RENUNGAN JUMAT AGUNG TGL. 22 APRIL 2011.
Berdasarkan Evangelium (Perikope Khotbah): Yesaya 52:13 – 53:12: Hamba TUHAN Yang Menderita
52: 13 Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.
14. Seperti banyak orang akan tertegun melihat Dia – begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi –
15. demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka melihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.
53:1. Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?
2. Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya.
3. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
4. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
5. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya; dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
6. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
7. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
8. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.
9. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.
10. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
11. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.
12. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.
Kalau kita bandingkan terjemahan Bahasa Indonesia ini (Alkitab LAI) dengan terjemahan bahasa Batak Toba (Bibel LAI), terjemahan bahasa Indonesia lebih mendekati kepada teks aslinya dalam bahasa Ibrani. Di sini dicoba menterjemahkan teks Ibraninya ke bahasa Batak-Toba yang lebih tepat:
52:13. Ida ma, naposo-Ki marbisuk, marsangap, jala timbul huhut marmulia.
14. Ai tung mansai torop jolma longang taringot tu Ibana; alana tung rumoa bohina sian jolma; jala rumangna (rumoa) sian anak ni jolma.
15. Songon i muse mansai torop bangso (parbegu) tarhalomong taringot tu ibana; torop raja pahohom pamangan nasida. Ala nasida marnida akka na so hea tarbarita tu nasida; jala nasida mangantusi akka na so hea tarbege tu nasida.
53:1. Ise porsea tu na tarbege hami? Jala tu ise ma tangan-hagogoon ni Jahowa dipatuduhon?
2. Ai songon tumbur do ibana tubu di adopan-Na; jala songon tunas sian tano na mahiang. So adong hinauli di ibana, jala so adong hinajogi, molo niida ibana. Jala so adong rupa asa nihalomohon ibana.
3. Akka jolma mangaleai jala pasiding ibana. Ibana sada baoa sitaon pardangolan jala situhuk parsahiton. Godang halak pasiding bohi maradophon ibana, ala leana; jala tung so tarrajuman do ibana.
4. Hape ibana manuhuk akka sahitta jala ibana mamorsan akka pardangolanta. Alai hita manghata ibana, na Elohim do mamissang, mambalbal dohot pasipalhon.
5. Hape ibana tartullang hinorhon ni pangalaosionta do; ibana maropuk hinorhon ni akka hajahatonta do. Pissangpissang hona tu ibana, asa hita marahasonangan; jala hamalumon di hita, ala ni bugangna .
6. Sude hita lilu songon birubiru nalilu. Ganup hita masibuat dalanna be. Dungi Jahowa manipahon tu ibana dosa ni hita saluhut.
7. Ibana dipasipal alai ibana manaonhonsa, jala ibana dang mambuka pamanganna. Songon birubiru na ditogu tu paneatan; songon induk ni biru-biru di jolo ni sigusting imbuluna, jala tung so diukkap pamanganna.
8. Dung tanggal ibana sian hadangolon dohot panguhumion, jala ise ma naboi mangetongi parngoluonna; tutu disirang ibana sian tano ni jolma na mangolu, tung ala ni hajahaton ni bangso-Ku umbaen uhuman hona tu ibana.
9. Ibana mangalehon tu akka parjahat tanomanna, jala hamateanna tu akka parjahat ; Nang pe ibana ndang mangulahon hajukkaton; jala dang adong sipaotooto di pamanganna.
10. Alai Jahowa manghalomohon parsipalna mangae sahit. Ala hosana gabe pelean hasesaan ni dosa, idaonna ma pomparan, marganjang ma akka taonna, jala lomo ni roha ni Jahowa masa ma marhite tanganna.
11. Ibana marnida hosana malua sian na sorat, sabam ma ibana di parbinotoanna. Naposo-Ki, nabonar na sintong I, pasintong mansai torop halak, jala ibana mamorsan akka dosa nasida.
12. Alani i Ahu mansagihon tu ibana mansai torop, jala Ahu mansagihon (tu ibana) akka nagogo songon silehonlehon, ala ibana sumeahon hosana tu hamatean, jala tarrajum ibana songon akka parjahat; jala ibana mamorsan dosa ni hatoropan jala ibana mangondihon akka parjahat.
Beberapa catatan pergumulan iman
Banyak agama-agama mempersoalkan dan bersoal tentang Yesus dari Nazareth. Yang paling memperdebatkan apa dan siapa Yesus dari Nazareth ada tiga agama, yakni Yahudi, Kristen dan Islam.
1. Agama Yahudi, berpegang kepada Kitab Suci Perjanjian Lama (39 buku). Dalam kitab ini tidak ada disebut tentang nama Yesus dari Nazaret (Yesua haNazarene). Tetapi dalam buku itu dikenal nama Yesua (Yosua) yakni tokoh yang melanjutkan misi Musa membawa umat Israel masuk di tanah Kanaan, setelah Musa wafat di gunung Nebo. Yosua bin Nun bukan Yesua haNazarene (Yesus dari Nazareth) yang di Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama banyak nubuat-nubuat tentang Mesias yang akan datang. Tetapi penganut agama Yahudi tidak menghubungkan isi pemberitaan Perjanjian Lama (isi 5 Kitab Musa, Mazmur, Ketubim dan Nebiim) itu kepada Yesus Kristus. Mereka menolak pemenuhan nubuat-nubuat PL dalam diri Yesus Kristus. Sikap mereka itu adalah tindakan penyangkalan dan penolakan terhadap Yesus Kristus, bukan karena jujur memahami isi PL. Orang Yahudi yang sekarang, yang menganut agama Yahudi, adalah pewaris dan pelanjut sikap kakek/nenek moyang mereka yang hidup di zaman Yesus (yaitu kelompok penolak Yesus dari Nazareth/Yesua haNazarene sebagai Kristus/hammasiah) dan yang terus menerus ingin menghapus Yesus dan ajaran-Nya dari bumi umat manusia. Hasil dialog antar penganut agama Yahudi dan penganut agama Kristen, hanya mengajak orang Yahudi yang menganut agama Yahudi untuk mengakui bahwa Yesus Kristus adalah salah satu putra Yahudi yang luar biasa, karena ajaran-ajarannya dapat memanggil lebih satu miliar manusia menjadi pengikut-Nya. Mereka menolak agar mereka diinjili, dengan alasan, bahwa TUHAN (Yahowa) yang dipuja oleh orang Yahudi penganut agama Yahudi sama dengan TUHAN (Yahowa) yang dipuja dan dimuliakan Yesus dari Nazareth. Tetapi lahirnya dan bekerjanya Yesus Kristus sebagai orang Yahudi hendak mengatakan bahwa orang Yahudi penganut agama Yahudi perlu diinjili. Yesus Kristus datang ke dunia adalah untuk menginjili mereka. Itu perlu karena agama Yahudi tidak menjadi jalan keselamatan bagi seluruh umat manusia, pada hal TUHAN menginginkan agar semua umat manusia mendapat berkat dan keselamatan melalui Yahudi yang setia pada TUHAN. Memahami isi PL menunjuk kepada Yesus Kristus, merupakan langkah pertama mewujudkan rencana TUHAN Allah itu.
2. Agama Islam mengajarkan bahwa para pengikutnya percaya kepada isi Kitab Taurat, isi Kitab Zabur (Mazmur), isi kitab Injil dan isi kitab al-Quran. Tetapi ukuran kebenaran yang paling benar bagi mereka adalah isi kitab al-Quran dan tambahannya adalah Hadis yang mereka nilai sebagai sahih (tak diragukan kebenaran dan keabsahannya). Prinsip yang digunakan dalam menilai isi kitab-kitab suci itu adalah: Isi al-Quran sebagai kitab yang dipercayaai sebagai kitab yang terakhir diwahyukan adalah kebenaran mutlak dan membatalkan atau sedikitnya mengkoreksi/memperbaiki apa yang pernah diwahyukan dalam kitab-kitab sebelumnya. Prinsip ini berlaku juga bagi mereka dalam menilai dan memahami apa dan siapa Isa al-Masih (sebutan al-Quran untuk Yesus Kristus/Yesua hamMasiah). Al Quran dipandang sebagai kitab yang mengkoreksi pemberitaan Alkitab (khususnya Perjanjian Baru) terutama tentang Isa Al Masih, yang mereka pandang sebagai sudah dibelokkan. Al Quran sama sekali menolak penyembahan kepada Yesus sebagai Tuhan, dan dengan tegas mengatakan bahwa tidak ada anak bagi Allah. Al Quran hanya sampai kepada pengakuan bahwa Isa Al Masih itu seorang nabi atau seorang rasul. Sehubungan dengan kerasnya penolakan al Quran terhadap berita Alkitab tentang Yesus Kristus, apa yang dikatakan al-Quran tidak boleh dilengkapi dengan apa yang dikatakan oleh Injil, terutama tentang apa dan siapa Yesus Kristus (Isa al-Masih), serta tentang kematian dan kebangkitannya. Misalnya: Dalam al-Quran Surat ke-19 (Maryam) ayat 33 dikatakan (sebagai ucapan Nabi Isa al-Masih): “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. (dikutip dari al-Qurรคan dan Terjemahannya, Dep.Agama RI Jakarta, thn 1984/1985). Tentang kelahiran Isa al-Masih ada diceritakan dalam al-Quran, tetapi itu tidak diperkenankan dilengkapi dengan cerita kelahiran Yesus Kristus yang diceritakan dalam Injil. Tentang kematian nabi Isa al-Masih sangat kabur diberitakan di dalam al-Quran [Dikatakan: “maka setelah Engkau (=Allah) wafatkan aku (=Al Masih)”, Sura 5 (Al-Maa-Idah) ayat 117); “Hai ’Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir,..” (Sura 3/Ali Imran ayat 55)], tetapi itu tidak diperkenankan diperjelas dengan cerita kematian Yesus Kristus, yang ada di dalam Injil. Tentang kebangkitan hidup kembali nabi Isa al-Masih sama sekali tidak ada dalam al-Quran, tetapi hal itu tidak diperkenankan untuk diketahui berdasarkan berita kebangkitan Yesus Kristus yang ada dalam kitab Injil. Contoh lainnya: Dalam al-Quran dikatakan bahwa Al Masih diciptakan dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, “namanya Al Masih ’Isa Putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)” [Sura 3 (Ali Imran) ayat 45]. Tetapi ajaran mereka tidak memperkenankan untuk menerangkan ketermukaan Al Masih (Yesus Kristus) di dunia dan di akhirat, dan bagaimana Dia didekatkan kepada Allah, berdasarkan apa yang disaksikan dalam Injil. Sewaktu orang Kristen (Ahli Kitab) dituduh mentigakan Allah dalam hubungan kepercayaan orang Kristen kepada Yesus Kristus (sebagai Tuhan, tidak hanya sebagai Rasul), ayat al-Quran menghardik: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu…” (Sura 5 ayat 77). Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah memang kepercayaan Kristen tentang Yesus Kristus [(yang berdasar kepada Alkitab (PL dan PB)] berlebih-lebihan, atau memang merupakan suatu konkuensi dari kepercayaan kepada TUHAN (Yahowa) Allah (Elohim) yang memang mahakuasa dan mahaesa dan merupakan bukti kepatuhan kepada Dia saja? Dua sikap agama yang dikatakan di atas merupakan gambaran sikap manusia zaman sekarang, yang harus dijawab oleh umat Kristen sehubungan dengan pengenalan dan kepercayaan Kristen kepada Yesus Kristus.
3. Agama Kristen, mendasarkan iman kepercayaannya tentang Yesus Kristus kepada pemberitaan Perjanjian Lama. Penulis-penulis Injil berusaha melihat dan menunjukkan bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama dipenuhi dalam diri dan karya Yesus Kristus. Banyak tokoh yang pernah muncul di kalangan bangsa Israel/orang Yahudi dari sejak zaman nabi-nabi hingga zaman modern ini, tetapi tidak satu pun dari mereka yang dapat dibaca dan dikenal atau dirujuk sebagai pemenuhan dari apa yang dinubuatkan Perjanjian Lama sebagai Mesias, bahkan sebagai wujud penyataan TUHAN Allah sendiri. Menyadari kenyataan ini, sebenarnya harus diakui bahwa penyaksian dan kesaksian para penulis Injil yang mendasarkan isi Perjanjian Lama dalam memperkenalkan Yesus Kristus, merupakan temuan besar. Para penulis Injil berhasil memahami apa dan siapa TUHAN (Yahowa) menurut PL dan apa rencana-rencana-Nya demi masa depan umat manusia keseluruhan. Dengan kesaksian itu, Yesus Kristus tidak hanya sekedar seorang pemuda Yahudi yang paling luar biasa sepanjang zaman, tetapi seorang yang merubah pradigma keberagamaan yang pernah dianut oleh masing-masing kelompok umat beragama, terutama paradigma keberagamaan umat Israel/Yahudi, dan sekaligus merubah pengenalan konservatif kaum Yahudi tentang TUHAN (Yahowa), maupun pengenalan konservatif agama-agama lainnya tentang Allah, dewa atau sembahan mereka. Perubahan paradigma keberagamaan dan pengenalan akan TUHAN tersebut secara laten dan terus menerus menyoroti semua paradigma keberagamaan dan pengenalan akan TUHAN yang diajarkan oleh agama-agama yang muncul belakangan. Kesaksian PB dan orang Kristen tentang Yesus Kristus merupakan buah kepercayaan kepada TUHAN yang hidup dan yang berkuasa penuh atas diri dan cara-Nya dalam menyatakan diri kepada umat manusia. Keyakinan ini dan buahnya dalam penulisan surat-surat yang ada di PB maupun penulisan dan pengajaran dogma Kristen, mendorong umat Kristen melawan semua teori keagamaan yang menyangkal kemampuan TUHAN Allah menyatakan wujud diri-Nya dalam dan melalui Yesus Kristus berdasarkan kemahakuasaan-Nya. Jadi apa yang ditulis dan disaksikan dalam Injil tentang Yesus Kristus masih merupakan kesaksian yang tidak tergugatkan kebenarannya, walaupun banyak kesaksian, “wahyu”, temuan-temuan modern (seperti dengan ditemukannya Injil Judas Iskariot, Injil Maria Magdalena, atau temuan arkheologi di Israel, dll) yang mencoba menyangkal kebenaran kesaksian Injil tersebut. Berita Injil tentang kehidupan Yesus Kristus dan kematian-Nya dan tentang apa dan siapa Dia, masih dapat dipertanggung-jawabkan secara iman dan secara historis-kritis. Tuduhan al Quran yang mengatakan bahwa ahli kitab (Kristen) berlebih-lebihan dalam memahami apa dan siapa Yesus Kristus dan TUHAN Allah kurang tepat sasaran. Kritikan (tuduhan) itu muncul (1) karena adanya kekurangpahaman mengenai kesaksian tentang Yesus dalam kitab-kitab Injil, dan (2) karena teologi ketritunggalan TUHAN Allah yang ditolak al Quran memang bukan teologi ketritunggalan TUHAN Allah yang dianut agama Kristen, dan (3) ke-anak-an Yesus dalam kerangka keesaan TUHAN Allah yang dikritik habis oleh Al Quran, bukanlah ke-AnakAllah-an Yesus Kristus yang disaksikan dalam kitab-kitab Injil atau Perjanjian Baru dan ajaran gereja. Alkitab masih (1) tetap menjadi sumber utama kebenaran untuk memahami dan mengenal apa dan siapa Yesus; (2) sumber utama kebenaran berita tentang Yesus sehubungan dengan kelahiran, karya, kematian, kebangkitan (hidup kembali) dan perannya di akhirat; (3) sumber utama kebenaran ajaran tentang ke-Allah-an TUHAN Allah (Yahowa Elohim) yang Mahaesa walau berbagai cara dipakai-Nya untuk menyatakan diri. Allah yang esa itu bukan Bapa, bunda Maria dan Yesus Kristus (seperti diduga al Quran dianut orang Kristen), tetapi Bapa-Anak-Rohkudus (seperti disaksikan Alkitab). (3) Dan Alkitab masih sumber kebenaran bahwa ke-AnakAllah-an Yesus adalah sebutan khusus untuk menyatakan salah satu dari cara-Nya datang ke tengah manusia, dan tidak mengkonotasikan atau mengindikasikan adanya Allah lain (atau dua Allah yang berbeda) disembah oleh orang Kristen sebagai TUHAN selain Yahowa Elohim yang disaksikan dalam Perjanjian Lama. (Kata Ibrani ’Elohim sama dengan kata Arab ’ilah (bahasa Indonesia Allah ! al-ilah). Yahowa Elohim disebut juga sebagai Hu (yang dalam bahasa Ibrani berarti “Dia”), dan dari itu juga dipanggil dengan nama Allah-Hu.)
Memahami Peristiwa Jumat Agung
Di hari Jumat itu ada tiga orang yang disalibkan di Golgatha. Tetapi tidak semua ketiga orang tersebut dipercayai sebagai yang menggenapi nubuatan Firman TUHAN dalam Perjanjian Lama. Hanya Dia, yang bernama Yesus dari Nazareth, yang di bagian atas salibnya dilengketkan papan bertuliskan: “Yesua haNazarene Melek Yisrael”/”Iesus Nazarenus Rex Iudaiorum”. Tentang Dia ditelusuri dalam Perjanjian Lama, karena perjalanan hidup-Nya dan apa yang diperbuat-Nya tidak pantas mendapat penyiksaan yang begitu hebat. Ada apa dibalik semua peristiwa itu? Mengapa para tokoh agama Yahudi begitu hebat berusaha melenyapkan Yesus dari Nazareth tersebut? Apa maksud Yahowa Elohim dengan Yesus dari Nazareth ini? Apakah Dia benar sebagai orang yang dikutuk oleh TUHAN Allah karena ulah-Nya mengajar ajaran yang berbeda dengan ajaran tokoh-tokoh agama Yahudi dan karena Dia melakukan tindakan-tindakan menyelamatkan manusia dari penderitaan mereka bahkan menghidupkan orang mati? Apakah Dia ternyata seorang yang sangat taat kepada Firman TUHAN yang diajarkan dari Perjanjian Lama, dan sangat taat kepada TUHAN Allah? Jawabannya dari Perjanjian Lama. Salah satu dari jawaban itu adalah Yesaya 52:13 s/d 53:12. Dia itu adalah Hamba Yang menderita yang dikatakan dalam perikop panjang ini. Tidak ada manusia yang pernah lahir di dunia ini, yang perjalanan hidupnya dapat dicocokkan kepada apa yang dikatakan oleh nabi dalam kitab Yesaya jilid dua ini, selain dari pada Yesus dari Nazareth yang disalibkan di Golgatha.
(1) Dia itu disebut “hamba-Ku” (=hamba TUHAN), yaitu orang yang mematuhi TUHAN sebagai tuannya dengan segenap hati, kekuatan, jiwa, akalbudinya dan segenap eksistensinya, dalam mengerjakan apa yang disuruhkan dan diperintahkan kepadanya. Kesuksesan hamba ini melakukan tugasnya membuat Dia ditinggikan, disanjung dan dimuliakan, oleh para pengagumnya di dunia maupun oleh tuan-Nya (yaitu oleh TUHAN) sendiri.
Hamba yang sukses ini tidak dimodali dengan postur tubuh yang gagah tampan, dan wajah atau rupa yang sangat mempesona. Yang Dia miliki adalah “begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia”. Memang dia bukan “monyet” dan bukan “belutung”, tetapi seorang manusia yang jelek rupa. “Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkan-Nya” (Yes.53:2). Dari sosok tubuh dan wajahnya saja sebenarnya Hamba ini sudah harus gagal dalam pengembanan tugasnya, karena dia dihina dan dihindari orang; orang menutup muka terhadap dia; dan dia tidak masuk hitungan. Tetapi ternyata justru Dia berhasil dan sukses. Semua target kerja yang ditentukan oleh tuannya untuk dia capai, dapat diperolehnya. Itu luar biasa, dan pantas orang takjub terhadapnya. Perjuangan dan kesuksesan seperti itu pantas ditiru. Hal ini menjadi pendorong bagi setiap orang yang kurang elok rupanya dan yang kurang gagah dan kurang tampan tampangnya, untuk meraih kesuksesan kerja yang hingga mencengangkan siapapun yang ada di sekitarnya (termasuk mencengangkan petinggi-petinggi Negara).
(2) Banyak bangsa dan banyak raja tercengang melihat karya daripada hamba yang berhasil ini, karena karyanya benar-benar merupakan karya yang belum pernah dihasilkan oleh siapapun dalam sejarah kemanusiaan. Sudah ada manusia yang berhasil “menang dalam perang”, berhasil “menemukan ilmu yang paling canggih”, berhasil menciptakan alat-alat mutahir, berhasil sampai di bulan, berhasil menyelam ke dasar lautan terdalam, berhasil hidup di angkasa luar, berhasil membangun kerajaannya menjadi adikuasa, berhasil mengkloning manusia, berhasil menjadi tokoh agama yang diikuti miliaran manusia, dan banyak keberhasilan yang lain, tetapi semua keberhasilan tersebut tidak mencengangkan dan tidak membuat mulut terkatup karena mengaguminya. Keberhasilan-keberhasilan seperti itu masih keberhasilan manusiawi, dan tidak mendatangkan keselamatan kepada seluruh umat manusia. Karya-karya sedemikian paling membuat hidup agak lebih sejahtera, tetapi tidak mampu memberi keselamatan. Hamba yang disebut Yesaya ini membuat banyak bangsa dan raja-raja tercengang, karena karya-Nya mendatangkan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Keselamatan yang diberikan itu adalah keselamatan dari murka TUHAN yang hendak membasmi manusia.
(3) Karyanya yang menyelamatkan itu dapat diraihnya, karena dia mau dan benar-benar mau menjadi hamba TUHAN yang menanggung penyakit dan memikul kesengsaraan seluruh umat manusia; mau tertikam, diremukkan, dipukuli hingga tubuhnya penuh bilur-bilur; mau dianiaya, ditindas dan Dia sama sekali tidak melawan kepada yang melakukan semua itu kepada-Nya; Dia diputus dari dunia orang hidup; dia kena tulah; kuburnya di kuburan orang fasik; dia dimatikan karena dipandang sebagai orang jahat padahal tidak. Tetapi bukan karena kejelekan rupanya atau karena dosanya atau karena keangkuhannya, maka Dia mengalami semuanya itu. Itu semua Dia alami sebagai pelampiasan murka TUHAN Allah. TUHAN berkehendak meremukkan Dia (53:10). TUHAN melampiaskan murka-Nya kepada Hamba ini, yang aturan murka itu seharusnya dilampiaskan kepada semua manusia berdosa. Hamba ini mau mengalami semua itu, agar umat manusia, yang - karena dosa dan kejahatan mereka- memang seharusnya mengalaminya, tidak lagi mengalaminya. Dengan tegas penubuat ini mengatakan: penyakit kita yang ditanggungnya; kesengsaraan kita yang dipikulnya; dia tertikam karena pemberontakan kita; dia diremukkan karena kejahatan kita; kepadanya ditimpakan ganjaran-ganjaran agar kita selamat. TUHAN MENIMPAKAN KEPADANYA KEJAHATAN KITA SEKALIAN. Mengapa bisa terjadi demikian? Dasar pemahaman penubuat adalah pemahaman teologi Persembahan (Kurban) Penebus Dosa yang dipraktekkan menurut kepercayaan dan agama Yahudi (Perjanjian Lama).
(4) Dalam praktek keagamaan Yahudi (PL) ada yang disebut “kurban penebus dosa” (Imamat 5:14-6:7; 7:1-10). Kurban itu adalah seekor domba jantan yang tidak bercela. Hewan ini dikurbankan dalam rangka mendapat tebusan salah atau pengampunan dosa orang yang mengurbankannya, sehingga orang itu dipulihkan kembali sebagai orang yang tidak lagi bersalah dan dosanya diampuni oleh TUHAN dan dirinya kembali dipandang layak berdiri di hadapan TUHAN. Hal itu dipercayai terjadi karena kesalahan dan dosa-dosa orang yang mempersembahkan kurban itu ditimpakan kepada kurban yang disembelih tersebut. Lalu hewan kurban tersebutlah yang mengalami segala hukuman akibat murka TUHAN terhadap dosa-kesalahan orang yang mengurbankan tersebut. Dengn demikian orang yang mempersembahkan kurban tersebut luput dari murka TUHAN dan selanjutnya dapat hidup selamat. Dalam hal ini “kurban-penebus-salah” berfungsi sebagai “pengganti” bagi yang mengurbankannya. Menurut nubuat Yes. 53 “kurban penebus salah” itu bukan lagi kambing domba, melainkan “hamba TUHAN” sendiri. Dalam Injil dikatakan, “kurban-penebus-salah” itu adalah yang disebut TUHAN sebagai “Anak Yang Kukasihi”, yaitu Yesus Kristus, yang dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Kurban ini berfungsi sebagai “pengganti” umat manusia untuk menerima pelampiasan murka TUHAN terhadap dosa kesalahan manusia. Bukit Golgatha dipilih sebagai altar pengurbanan “kurban-penebus-salah” yang luar biasa istimewanya ini. Di sana darahnya ditumpahkan, dan di sana dia diputus dari dunia orang hidup, setelah dia dalam tiga tahun pelayanannya mengalami dari bangsanya sendiri seperti apa yang dialami oleh “hamba TUHAN” yang disebut dalam nubuatan Yesaya 52:13-53:12. Kurban ini memikul dosa Imam Besar Yahudi dan semua imam-imam, tokoh-tokoh agama, umat beragama, tokoh pemerintahan dan warga negeri yang melakukan kejahatan kepada Dia.
Bertitiktolak dari pemahaman tentang kurban penebus salah dan dosa yang diajarkan Perjanjian Lama, penyaksi iman kepada Yesus Kristus memahami dan mempercayai apa dan siapa Yesus Kristus. Bahkan Yesus Kristus sendiri secara bertanggungjawab memahami dirinya sebagai “domba Allah yang memikul dosa manusia”. Dia memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mrk.10:45; bagi domba-dombanya: Yoh.10:11.15; untuk sahabat-sahabatnya: 15:13). Dalam rangka pemenuhan tugas dan fungsi inilah sehingga Yesus Kristus melaksanakan Perjamuan Malam dan mengatakan: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu”, dan “cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Lukas 22:19.20). Pemahaman ini ditemukan Paulus, lalu dengan luar biasa memberitakan apa dan siapa Yesus. Paulus menulis: Kristus Yesus telah…’telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah’ (Ef.5:2). Penulis Ibrani mempercayai dan kepercayaannya itu benar, bahwa tubuh Yesus Kristus lah persembahan yang sempurna, dan oleh satu korban ini “Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (Ibrani 10:14; baca ayat 1-18). Tujuan dari semua apa yang dilakukan Imam Besar dan yang dipersembahkannya menurut Perjanjian Lama telah dipenuhi dalam Yesus Kristus (baca: Ibr.9:13.14; 9:9.12; 10:4.11). Kristus sendiri telah “mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban” (Ibr.7:27) dan mengurbankan darah-Nya sendiri (Ibr.9:12) sesuai dengan kehendak TUHAN Allah (bd. Ibr.10:5-7). Kalau orang Yahudi penganut agama Yahudi zaman sekarang tidak mau mendengar pemenuhan dari apa yang mereka harapkan menurut PL, mereka akan terhitung sebagai manusia yang berdosa kepada Roh Kudus. Kalau umat beragama pengikut rasul dari Arab Saudi juga belum dapat memahaminya berdasarkan kesaksian Kitab Suci orang Kristen, mereka harus terus belajar sebelum pintu sorgawi tertutup bagi mereka. Hanya bagi orang yang mengaku Yesus sebagai “jalan, kebenaran dan hidup” pintu sorga yang sebenarnya terbuka dan mereka disambut di dalam sorga ilahi.
(5) Di Perayaan Jumat Agung ini kembali dikumandangkan tentang apa yang sudah dikerjakan oleh TUHAN Allah bagi manusia. Dengan pengurbanan Yesus Kristus, umat manusia dapat memulai kehidupanmereka dengan kemanusiaan yang sudah diampuni dosa-dosanya. Semua dosa manusia yang pernah terjadi, terhapuslah sudah, dan tidak perlu lagi diungkit-ungkit oleh siapapun dalam perjalanan bangsanya ke depan. Lembaran hidup baru itu memungkinkan seluruh umat manusia membangun masa depan bersama, dengan tidak mengulangi dosa yang sudah dihapus itu dan dengan tidak melakukan dosa-dosa yang baru. Kasih kembali dapat dihidupkan dan “meragi” pergaulan hidup seluruh umat manusia. Para pengikut Ktistus menjadi generasi-generasi yang membuat Yesus Kristus puas. Mereka ibarat generasi keturunan yang berkelanjutan, yang membanggakan kakek/nenek moyang mereka. Beradanya Yesus Kristus di sorga kekal, membuat waktunya (umurnya) tidak berkesudahan. Hikmat Yesus Kristus telah membuat banyak orang menjadi orang “benar” dan tidak ditimpakan hukuman lagi di hadapan TUHAN Allah. Setiap raja atau orang besar/ pembesar yang menjadi murid-Nya akan bangga menjadi “jarahan” maupun “rampasan”-Nya. Berbahagialah setiap orang yang telah diampuni dosa-dosanya oleh karena Yesus Kristus telah menjadi tebusannya.
Pematangsiantar, tgl. 3 Pebruari 2011.
Ditulis oleh Pdt. Langsung Maruli Sitorus.