu”, atau demikianlah redaktur menulis dan merekonstruksi ucapan Musa. Sehingga ucapan-ucapan Musa dalam Kitab Ulangan dapat memperkuat bahwa Musalah penulisnya. Kita percaya bahwa penulis Kitab Ulangan di zaman kerajaan sebelum Raja Yosia mencoba seobjektif mungkin mendokumenkan bagaimana Musa menasehatkan tentang hukum-hukum dan ketetapan Allah bagi bangs Israel. Tidak ada ditemui naskah lain yang dapat menggugatnya, sehingga oleh gereja-gereja saat ini bisa percaya bahwa Kitab Ulangan adalah ucapan Musa yang ditulis oleh Deutronomis.


Bagi kita saat ini, yang penting bukan siapa penulis atau siapa yang menasehatkannya, namun yang lebih penting adalah apa isi dari nasehat itu. Mari kita cari pesan dari nasehat yang terdapat dalam nats ini.


Hasudungan

Pesan Allah kepada kita agar memelihara ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum Allah agar kita hidup bijaksana


Pdt. E. Manullang, STh

Agar kita mengingat hukum-hukum Allah, seperti yang telah dinyatakan kepada Musa di Gunung Sinai (Keluaran 20 dan Ulangan 5). Khususnya hukum untuk mengasihi Tuhan Allah seperti mengasihi diri sendiri.


Pdt. M. Lumban Gaol, STh

Saya lebih tertarik dari ayat ke sembilan, adanya perintah bagi setiap generasi untuk meneruskan setiap hukum dan ketetapan Tuhan ke generasi demi generasi. Hukum dan ketetapan Tuhan tidak hanya perlu diketahui oleh satu generasi saja, melainkan oleh setiap generasi yang ada. Hal ini tentunya berangkat dari tengah-tengah keluarga, orangtua terhadap anak-anaknya. Oleh karena itu, di dalam ayat ketiga juga diingatkan peristiwa baal peor (Bilangan 25), bagaimana perlakuan Allah pada bangsa Israel waktu itu untuk kemudian menjadi pelajaran bagi generasi Isreal berikutnya agar tidak mengulangi kesalahan dan dosa yang dilakukan nenek moyang mereka.


Pdt. MOS. Siahaan, STh

Perintah untuk tidak melupakan ketetapan Tuhan dan meninggalkannya, serta mewariskannya kepada anak cucu kita dalam bentuk pengajaran tentang kehidupan beriman kepada Allah.


Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh

Ada beberapa kata kunci yang perlu untuk kita renungkan dan menjadi pengajaran bagi kita saat ini: 1) Kata waktu sekarang (ayat 1), mulai dari pasal 1 hingga 3, kita menemukan tidak ada peraturan dan hukum-hukum yang disampaikan kepada bangsa Israel. Semua berpautan dengan sejarah yang telah dilewati bangsa Israel. Melihat sejarah itu, maka dinyatakan kepada Israel sekarang! Sekarang memiliki arti waktu kita menghirup udara/nafas, di sini dan saat ini, now. Tuhan menuntut dari kita waktu sekarang, yakni apa yang seharusnya kita lakukan sekarang untuk Tuhan. 2) Dengarlah, mendenar memiliki arti apa yang ditangkap telinga, kemudian masuk ke dalam hati dan pikiran untuk diserap, direnungkan dan dikelola, yang seterusnya tampak dalam wujud tindakan, perbuatan dengan memilah dan memilih yang baik dari yang jahat. Termasuk menambah dan mengurangi pernyataan Allah (ayat 2). 3) Ketetapan dan Peraturan, mulai dari pasal ke 5 dalam Kitab Ulangan diuraikan dan dipaparkan mengenai ketetapan dan hukum-hukum Allah. Hampir semua merupakan hukum dan ketetapan yang masih relevan hingga saat sekarang ini. Dimulai dengan ke sepuluh perintah Tuhan, sama seperti yang terdapat dalam Keluaran 20, hanya latar belakang yang berbeda antara Keluaran dan Ulangan. Ke sepuluh perintah Tuhan itu adalah induk dari semua hukum-hukum Tuhan. Sedangkan hukum-hukum yang disebutkan selanjutnya merupakan jabaran-jabarannya mengenai kehidupan manusia. Orang Yahudi bahkan menjabarkan lebih detail lagi dan puncaknya adalah kedatangan Mesias yang telah digenapi Yesus Kristus. Misalnya, halakah atau jalan (jihad) adalah salah satu penjabaran dari kesepuluh perintah Tuhan. Tetapi orang Kristen menjabarkannya menjadi dua y.i. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu; Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 22-37-40). Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk menjabarkan ke 10 perintahNya, namun bukan untuk menambah atau menguranginya. “…ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu..” (Matius 28:20). 4) Tanah yang akan didiami, kehidupan kita buka hanya sekedar apa yang ada pada dan untuk diri kita sendiri, bukan soal waktu yang kita rasakan, tetapi lebih besar dari itu semua, yakni tentang bangsa yang kita diami. Beragama tidak hanya berteori dan tidak hanya menyusun peraturan-peraturan untuk agama itu sendiri, melainkan juga harus berhubungan dengan masalah kehidupan bangsa. Negeri yang Allah berikan bagi bangsa Israel adalah negeri yang tidak subur, bebatuan, padang pasir, gersang dan airpun tidak ada. Sangat jauh berbeda dengan negeri yang saat ini kita diami. Akan tetapi, malah negeri ini yang tidak mampu menerapkan peraturan yang adil, benar dan baik. Di Israel peraturan merupakan pertarungan hidup dan mati. 5) Jangan menambahi dan mengurangi (ayat 2), ini dinyatakan karena penulisan Kitab Ulangan masih di masa Perjanjian Lama yang belum ditemukan naskah-naskah lain seperti Kitab Nabi-nabi dan Injil. Orang Israel Utara tidak mengakui dan memakai Kitab Suci selain dari 5 Kitab Musa, sedangkan kitab-kitab lainnya dianggap tidak dianggap bagian dari Kitab Suci; Orang Yahudi tidak menerima Injil sebagai Kitab Suci mereka, hanya kitab-kitab dalam Perjanjian Lama yang dianggap sebagai Kitab Suci; Orang Kristen (protestan) tidak mengakui Kitab Deutrokanonika sebagai Kitab Suci, meskipun Katolik mengakui dan memakainya sebagai Kitab Suci mereka; dan Kristen bersama Katolik tidak mengakui Kitab Suci Gereja Mormon yang berisikan tulisan-tulisan hasil mimpi dari para imam mereka. Melihat kenyataan ini, setiap kelompok agama memiliki cara dan hasil penjabaran tersendiri mengenai perintah Tuhan, dengan kebenaranya masing-masing. Semua mengatakan bahwa mereka tidak menambahi perintah Tuhan. Lalu jika begitu apa sesungguhnya arti dari jangan menambahi yang disampaikan Musa ini? Sesungguhnya yang dimaksudkan adalah jangan menambahi inti dari ketetapan dan ajaran yang Tuhan telah berikan. Misalnya, ketetapan untuk mengasihi Tuhan Allah, tidak dibenarkan jika kemudian ditambahkan dengan dibenarkannya membunuh atau menyakiti manusia lainnya untuk dan atas nama Tuhan. Dan sebaliknya, tidak dibenarkan untuk mengasihi manusia, kemudian melawan perintah Tuhan. Banyak juga tindakan-tindakan yang berusaha mengurai ketetapan perintah Tuhan, misalnya ada gereja yang tidak mengikutsertakan “turun ke dalam kerajaan maut” dalam pengakuan iman rasulinya. Begitu juga para pengarang dogmatis yang membenarkan membaptis orang yang sudah dibaptis, itu berarti mereka telah mengurangi wibawa dan kuasa Sabda Tuhan pada pembaptisan pertama orang itu. Begitu juga jika diantara kita ada yang menganggap dan berpikir bahwa dengan amal dan kesalehannya akan menyelamatkannya dan peroleh hidup yang kekal di Surga, juga telah mengurangi ketetapan perintah Tuhan. Sebab kesalehan dan amal hanya berguna untuk mengasihi sesama manusia, sedangkan untuk memperoleh kehidupan yang kekal hanya di dalam Anugerah dari Allah. Maka, bukan soal menambahi dan mengurangi tulisannya, melainkan dinasehatkan kepada kita untuk tidak menambahi dan mengurangi inti dari ketetapan perintah Tuhan.


Berpegang kepada ketetepan perintah Tuhan, artinya kita juga harus mengetahui perintah itu sendiri. Apa salah satu perintah Tuhan yang melekat pada diri kita yang ada disini?

Inang Marpaung : Dasah Titah ke lima

Inang Togatorop : Dasah Titah ke enam

Inang Simangungsong : Dasah Titah satu

Inang Sihombing : Dasah Titah ke sembilan

Amang Silalahi : Dasah Titah ke enam sampai ke sembilan

Amang Lubis : Dasah Titah ke enam

Pdt. Mos Siahaan : Dasah Titah ke lima

Amang Sekjend : Dasah Titah ke sembilan

Amang Siahaan : Dasah Titah ke lima

Ephorus : Katakan ya, jika tidak hendaklah katakan tidak (Matius 5:37)


Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh

Kita tidak akan mungkin mampu melakukan perintah Tuhan jika kita tidak tahu apa yang kita pegang. Untuk menyikapi perintah Tuhan yang paradoks, maka dibutuhkan pengetahuan untuk dapat menyelami maksud Tuhan dan melakukan yang baik, bisa dengan hasil kajian para teolog atau pengalaman gereja.


Pada ayat ke 3 di dalam nats, kita diajak untuk melihat perbuatan Tuhan kepada kita pada masa yang telah berlalu dan masa sekarang ini. Pengalaman bangsa Israel pada masa lalu bagi mereka yang mengikuti baal peor memperoleh kematian, sedangkan yang setia kepada Tuhan tetap hidup. Arti setia kepada Tuhan dimaksudkan adalah bahwa siapa yang setia harus berpaut kepada Tuhan, berpegang dan mencantolkan dirinya hanya kepada Tuhan. Bagaimanakah berpaut kepada Tuhan, yakni berpautnya hati kita dengan hati Tuhan dan kasih Tuhan dengan kasih kita. Mari kita bayangkan, bagaimana beratnya salib yang dipikul Yesus namun Yesus dapat mengangkatnya juga dengan perjalanan yang lumayan jauh hingga ke bukit Golgata. Salib dapat diangkat oleh Yesus jika salib dan tubuh Yesus berpaut, menyatu menjadi satu kesatuan sehingga akan menjadi lebih ringan. Sama halnya, dalam kehidupan sehari-hari tatkala kita mengangkat beban (sekarung beras 30 kg) di pundak kita akan jauh lebih membantu daripada ketika kita menentengnya, artinya menyatunya diri kita dengan beban akan sangat membantu kita untuk mengangkatnya. Begitu juga keterpautan kita dengan Tuhan, akan membatu kita dan memudahkan kita untuk melakukan perintahNya. Ingat juga ketika Tuhan menciptakan manusia, setelah dibentuk dari tanah manusia itu tidak langsung hidup, tetapi ketika Tuhan menghembuskan nefes dari hidungnya seketika itu juga manusia itu memiliki kehidupan. Dari peristiwa itu, kita ketahui bahwa ada keterpautan Tuhan dengan manusia sehingga manusia itu dapat hidup. Keterpautan manusia dengan Tuhan juga tampak dari kesegambaran dan keserupaan manusia dengan Tuhan (Kejadian 1 dan 2).


Mulai dari ayat ke enam hingga sembilan kita diajak untuk kembali mengevaluasi tugas pengajaran yang diberikan kepada kita. Ungkapan didaskadho, didaskadhe (pengajaran) oleh keluarga-keluarga bangsa Israel tidak hanya dilakukan secara formal di dalam Sinagoge, melainkan juga diterapkan dalam rumah tangga mereka. Bagaimana dengan yang sudah kita lakukan di tengah-tengah keluarga kita? Gereja mula-mula sudah memulainya dan berhasil membuat buku didakhe, sedangkan untuk HKI selama ini sangat minim akan tanggungjawabnya melakukan pengajaran. Kedepannya dengan bantuan Tuhan kita akan tingkatkan. Lihat saja sekolah-sekolah HKI yang bertutupan oleh karena tidak ada lagi muridnya, dan kemudian gedungnya dibongkar dan dialih fungsikan. Kenapa tidak HKI sudah saatnya untuk membenahinya, misalnya lewat pengadaan Pendidikan Anak Usia Dini di setiap jemaat HKI. Kita harus memulai diri kita untuk mengajar lewat belajar, baik melalui perkataan dan tindakan terhadap orang lain. Dengan begitu kita sudah mengajar sesama kita. Perlu kita ketahui dari ajaran maka akan muncul akal budi dan kebijaksanaan (ayat 6). Hikmat dan bijaksana tidak akan muncul dengan sendirinya, dengan begitu kita dapat secara matang untuk mengarahkan orang kearah yang benar dan baik. Itulah orang yang bijaksana dan berakal budi. Kita mengtahui Musa menginginkan bangsa Israel menjadi bangsa yang besar dan meliki akal budi dan kebijaksanaan. Untuk HKI tidak cukup hanya dengan berpusat pada Pucuk Pimpinan, tetapi semua pelayan dan warga HKI diharapkan untuk mau menjadi pelaku dalam mengajar. Musa saja, harus dibantu oleh 70 orang yang dipilih dari tengah-tengah bangsa Israel untuk membebaskan Israel. Sebagai Huria, HKI akan berkembang jika memiliki integritas. Gereja dan Bangsa yang maju adalah yang berintegritas dan memiliki konsistensi terhadap iman dan ideologi bangsanya. Waspadalah agar ketetapan dan perintah Tuhan tidak lupa dari hidup kita, sebab Tuhan kita Maha Hadir (omnipresent), oleh karena itu kita akan disanggupkan untuk melakukan dan memberikan yang terbaik bagi Tuhan dari setiap waktu (sekarang: disini dan saat ini) yang kita miliki (Matius 28:20b)

Pdt. MP. Hutabarat, STh

Jika perintah Tuhan kita tambahi dan kurangi akan mendatangkan ketidakbaikan bagi kita sendiri. Dan dalam kehidupan yang diberikan Tuhan kepada kita, ada yang telah berlalu, yang masih kita nikmati sekarang dan yang akan datang. Mari kita perhatikan ayat 1-21, kita menemui karya Tuhan bagi bangsa Israel, namun dibutuhkan proses untuk mencapai semua itu. Perlu bagi kita untuk mengetahui bahwa sebelum ketetapan dan perintah Tuhan diberikan kepada kita untuk dilakukan, manusia telah dipersiapkan terlebih dahulu (lihat pasal 1-4 dan masuk ke pasal 5 dst). Untuk itu kita dituntut untuk menjadi pelaku Firman Tuhan bukan sekedar pendengar.

Pdt. DR. Langsung Sitorus

Pada ayat kesepuluh, kita diingatkan akan pentingnya pertemuan, perkumpulan dan persekutuan sebagai wadah belajar dan mengajar di antara kita, seperti saat ini di dalam ibadah yang setiap hari kita lakukan di kantor pusat. Diingatkan kepada kita untuk tidak meninggalkannya, karena lewat perkumpulan sepertinya maka akan terjadi trasfer pengajaran antar generasi ke generasi berikutnya. Semoga Firman Tuhan diberkati bagi kita untuk menghantarkan kita kepada waktu yang disediakan bagi kita bekerja bagi Tuhan dengan tidak mensia-siakan waktu sekarang yang Tuhan telah berikan. Amin. (yph)

(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Ephorus/Bishop HKI).

Ev. 2 Timoteus 3: 1-7 (Minggu, 21 Oktober 2010: 21 Set Trinitatis)

Pengantar oleh Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh

Timotius adalah teman sekerja bahkan sering disebut-sebut sebagai murid Paulus. Ibunya seorang Yahudi dan Ayahnya Yunani. Sebelum bertobat sebagai pengikut Kristus dengan menjadi murid Paulus dapat diduga bahwa ibunya sanagat banyak memberi pengaruh kepada Timotius. Ini menjadi penting untuk diketahui para ibu dalam rumah tangga, peranan ibu sangat menentukan masa depan keagamaan anak-anak. Perlu diwaspadai agar jangan terjadi fungsi ibu digantikan oleh orang lain yang tidak beriman. Timotius bersedia menjadi pengikut Paulus pada waktu dirinya masih lajang atau pemuda. Mulanya Timotius hanya sebagai sebagai pemikul barang, namun oleh kemauannya dan dia memanfaatkan waktunya bersama Paulus untuk mengisi dirinya dan meletakkan dirinya sebagai orang kepercayaan Paulus meskipun dia sendiri belum mengetahui tentang Kristus. Dari pengalaman bersama Paulus dia menyerahkan dirinya untuk pekerjaan Injil dan berkerja dengan tekun dan keras. Sebagai pekerja, Timoteus tidak memiliki gaji sama seperti Paulus.


Mereka mencari nafkah sendiri, jika Paulus bertenun dia ikut membantu dan jam kerjanya bersama Paulus sering dipakai sembari jam belajar. Bisa jadi pola Paulus kepada Timotius berasal dari yang dialami Paulus ketika menjadi murid Gamaliel yang pada masanya tradisi hukum lisan masih sangat kental. Timotius menjadi seorang teolog bukan dari fakultas teologia yang formal sama seperti Paulus yang merupakan murid dari Gamaliel cucu dari Hillel. Setelah diisi dengan luarbiasa tentang kesaksian Kristus, akhirnya Paulus mempercayainya sebagai utusan dan menggembalai jemaat, menahbiskan Penatua; dll. Itulah buah dari pendidikan non formal yang dialaminya bersama Paulus. Timotius merupakan murid yang melekat dengan gurunya dan belajar dengan sungguh-sungguh. Sudah seharusnya demikian dengan para pelayan di gereja baik pendeta dan parhalado agar melekat dan belajar dengan sungguh-sungguh kepada Kristus. Pergumulan kita semakin berat, maka tidak boleh menyerah meskipun derita berkepanjangan yang oleh Paulus digambarkan kepada Timoteus sebagai gelombang kehidupan.

Oleh Paulus disampaikannya dalam ayat 1 mengenai hari-hari yang sukar dan akan datangnya masa yang sukar, hal ini mau menggambarkan kepada kita mengenai:


Hari-hari terakhir. Menggambarkan hari-hari terakhir kita (pribadi maupun kelompok); akhir dari masa jabatan; berangkat dari kondisi gereja sekarang ini, bisa merujuk pada hari-hari akan lenyapnya gereja, semoga HKI tidak tergerus; dan bisa menggambarkan datangnya akhir zaman. Bagaimana kita menyikapinya? Kita diajak untuk lebih banyak menjadikan diri sebagai teladan yang baik untuk banyak orang. Kita disadarkan dan harus berpikir bahwa apa yang kita lakukan dalam setiap hari pekerjaan kita adalah sebagai hari terakhir dalam hidup kita. Hari-hari bekerja kita adalah hari terakhir kita dapar berbuat, jangan beranggapan ada hari esok. Artinya, dalam pekerjaan kita melayani bukan semakin sedikit tantangan yang berat dan luarbiasa, baik dari dalam maupun dari luar pelayanan. Bahkan tantangan yang lebih berat datang dari lingkungan umat Tuhan sendiri. Mengapa bisa muncul? Karena pengaruh perkembangan jiwa, perilaku dan moral manusia (bnd. Filipi 1:15); dan Karena kita sebagai pemberita injil dan umat Tuhan kurang konsisten dalam menjalankan ajaran Kristus, sehingga orang melihat bukan peningkatan melainkan degradasi moral di lingkungan gereja. Maka, untuk menyikapinya kondisi di atas dibutuhkan teladan sebagai jawabannya (bnd. Filipi 3:17).


Masa yang sukar. Menggambarkan kepada kita hari kesusahan dimana kelakuan hidup manusia condong untuk hidup menggagalkan pekerjaan Tuhan. Dalam 2 Timotius 4:2, ada perintah bagi kita untuk mengkabarkan Injil pada waktu dan kondisi baik atau tidak baik sekalipun. Pada kondisi apapun, kita harus siap untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan. Paulus menggambarkan perilaku-perilaku yang membuat sukar untuk mengikuti Allah. Misalnya, gaji; kekompakan; keadaan politik bangsa; munculnya ekstrimisasi anti Kristen; dan yang semakin memperberat adalah kelangkaan SDM yang dapat diandalkan dan orang sulit mempercayai kita, kondisi seperti ini juga menjadi faktor pendorong menggagalkan pekerjaan Tuhan. Kesukaran-kesukaran ini masih bisa lebih mudah diatasi dari kesukaran-kesukaran yang ditimbulkan dari sikap manusia sendiri seperti yang digambarkan Paulus dalam nats ini: Cinta diri, Hamba uang, Pembual, Penyombong, Pemfitnah, Pemberontak pada orangtua, Garang, Yang tidak berterima kasih, Tidak peduli orang lain, Tidak mengasihi, Tidak mau berdamai, Suka menjelek-jelekkan, Tidak dapat mengekang diri, Suka menghianati, Tidak berpikir panjang, Berlagak tahu, Menuruti hawa nafsu, Ibadah kosong, Orang yang gemar pelacuran dan Diajar tetapi tidak mengenenal kebenaran.


Apakah yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan dan membentuk karakter manusia yang disampaikan Paulus di atas agar menjadi pekerja-pekerja bagi Tuhan?


Bersama dengan pegawai dan pendeta yang hadir mendiskusikannya

  1. Mencintai diri sendiri menjadi mencintai orang lain seperti dirinya sendiri.
  2. Hamba uang menjadi Raja uang yaitu orang yang mampu mengontrol diri dan mengelola uang yang dimilikinya untuk pekerjaan Tuhan.
  3. Pembual menjadi pemberita yang benar. Karena seorang pembual sangat lihai dan mahir dalam menyampaikan berita-berita yang tidak benar, untuk itu kemahirannya dapat digunakan untuk mengabarkan Injil bagi banyak orang.
  4. Penyombong menjadi Rendah hati yaitu orang yang bangga terhadap keadaan dirinya, status, pekerjaan, tentang latarbelakang diri yang dimilikinya. Bangga berbeda dan berlawanan dengan sombong; bangga merupakan kesukaannya yang akan diberitakan, tetapi kalau sombong memberitakan kelebihannya, bahkan kemudian menjengkali orang lain.
  5. Pemfitnah menjadi Parroha pangoluhon; yang selalu mengarahkan orang lain untuk hidup baik.
  6. Pemberontak pada orangtua menjadi menghormati orangtua bukan patuh kepada orangtua. Jika anak hormat bukan patuh, maka anak dan orangtua sebagai teman sekerja di dalam Tuhan dan menjadi orang Kristen yang dewasa (pasangaphon natoras). Dalam bahasa ibrani di pakai kata (YIR-AW) yang artinya, bisa Hormat, menghormati dan dengan hormat. Menurut Erik Foorm kalau kita menghormati seseorang berarti kita sangat mengenal orang itu. Seorang anak akan dengan iklas dan penuh kasih melakukan arahan baik dari orangtuanya tanpa adanya unsur paksaan atau karena rasa takut.
  7. Tidak tahu berterima kasih menjadi orang yang senantiasa bersyukur. Misalnya, Kantor Pusat HKI merupakan bagian dari Tubuh Kritus, kita yang ada disini dengan memberikan nilai kerja yang terbaik untuk membuat sehat tubuh yang diluarnya maka itu adalah bentuk ucapan syukur kita bagi Tuhan.
  8. Tidak peduli agama dengan tidak peduli kepada Tuhan itu berbeda. Menjadi peduli kepada Tuhan saat sekarang ini adalah langka, karena banyak agama yang sudah menjadi racun bagi pemeluknya. Maka, kita harus mengarahkannya menjadi orang yang peduli agama dan Tuhan. Untuk itu, agama harus menjadi media menyehatkan hubungan manusia dengan Tuhan. Agama harus mendorong manusia untuk peduli kepada kehidupan, dengan begitu dia akan mencintai Tuhan.
  9. Orang yang tidak mengasihi menjadi seorang yang solidaritasnya tinggi terhadap orang yang membutuhkan dan tertindas karena hak-haknya dirampas oleh ketidakadilan.
  10. Orang yang tidak mau berdamai menjadi pembawa damai. Ingatlah bahwa selagi manusia hidup maka perlu memperbaiki diri, jika sudah mati tidak perlu tindakan yang sama. Maka, fokuslah pada kehidupan yang saat sekarang ini dengan berdamai terhadap sesama, alam dan Tuhan.
  11. Suka menjelekkan menjadi orang yang tahu memuji orang lain dan dari yang berpikir negatif menjadi berpikir positif.
  12. Orang yang tidak dapat mengekang diri menjadi yang dapat menguasai dan mengendalikan diri.
  13. Garang artinya berani melakukan yang jahat tanpa pikir panjang menjadi berani melakukan yang baik.
  14. Tidak suka yang baik menjadi Pelaku kebaikan.
  15. Suka menghianati artinya tidak setia kepada janjinya menjadi setia kepada janjinya sendiri baik janji terhadap dirinya sendiri dan oranglain, terlebih terhadap Tuhan.
  16. Tidak berpikir panjang menjadi orang yang berpikir mendalam, terencana dan berencana.
  17. Berlagak tahu menjadi orang yang benar-benar tahu dan bertanggungjawab.
  18. Menuruti hawa nafsu. Hawa nafsu adalah berkat dari Tuhan maka harus dipersembahkan kepada Tuhan. Untuk itu harus diarahkan menjadi orang yang menggunakan hawa nafsunya untuk menuruti Tuhan dengan mempersembahkan fungsi nafsu dalam diri. Misalnya tidak perlu melakukan pelacuran suci untuk menyembah Tuhan atau membunuh dan melakukan tindakan kekerasan terhadap sesama untuk membela Tuhan.
  19. Ibadah kosong. Hidup adalah ibadah, tidak hanya seremonial yang rutin diikuti. Oleh Martin Luther dikatakan hidupmu adalah ibadah mu bagi Tuhan (bahasa Ibrani ibadah yakni abodah yang artinya pekerjaan). Maka, jadikanlah setiap pekerjaan kita menjadi ibadah yang bernilai bagi Tuhan. Dengan memberikan yang terbaik bagi setiap pekerjaan yang kita lakukan setiap hari.
  20. Orang yang gemar pelacuran menjadi orang yang mau menginjili dalam ”dunia gelap”.
  21. Orang yang diajar tetapi tidak mengenal kebenaran, biasanya adalah orang yang bebal hatinya dimana yang diperolehnya tidak berguna bagi orang lain menjadi pengajaran yang membangun. Diarahkan menjadi orang yang mau belajar untuk mengajar.

Dalam ayat ke 5, pesan Paulus adalah agar kita menjahui. Dapat dimengerti tujuannya adalah agar kita tidak terkontaminasi oleh karakter orang-orang yang dapat menggagalkan pekerjaan Tuhan yang ada pada kita. Akan tetapi, tugas dan tanggungjawab kita lebih dari sekedar menjahui mereka, tetapi mengubah mereka. Ingat, tidak terkontaminasi dan mengubahkan. Amin. (yph)


(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Ephorus/Bishop HKI)

Friday, September 24, 2010

Info: Kegiatan Serah Terima Harta Kekayaan HKI

Berita Acara Serah Terima Harta Kekayaan HKI

Oleh Pucuk Pimpinan Periode 2005-2010 kepada Pucuk Pimpinan 2010-2015

Gedung Serbaguna HKI, Pematangsiantar, Jumat_3 September 2010


Menindaklanjuti Acara Serah Terima Jabatan antara Pucuk Pimpinan HKI Periode 2005-2010 kepada Pucuk Pimpinan HKI Periode 2010-2015 (yang terpilih pada Sinode ke 59 HKI, tgl.11-15 Agustus 2010 di Mikie Holiday Hotel Berastagi), pada hari Jumat, 03 September 2010 bertempat di Kantor Pusat HKI dilaksanakan Acara Serah Terima Inventaris dan Harta Kekayaan HKI.


Acara di awali dengan Ibadah yang di pimpin Pdt. M. Saragi (Mantan Praeses HKI Daerah I Sumatera Timur I). Dalam Khotbahnya yang mengacu pada Nehemia 8 : 10b, Pdt. M. Saragi menerangkan bahwa setiap Pelayan dan Warga HKI wajib mensyukuri pemberian TUHAN, dan ini harus menjadi dorongan melakukan terbaik bagi pelayanannya. Termasuk bagi Pucuk Pimpinan baik yang mengakhiri jabatan maupun yang mulai mengemban jabatan. Para Pelayan di tiap aras pelayanan (MP, BPKP, Praeses dll), hendaknya mensyukuri kesempatan yang diberikan Tuhan kepadanya untuk menjadi pelayan dan mengemban jabatan pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Kesadaran dan sikap mensyukuri ini hendaknya terimplementasi dalam pelayanannya yang tetap takut akan TUHAN. Setiap pelayan yang sudah mengakhiri jabatannya harus mengikuti teladan Tuhan Yesus yang rela menjadi manusia untuk menebus manusia dari dosa. Jangan kuatir akan masa depan karna Tuhan Yesus pasti menyertai.


Mengawali Acara Serah Terima, Pucuk Pimpinan HKI membacakan Memori Tugas Pelayanan (dibacakan Mantan Ephorus, Pdt. Dr. B. Purba), poin penting di antaranya adalah: 1). Perihal Konven Pendeta HKI, 2). Pembangunan Fisik HKI, 3). Kerjasama dengan Yasuma, dan 4). Pengelolahan Panti Asuhan Zarfat HKI. Usai Pembacaan Memori Tugas Pelayanan, dilaksanakan Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Inventaris dan Harta Kekayaan HKI yang dimulai oleh Pdt. Dr. B. Purba (Mantan Ephorus HKI ; Periode 2005-2010), Pdt. R. Simanjuntak, BD (Mantan Sekretaris Jenderal HKI ; Periode 2005-2010), Mewakili Majelis Pusat Periode 2005-2010 y.i Pdt. M.P Siregar, MTh, Pdt. T. Lumban Tobing STh, Pdt. Naomi Simarmata, MTh. Dilanjutkan oleh Pdt. Dr. Langsung Sitorus, MTh (Ephorus HKI Periode 2010-2015), Pdt. M.P Hutabarat, STh (Sekretaris Jenderal HKI Periode 2010-2015) dan Mewakili Majelis Pusat HKI Periode 2010-2015, y.i : Pdt. JOH Siagian, STh, Pdt. Salome br. Nainggolan, STh, St. W. Saruksuk. Usai Penandatanganan Berita Acara, dilaksanakan serah terima dokumen Badan Pemeriksa Keuangan Pusat (BPKP), dari St. Dr. TY. Gultom,SE, Ak (Mewakili BPKP Periode 2005-2010) kepada BPKP Periode 2010-2015 y.i St. Bichner Panjaitan, St. Arifin Lumban Tobing, St. Marihot Silalahi.


Usai Ibadah dan Acara Serah Terima, dilaksanakan Acara Kata Sambutan a.l. oleh Pdt. Dr. B. Purba (Mantan Ephorus HKI - Periode 2005-2010), “Setelah tidak lagi menjadi Ephorus, maka kamipun siap untuk menjadi Pendeta Resort, dan siap untuk ditempatkan dimana saja”, disampaikan beliau membuka sambutannya, dan dengan rendah hati kemudian memohon maaf kepada semua elemen HKI jika selama ini ada, baik perkataan dan perlakuan beliau yang tidak berkenan. “Tidak mudah mengemban tanggungjawab sebagai Ephorus, seluruh permasalahan gereja terpusat di Ephorus, mulai dari tingkatan jemaat hingga HKI secara global, untuk itu menjadi pemimpin dan gembala yang melayani adalah kuncinya”, pesan beliau sembari menyampaikan selamat bertugas kepada Pucuk Pimpinan baru Pdt. Langsung Sitorus, MTh (Ephorus HKI 2010-2015) yang adalah juga junior beliau semasa kuliah. “Doakanlah kami untuk dapat meneruskan pelayanan dan memberikan yang terbaik bagi HKI ke depannya. Dan, kami siap untuk dikonfirmasi ulang berkaitan dengan hasil serah terima yang telah dilaksanakan” ungkap Pdt. Dr. Burju Purba mengakhiri kata sambutannya. Kata sambutan dilanjutkan oleh St. Dr. TY Gultom, SE.Ak (Mantan BPKP - Periode 2005-2010), belliau berpesan agar sistem pemeriksaan keuangan dapat dilakukan lebih baik lagi kedepannya agar tidak keseleo dan diakhiri dengan mengucapkan selamat bertugas bagi BPKP baru, dan terlebih Pucuk Pimpinan. Diikuti oleh Diak. Drs. T. Sinaga (Mantan Kepala Kebun Kelapa Sawit HKI), dan diakhiri oleh St. W. Saruksuk (Majelis Pusat Periode 2010-2015). Dalam sambutannya, St.W. Saruksuk mengharapkan adanya perbaikan sistem manajerial di tubuh HKI, dan kiranya Pucuk Pimpinan dapat serasi dalam menjalankan kepemimpinannya, sehingga perbedaan tidak mempengaruhi pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang telah dimandatkan”.


Acara dilanjutkan dengan penyampaian sambutan dan pesan dari Pdt. Dr. Langsung Sitorus, MTh sebagai Ephorus HKI Periode 2010-2015. “Ingatkah kita pada saat yang sama sekarang ini pada tahun 1946 apa yang dialami HKI? HKI mulai “terorganisir” ungkap beliau saat mengawali sambutannya. Kemudian dilanjutkan dengan mengucapkan terimakasih kepada Ephorus dan Sekjend lama, dan menyampaikan harapannya kiranya dapat melakukan yang lebih baik, dan mengajak kerjasama Pucuk Pimpinan lama agar masih mau berbagi untuk kemajuan HKI. Beliau juga mengucapkan terimakasih kepada semua yang hadir, khususnya parende Persatuan Wanita Gereja HKI Melanthon, Pematangsiantar dan terlebih kepada Sekjend baru Pdt. MP. Hutabarat, STh yang mulai mengenal beliau, “Terimakasih buat semua yang hadi, khususnya parende, dan terlebih Sekjend yang mulai belajar mengenal saya”, demikian disampaikan beliau. Dalam pesannya, beliau juga menyampaikan bahwa akan dilaksanakan Rapat Gabungan Pucuk Pimpinan, Majelis Pusat, BPKP dan Praeses Periode 2010-2015 selesai acara serah terima. Pesan khusus disampaikan kepada para praeses agar mardosroha terkait penempatan mereka, dan semua praeses harus bersedia untuk saling membantu. Bagi yang daerahnya surplus, harus bersedia membantu untuk daerah yang kurang surplus. “Misalnya, Daerah Tobasa yang kalau tidak dibantu oleh sokongan dana oleh Amang Reinward Simanjuntak, yakni 10 juta setiap tahunnya, maka akan sulit untuk menjalankan tugas-tugasnya”, ungkap Ephorus. Kemudian dilanjutkan dengan pemberitahuan rencana penempatan pendeta di setiap Departemen yang ada. Dijelaskan beliau, ada lima departemen yang harus diisi, dengan kriteria; sudah memiliki jejaring dan mahir berbahasa inggris serta mampu menggerakkan roda organisasi tanpa harus bergantung pada Pucuk Pimpinan dengan tetap bertanggungjawab kepada Pucuk Pimpinan HKI. Khusus untuk Kepala Departeman Keuangan dan Bendahara, hingga saat ini masih mengalami kesulitan untuk mencari orang yang tepat, yakni orang yang bisa memberikan waktu dan kemampuan untuk bersama-sama memenuhi kebutuhan HKI kedepannya dalam menjalankan program-programnya. Ditambahkan Ephorus, bahwa dalam kurun waktu enam bulan kedepan akan diupayakan sentralisasi dapat terwujud, “Kuncinya kita harus bersama-sama dan mau melaksanakannya”, ungkap beliau. Ephorus juga menyampaikan bahwa, mengenai keuangan yang ada di setiap resort akan dicek baik surplus atau tidak dan segala laporan keuangan mulai dari jemaat, resort dan daerah akan diperiksa oleh koordinasi BPKJ, BPKR, BPKD bersama BPKP, baru di serahkan kepada Pucuk Pimpinan. Mengakhiri sambutannya, Ephorus berpesan agar kantor pusat dan gedung serbaguna HKI dapat dijadikan pusat pelatihan, untuk itu perlu pembenahan diantaranya pengadaan AC di masing-masing tempat, beliau mengajak peran serta dari yang hadir untuk mau membantu pengadaannya. Dan, ditambahkan lagi, bahwa akan diupayakan di Pematangsiantar harus ada 15 rumah dinas HKI, bertujuan untuk mendukung kelancaran tugas-tugas di kantor pusat, sehingga kantor pusat dapat bergerak. “Doakan kami, agar semua yang direncakan dan dikerjakan dapat berjalan dengan baik”, dikatakan Ephorus dengan rendah hati menutup kata sambutannya. Setelah Ephorus, kata sambutan terakhir disampaikan oleh Pdt. M.P Hutabarat, STh (Sekjend HKI Periode 2010-2015), beliau berpesan agar semua elemen HKI untuk sehati sepikir melayani di HKI dan sekaligus pemaparan Program Kerja 2011. Beberapa di antaranya adalah membangun pelayanan katagorial di HKI, pembenahan administrasi HKI, mengembangkan SDM HKI, pembangunan fisik Kantor Pusat dan pembangunan ekonomi umat serta meningkatkan jejaring baik pemerintahan, antar denominasi gereja, lembaga non kristen dan lembaga-lembaga yang berada di luar negeri dengan fokus untuk kemajuan HKI. Untuk mengakhiri sambutannya, Sekjend HKI mengajak semua warga jemaat dan pelayan HKI untuk saling mendoakan agar rencana-rencana yang ada menjadi kenyataan.


Usai Kata-kata Sambutan, dilaksanakan Makan Siang Bersama yang dijamu oleh Ir. Reinward Simanjuntak, MM (Mantan Ketua Umum Pencanangan Tahun Diakonia HKI 2009). Hadir juga dalam Acara, a.l. Mantan Majelis Pusat HKI (Periode 2005-2010) Pdt. Toljun Lumban Tobing, STh, Pdt. MP Siregar, MTh, dan Pdt. Naomi Simarmata, MTh. Mantan Praeses Periode 2005-2010 a.l. Pdt. M. Saragi,STh, Pdt. Tohap Sihombing, STh, Pdt. Salome br. Nainggolan, STh, Pdt. MAE Samosir, STh, Pdt. Pdt. C. Siahaan, Smth, Pdt. K. Simorangkir,STh, Pdt. Epen Siregar, SmTh, Pdt.Firman Sibarani, MTh. Majelis Pusat Periode 2010-2015 a.l Pdt. Salome br. Nainggolan, STh, Pdt. MAE Samosir, MTh, Pdt. Halomoan Simanjuntak, STh, Pdt. Janiandar Pasaribu, MTh, Pdt. Rudolf Simanjuntak, BD, Pdt. JOH Siagian, STh, St. Ir. Jonner Togatorop, St. RPS Janter Aruan, SH, Mhum, St. Bangun Hutasoit, St. Wajib Saruksuk, St. S. Nainggolan, dan St.Drs. Marojahan Panjaitan, MPd. Serta Praeses Periode 2010-2015, Pdt. HR Panjaitan, DMin (yang juga Ketua Konven Pendeta HKI), Pdt. Toljun Lumban Tobing, STh, Pdt. Keppler Bakara, STh, Pdt. Jansen Simanjuntak, STh, Pdt. Surungan Situmorang, STh, Pdt. Lamsihar O. Siregar, STh, Pdt. Epen Siregar, Sm.Th. Paduan Suara PW HKI Jl. Melanthon Siregar, dan Undangan lainnya baik Pelayan dan Jemaat HKI di wilayah Medan, P. Siantar dan Simalungun serta perwakilan unsur pemerintah setempat.


Kita doakan kiranya Pucuk Pimpinan HKI, Majelis Pusat, Badan Pemeriksa Keuangan, Praeses HKI Periode 2010-2015 serta Jajaran Pelayan di tiap aras pelayanan tetap dapat dipakai TUHAN Yesus Raja Gereja demi pengembangan Kabar Sukacita dan Damai Sejahtera dalam Gereja Tuhan, khususnya di HKI serta masyarakat secara umum di dalam rumah besar NKRI. Tuhan Memberkati. (yph)

Info: Pesan Ephorus untuk Warga HKI Patane

Pesan Ephorus

Pada Acara Ramah tamah dengan jemaat HKI Patane, Porsea

Minggu, 29 Agustus 2010


Awalnya, lama sebelum sinode 2010 berlangsung, setelah di sinode tahun 2005 tidak terpilih menjadi Sekjen HKI, saya sudah tidak ada lagi berharap besar untuk menjadi pucuk pimpinan. Biarlah saya cukup menjadi dosen atau pendeta resort. Namun, terimakasih buat Tuhan dan kita semua yang kemudian menetapkan saya untuk menjadi Ephorus HKI. Menjadi Sekjen tidak diberi, malah menjadi Ephorus.


Dalam proses menjelang sinode 2010 kemarin, dalam mempersiapkan diri, banyak saya temui kabar-kabar yang tidak bertanggungjawab dan mau membunuh profil saya dari pelbagai pihak. Misalnya: gelar Doktor palsu, dalam kriteria pencalonan sebagai Ephorus ada upaya untuk menghambati, dengan memasukkan salah satu poin kriteria yakni harus pernah melayani sebagai pendeta resort selama 10 tahun, dan dituduh melakukan money politic dalam pengumpulan suara di sinode, yang ternyata tidak ada politik uang.


Dengan berakhirnya sinode dan oleh kehendak Tuhan telah dipilihnya para pengurus HKI, maka hendaklah kita bersama-sama memberikan dukungan, bukan malah menimbulkan rasa kebencian. Dan begitu juga untuk semua jemaat yang ada saat ini di Patane, agar kita semua membawa kabar yang baik sesuai dengan kebenaran yang ada.


Saat ini di kantor pusat tidak ada uang. Sama seperti 10 tahun sudah saya di PGI SUMUT. Tapi kita percaya Tuhan akan memberikan kemudahan dan mencukupkan. Di tengah-tengah kekosongan keuangan ini, juga diperhadapkan pada beberapa tujuan dan cita-cita yang harus tercapai selama 5 tahun ini. Diantaranya, HKI harus mampu menyekolahkan para pelayannya memperoleh gelar Doktor. HKI harus memiliki 6 orang Doktor dengan berbiaya 280juta/orang. Dan gelar Master Teologia dengan biaya 100juta/orang. Untuk itulah kita diharapkan untuk saling mendukung. Kita juga akan diperhadapkan pada masa pensiun. Di tahun 2012, akan ada kurang lebih 10 orang Pendeta pensiun. Kita tidak menginginkan, para pendeta yang telah pensiun dibiarkan begitu saja, harus ada bekal yang sepantasnya bagi mereka untuk menjalani masa pensiunan mereka. Paling sedikit harus ada 40juta/orang yang harus disiapkan pusat. Darimanakah semua dana itu dapat dikumpulkan? Dari kantong Tuhan, dengan cara saling membantu dan mendoakan. Mengenai kebun sawit, kita berharap dapat memberikan hasil yang baik untuk kedepannya.


Diharapkan jemaat atau para pelayan, jangan mau diprovokasi atau memprovokasi satu dengan yang lain. Ada wacana yang tersebar di kalangan Pendeta, bahwa jika pemutasian dilakukan dengan tidak sesuai dengan kehendak para Pendeta, maka akan terjadi keributan atau perlawanan. Ini adalah provokasi yang tidak pantas untuk di dengarkan. Sesungguhnya, bukan persoalan mutasinya yang harus di takuti atau dikwatirkan. Tapi, jika kemudian pucuk pimpinan tidak memperhatikan kesejahteraan para pendeta yang ditempatkannya, barulah dapat dibenarkan adanya ketidakberersan. Untuk para pendeta harus mengingat prinsip dan semangat kependetaan untuk siap ditempatkan dimana saja, siap memberitakan Firman Tuhan dimana saja dan dalam segala kondisi, dan siap mati untuk Injil.


Khusus untuk Gereja Patane, pelayan dan jemaat untuk jangan pernah berhenti membangun. HKI Patane merupakan “wajah” dari HKI secara keseluruhan dan sebagai sumber pancaran sinar untuk menerangi perjuangan HKI di semua tempat. Telah direncanakan agar HKI Patane memiliki dua Pendeta yang melayani baik mulai dari resort hingga pagarannya. Untuk itu, diharapkan bagi para pendeta untuk dapat saling bekerjasama dalam satu tempat yang sama.


Mengenai para calon-calon pendeta untuk HKI, dan yang masih belajar, perlu mendapatkan pembenahan pendidikan yang lebih serius. Ada direncanakan untuk penabalan calon pendeta harus terlebih dahulu menjalani beberapa tahun masa praktek.


Banyak yang harus dipersiapkan dan dikerjakan untuk ke depan, untuk itu bantulah kami pucuk pimpinan. Jika ada selama ini dari kami, yang tidak berkenan terhadap jemaat HKI Patane tolonglah dimaafkan dan doakanlah kami. (yph)

Ev. Yehezkiel 33: 12-19 + 30- 33 (Minggu, 31 Oktober 2010: 22 Set Trinitatis)

Nabi Yehezkiel tinggal dalam pembuangan di Babel, baik sebelum, maupun sesudah jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 Sebelum Masehi. Pesannya ditujukan kepada orang-orang yang dibuang di Babel dan mereka yang tinggal di Yerusalem. Buku Yehezkiel dibagi dalam empat bagian yang penting yaitu: Peringatan kepada umat Israel bahwa Allah akan menghakimi mereka dan bahwa Yerusalem akan jatuh dan hancur; Pesan dari TUHAN bahwa Ia akan menghakimi bangsa-bangsa yang menindas dan menyesatkan umat-Nya; Penghiburan bagi Israel setelah jatuhnya Yerusalem, dan janji tentang masa depan yang cerah; dan Gambaran Yehezkiel tentang Rumah TUHAN dan bangsa yang diperbaharui.

Yehezkiel adalah orang yang teguh imannya dan hebat daya khayalnya. Sebagian besar dari pesannya didapatnya melalui penglihatan-penglihatan, dan dinyatakannya dengan perbuatan yang merupakan lambang yang jelas bagi bangsa Israel. Yehezkiel menekankan perlunya pembaharuan hati dan jiwa, serta tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri. Ia juga menyatakan harapannya akan pembaharuan hidup bagi bangsa Israel. Sebagai imam dan juga selaku nabi, Yehezkiel memberi perhatian khusus kepada Rumah TUHAN dan pentingnya hidup menurut kehendak TUHAN.

Kitab Yehezkiel 33: 12-19 + 30-33 sebagian besar dari keseluruhan kitab Yehezkiel. Oleh Alkitab LAI diberi judul "Nubuatan Pengharapan bagi Israel". Hal ini juga dibagi atas menjadi Pasal 33: 1-20: berbicara tentang Tugas Yehezkiel sebagai penjaga (ibr. Sofet, Yun. Skopos); di ayat 12-19: berbicara tentang bagian tugas itu; dan dalam ayat 30-33: berbicara tentang Kekerasan hati bangsa Israel.

Kita tahu, Yehezkiel hidup di Pembuangan, dia tinggal di tepi sungai kebart. Salah satu anak sungai yang mengalir ke suangai Efrat. Di tepi sungai Kebart mereka membangun Synagoge. Ada pembangunan budaya Yahudi. Yehezkiel bekerja di masa pembuangan itu dan nubuatan-nubuatannya berisi konsolidasi agar bangsa Israel bersatu, agar taat kepada agamanya dan benar-benar bisa membangun budayanya. Yehezkiel tidak ingin bangsanya tercerai berai dan akhirnya hidup dalam tradisi Israel. Mengapa mereka pilih tepi sungai sebagai pusat ? karena mereka memerlukan air, untuk mencuci, mandi sebelum masuk beribadah. Sama seperti agama islam yang membasuh kaki (mengambil air wudhu) ketika akan beribadah. Sebagai penjaga Yehezkiel mengumpulkan pedoman-pedoman yang harus ditaati oleh bangsa Israel. Ia juga menubuatkan bahwa Yerusalem akan dibangun kembali dan Bait Allah akan dibangun kembali. Berkat penjagaan, maka orang Israel tetap tumbuh di pembuangan, akibatnya menghasilkan Israel baru dan juga mendapat tanah air yang baru di Jerusalem bahkan lebih luas di Yehuda. Bahkan Yerusalem yang baru itu menjadi pusat keagaamaan yang baik dan besar bagi mereka. Yehezkiel memberikan semangat berintegrasi dengan pemerintahan yang menjajah mereka. Ia berbahagia dengan jasa Daniel yang berani masuk ke istana Nebukadnezar. Peran puncak yang dibangun Yehezkiel itulah yang mendorong orang-orang Israel terpelajar ntuk menyerukan agar ada jalan damai untuk kembali ke Yerusalem bahkan mengusahakan bantuan pemerintah untuk membangun kota tersebut. Kita tahu dimasa pembuangan itu tokoh-tokoh masyarakat Israel dan cendekiawan berusaha memperkenalkan Allah yang mereka puja (sembah) dan orang Babel buangan orang persia yang menghianatinya sebagai mahluk yang tinggi. Umat israel harus benar-benar tahu melakukan yang benar dan melakukan yang baik serta mana yang jahat.

Dasar kebaikan adalah hukum-hukumnya, maka hukum-hukum itu dikonfirmasi semasa pembuangan itu. Bahkan mereka juga berhasil mengumpulkan kitab Imamat di pembuangan itu. Agar semua Israel dapat menyampaikan/membedakan yang jahat dan baik. Mereka diminta membuaat keputusan membuat semakin giat lagi. Seperti orang Batak, dahulu telah mendengar kejamnya Padri bagi mereka, mereka terlena dalam hal ini. Sekarang kepada orang Batak, mereka memakai cara yang lemah lembut. Bangsa Israel di zaman Persia, selalu dibanggakan akan hal ini, hampir mirip dengan seorang yang berpangkat Jenderal. Seperti Daniel yang dibanggakan oleh Persia. Tidak ada pertumpahan darah dan hal lain, Nehemia yang menjadi Penasehat raja Darius dan juga Mordekhai. Bahkan Ester menjadi terkenal. Zaman Babel mereka berbahasa zaman Persia. Mereka tetap kuat, tidak lengah melawan kekerasan dengan kebaikan. Walaupun budaya mereka terus dipaksakan mereka.

Ayat 12-19 : Peringatan keras untuk tidak berubah dari kelakuan yang baik ke yang jahat. Itu menjadi tujuan. Supaya yang jahat bertobat melakukan yang baik. Tdak ada bedanya dengan kita. Seorang yang merasa telah melakukan kebenaran, tidak boleh menyombongkan diri. Jika ada perbedaan teologi dengan yang lain, misalnya islam: Kejahatan belum tentu menghasilkan kebaikan tetepi dicari keseimbangan (balance). Tetapi sebaliknya, apapun sebabnya: Kebaikan yang dilakukan saat ini, bisa menutupi semua kejahatan sebelumnya. Karena gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga bisa juga: “air kotor satu bak” bisa bersih hanya karena “segumpal kaporit”. Artinya: orang israel mempertahankan kebaikannya sampai mati. Itu tidak bisa berubah dan tidak bisa ditawar-tawar. Sebenarnya: mereka tidak bisa menghianati bangsanya. Walaupun mereka menjadi orang Yahudi, orang Cina dan orang lain. Tetapi mereka selalu ingat jati dirinya. Tidak lupa kacang akan kulitnya. Dia tidak bisa menghianati bangsanya. Karena kebaikan itu akan selalu mempengaruhi segala kehidupannya. Kerinduannya akan kejahudian itu maka dapat menutupi segalanya. Kebaikan apakah yang bisa perhatikan di dalam jemaat. Kebaikan kita itu yang dapat menutupi yang jelek dari diri kita.

Selaku orang Batak, kita adalah orang batak yang beradat (baik orang kristen atau tidak). Bagi orang Kristen, adat tidak baik. Maka harus menemukan titik baru. Orang Batak beradat tidak menghantar mereka masuk sorga. Oleh karena itu kebaikan menurut Batak masih terbatas, membuat Batak menjadi kerdil. Kekristenan itu harus menemukan inti (chor) dari orang Batak. Apa itu? apakah yang paling inti dari orang Batak?

St. Raja PS. Janter Aruan, SH, MH:

Ada yang mengatakan, intinya adalah kasih dan pengampunan. Kebenaran tidak berguna jika kita melakukan kejahatan. Sebaliknya, kebaikan akan berguna jika kita melakukan kebaikan.Kita seharusnya saling mengampuni, mengasihi dan tidak membedabedakan satu sama lain dengan dosa. Ada orang yang tampaknya mengasihi, mengampuni maka dia melakukan hal ini. Ada keangguhan dalam diri, menghapus segala kebaikan. Sebaliknya juga, ada orang yang bisa mengampuni karena kasih, apakah itu yang paling berharga dalam hidup kita? Atau ada hal yang lain?


Pdt. Salome Nainggolan, STh

Ada orang yang mengatakan juga yang berharga itu adalah Penebusan yang dilakukan Kristus. Metode yang dilakukan antara Allah dan Yehezkiel adalah dialog (bercakap-cakap). Metode ini sangat cocok sekarang ini. Kita pelayan (Pendeta) sering menjadi batu sandungan bagi anggota jemaat. Jika ada dialog antara jemaat dan Pendetanya dalam menyelesaikan suatu perselisihan. Maka satu sama lain akan semakin akrab dan saling mengampuni tidak ada pandangan yang negatif satu sama lain melainkan postitif thingking. Jadi benarlah kita, harus mengenal benar-benar, bagaimana pengorbanan Kristus (Keselamatan yang dari Kristus).

Pdt. Dr. Langsung Sitorus, MTh
Kita tahu bahwa bagi orang Batak, yang ditekankan adalah adat tetapi bagi kita yang percaya adalah pengorbanan Kristus (keselamatan dari Kristus). Siapa yang berada dalam keselamatan maka dia akan beroleh kebenaran dan kebaikan serta kerajaan sorga. Karena keselamatan itu adalah pengampunan atas dosa yang pernah kita lakukan. Keselamatan itu dapat dalam segala hal. Maka semua orang bisa diselamatkan oleh Tuhan. Dalam keselamatan ada buah-buah Roh (Gal. 5: 22). Dan juga keselamatan itu terdapat dalam Mateus 22: 37-39:
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Jadi Keselamatan itu adalah hidup tanpa dosa. Keselamatan itu adalah bersama Tuhan. Keselamatan itu juga adalah: ciptaan baru (kebenaran), seperti di taman Eden. Seperti doktrin dalam perintah Allah ”Apa yang kamu dalam kata dan perbuatan, hendaklah itu dalam nama Tuhan Yesus Kristus”. Sebab Upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Jadi siapa yang terhindar dari keselamatan maka nyawanya terancam. Jika ada orang yang berbeda agama dengan kamu katakan: “berbahagialah kamu, kamu diselamatkan dalam Yesus Kristus”. Contohnya: Mahatma Gandhi, dia adalah orang yang diselamatkan, makanya dia berjuang dengan agama Hindunya untuk membawa orang ke jalan yang benar dan kembali ke jalan yang benar.

Ayat 30-33: "Dan engkau anak manusia, teman-temanmu sebangsa bercakap-cakap mengenai engkau dekat tembok-tembok dan di pintu rumah-rumah dan berkata satu sama lain, masing-masing kepada temannya. Silakan datang dan dengar, apa yang difirmankan oleh TUHAN! 33:31: Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram. 33:32 Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya. 33:33 Kalau hal itu datang dan sungguh akan datang! Mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka".

Konsistensi melakukan firman Tuhan, inilah yang sangat perlu. HKI dari HChB dulunya oleh Sutan Malu Panggabean memakai semboyan dan semangat dari Yakobus 1:22 "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Inilah yang semakin menggema hingga saat ini. Kita juga harus setia dan tetap melakukan firman Tuhan dalam kehidupan kita. Carilah Tuhan maka kamu akan Hidup (Amos 5: 6ยช) dan Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup (Amos 5: 14a).

Yehezkiel menyatakan seharusnya orang melakukan firman Tuhan adalah pertama sekali Nabi /Pemberita Injil yang berada di pos pelayanannya, mereka harus tetap disana. Integritas Kristen adalah dalam hal melakukan apa yang diajarkan dan yang didengar dari Tuhan Yesus Kristus. Janji mereka harus dijalankan. Mereka tidak mau berbeda, di depan dan di belakang. Siapa yang mau berintegritas: lakukan dalam Tuhan Yesus.

Pdt. Edwin JP. Simanullang, STh
Allah kita, adalah Allah yang setia dan adil. Dia selalu memanggil dan memberi perintah kepada kita agar kita selamat dan juga setia sampai mati. Kita sebagai orang percaya harus siap sedia akan hal itu. Dalam Wahyu 2:10 “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Betapa mahal arti kesetiaan dalam hidup jasmani dan rohani kita. Jadi kita jangan sampai mensiasiakannya. Tuhanlah yang memberkati kita. Amin.

(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Ephorus/Bishop HKI).