KEMAUAN DAN JALAN
(Pdt.Hopol M.Sihombing,STh - Bandung)
(Pdt.Hopol M.Sihombing,STh - Bandung)
Pada tahun ini HKI menyebut Tahun Koinonia, secara khusus bagi Persatuan Wanita (PW); sebagaimana dijelaskan pada rapat pendeta 11-14 Maret 2008 di Pematangsiantar.
"Dimana ada kemauan, disitu ada jalan dan kesempatan", benarkah demikian? Saya yakin bahwa Alkitab dapat membenarkan dan memberikan kepastian bagi orang berharap dan beriman. Sebab Dia berfirman; "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (Matius 7:7-8).
"Dimana ada kemauan, disitu ada jalan dan kesempatan", benarkah demikian? Saya yakin bahwa Alkitab dapat membenarkan dan memberikan kepastian bagi orang berharap dan beriman. Sebab Dia berfirman; "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (Matius 7:7-8).
Pembaca yang saya hormati, secara khusus kepada kaum Ibu (PW) tetapi juga semua pembaca; mungkin Ibu-ibu dan Saudara/i pernah mengalami beberapa kesulitan besar, pergumulan, terpaan, beban, penderitaan. Beberapa kali mengalami kegagalan dalam usaha, cita-cita atau dan sebagainya sehingga hampir putus asa, pesimis dan tak berdaya. Atau mengalami kesusahan mencari jalan dalam liku-liku kehidupan ini. Saya mau katakan; "Jangan berhenti dan jangan putus asa, bangkitlah dan bangunlah kembali kemauan dan cita-citamu."
Saya mau angkat dua kesaksian dari sekian banyak pengalaman kita untuk meyakinkan bahwa "Dimana ada kemauan, disitu ada jalan dan kesempatan"
Saya mau angkat dua kesaksian dari sekian banyak pengalaman kita untuk meyakinkan bahwa "Dimana ada kemauan, disitu ada jalan dan kesempatan"
PERTAMA; Seorang ibu muda menjadi konseli dalam konseling yang saya lakukan. Dalam percakapan koseling itu, ia menyampaikan pergumulannya dan berharap dapat tertolong, keluar dan bebas dari masalahnya. Dan pada satu bagian pembicaraan itu, justru saya balik bertanya dengan maksud supaya ibu ini tidak hanya larut dalam penderitaannya, tetapi ia juga mampu mengingat perbuatan dan pertolongan Tuhan yang membuat dia sangat bersuka cita. Saya juga berharap kalau hal itu memenangkan dia dari masalahnya. Saya tanya; "Inang, apakah ada satu atau dua perbuatan Tuhan yang ajaib dan membuat inang sangat bersuka cita di dalam pengalaman inang selama berjalan bersama dengan Tuhan?"
Ibu itu terdiam, lalu mulai sedikit gembira dan bersemangat bercerita menjawab pertanyaan saya. Luar biasa, bahwa dalam sela-sela ceritanya, saya
justru tidak dapat menghitung berapa kali ibu ini berkata; "Tuhan itu sangat baik", "Tuhan itu peduli dan ajaib", "Puji Tuhan dan saya sangat bersyukur", "Tuhan itu sangat murah hati ya Amang???". Saya pun mulai kagum, sebab ternyata perbuatan Tuhan sungguh besar dalam hidupnya. Ia bercerita dan mulai dari sejak masa perkuliahannya sampai ia pun menjadi pebisnis yang baik; (Dalam tulisan ini saya hanya menyampaikan inti cerita itu saja)
"Amang, ketika saya (ibu muda itu) kuliah (di salah satu Perguruan Tinggi), ada begitu banyak kesusahan dan begitu berat perjuangan saya. Apalagi bapa-ibu saya hanyalah seorang petani, belum lagi untuk mencukupi biaya kuliah, sekolah dan belanja adik-adik saya. Uang kuliah dan kontrakan kos sering terlambat dan dihutang. Saya sering harus makan satu atau dua kali saja sehari karena tidak ada uang belanja/ kiriman dari orang tua. Saya masih ingat, bahkan pernah saya hampir pingsan karena tidak makan selama hampir tiga hari di tempat kost. (ibu itu mulai sedikit menangis menceritakannya). Dan untung, pada saat itu ada seorang laki-laki (ito) satu marga dengan saya melihat keadaan itu kemudian mengajak saya makan di warung pinggir jalan. Sebenarnya ia pun tidak memiliki cukup uang, tetapi karena kasihan saja. Nyatanya ia hanya mampu membelikan sepiring nasi untuk dibagi dua dengan saya. Dengan sangat sedih, kami tak henti-hentinya menangis sambil makan bersama dari satu piring di warung itu. Dan terpikir dalam hati, "Tuhan alangkah beratnya hidupku ini!"
Ibu itu terdiam, lalu mulai sedikit gembira dan bersemangat bercerita menjawab pertanyaan saya. Luar biasa, bahwa dalam sela-sela ceritanya, saya
justru tidak dapat menghitung berapa kali ibu ini berkata; "Tuhan itu sangat baik", "Tuhan itu peduli dan ajaib", "Puji Tuhan dan saya sangat bersyukur", "Tuhan itu sangat murah hati ya Amang???". Saya pun mulai kagum, sebab ternyata perbuatan Tuhan sungguh besar dalam hidupnya. Ia bercerita dan mulai dari sejak masa perkuliahannya sampai ia pun menjadi pebisnis yang baik; (Dalam tulisan ini saya hanya menyampaikan inti cerita itu saja)
"Amang, ketika saya (ibu muda itu) kuliah (di salah satu Perguruan Tinggi), ada begitu banyak kesusahan dan begitu berat perjuangan saya. Apalagi bapa-ibu saya hanyalah seorang petani, belum lagi untuk mencukupi biaya kuliah, sekolah dan belanja adik-adik saya. Uang kuliah dan kontrakan kos sering terlambat dan dihutang. Saya sering harus makan satu atau dua kali saja sehari karena tidak ada uang belanja/ kiriman dari orang tua. Saya masih ingat, bahkan pernah saya hampir pingsan karena tidak makan selama hampir tiga hari di tempat kost. (ibu itu mulai sedikit menangis menceritakannya). Dan untung, pada saat itu ada seorang laki-laki (ito) satu marga dengan saya melihat keadaan itu kemudian mengajak saya makan di warung pinggir jalan. Sebenarnya ia pun tidak memiliki cukup uang, tetapi karena kasihan saja. Nyatanya ia hanya mampu membelikan sepiring nasi untuk dibagi dua dengan saya. Dengan sangat sedih, kami tak henti-hentinya menangis sambil makan bersama dari satu piring di warung itu. Dan terpikir dalam hati, "Tuhan alangkah beratnya hidupku ini!"
Kemudian saya mulai sadar dan ingat kepada Tuhan. Saya mulai membangun komitmen, dan membangun kemauan sambil berharap berkatNya, "Saya harus sukses dan punya uang". Ketika itu, sedikit-demi sedikit saya sisihkan dari pemberian saudara atau siapa saja termasuk ito saya tadi. Dari uang itu saya berjualan kecil-kecilan akan hal keperluan mahasiswa di inn the cost-nya. Setelah tamat tahun 2003, saya bekerja di satu perusahaan Garment dan belajar tentang fashion (hal pakaian). Hampir satu tahun di situ, saya keluar. Kemudian dengan bekal mitra yang pernah saya bangun di perusahaan itu, saya berkomitmen untuk berbisnis dengan baik. Selanjutnya saya bermitra dengan perusahaan-perusahaan dalam negeri bahkan sampai ke luar negeri untuk menyediakan sebagian kecil bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan itu. Puji Tuhan Amang, akhirnya saya bisa mendapat peluang dan berkat. Sekarang Amang, saya sudah bangun rumah, beli dua mobil, saya masih memiliki saldo dan deposito dalam bentuk dolar dan rupiah sebanyak Rp. 3 Miliar. Luar biasa ’kan Amang? Dan syukur bagi Tuhan, sebab jangankan makan di jalanan, sekarang saya sudah boleh makan di restoran termahal sekali pun. Dan saya yakin semua itu adalah kebaikan Tuhan. Luar biasa Tuhan itu ya Amang..?
Sebagai konselor baginya, saya menatap dan mendengar dengan senyum dan sangat gembira sambil mengangguk-angguk kepala. Dan saya berkata kepada ibu itu untuk memastikan ceritanya; "Ya, Puji Tuhan, Tuhan itu adalah baik dan peduli bagi orang berseru dan berharap
kepadaNya. Tuhan itu mau menolong setiap kita di dalam bekerja untuk kebaikan kita, sesama, orang yang kita cintai dan keluarga jika kita sungguh-sungguh itu lahir dari kemauan yang besar di dalam berjalan bersama dengan Tuhan."
kepadaNya. Tuhan itu mau menolong setiap kita di dalam bekerja untuk kebaikan kita, sesama, orang yang kita cintai dan keluarga jika kita sungguh-sungguh itu lahir dari kemauan yang besar di dalam berjalan bersama dengan Tuhan."
KEDUA; Isteri saya mengatakan kepada saya kisah seorang ibu yang juga adalah temannya. (Sebut saja nama ibu itu menjadi Rina). Ibu Rina bercerita kepada isteri saya bagaimana ibu Rina tahun 1997 memulai usahanya dari nol dan sangat nol. Awalnya ibu Rina hanya menjual tiga sampai enam sprei tempat tidur. Kesana-kemari ia berjalan kaki menjajakan sprei itu tetapi toh sangat susah baginya untuk menghabiskan jualan. Baru beberapa hari baru kemudian sperei itu terjual satu atau dua saja. Dalam kesaksiannya juga diceritakan, dia pernah dicerca dan diusir dari satu pasar karena di sana sudah ada orang menjual sprei. Juga karena harus morat-marit berjalan keliling, di pasar, di jalan raya, ke rumah-rumah kakinya sering lecet-lecet dan sampai luka. Sering ia menahan lapar dan haus di sengatan matahari dan hiruk pikuk keramaian dan macetnya kota. Kadang dia hampir putus asa dan stress, kadang terlintas di pikirannya untuk meninggalkan pekerjaaan berjualan itu, tetapi ketika ingat kemauan dan tekadnya maka mulai lagi tidak pedulikan situasi yang sangat berat itu.
Kemudian satu waktu, ibu Rina membangun mitra dengan seorang pemodal dan usahanya menjual sprei tidak harus lagi dengan dijajakan berjalan kaki tetapi sudah membuat satu konter kecil. Usaha itu terus digeluti dengan sepenuh hati. Sedikit untung tidak harus dihabiskan tetapi terus menambah modal. Selanjutnya sampai ibu Rina memiliki perusahaan (PT) dan mendistribusi sprei ke berbagai daerah dengan berbagai macam model dan mutu yang terjamin. Ia sekarang menjadi seorang milioner yang baik hati. Lalu isteri saya mengajak saya ke tempat ibu Rina, benar saya melihat bagaimana ibu Rina mengelola usahanya dengan baik dari tekad dan kemauaan yang kuat.
Pada tahun ini HKI menyebut Tahun Koinonia, juga dijelaskan dalam Rapat Pendeta 11-14 Maret 2008 di pematangsiantar secara khusus bagi Persatuan Wanita (PW); dan atas berkat yang dialami oleh dua ibu dalam kesaksian ini, saya pun mau mengajak Ibu-ibu dan setiap pembaca Saudara/i (muda dan tua); mulailah bangun kembali kemauan dan semangatmu. Bergiatlah dan sungguh bekerja, melayani dengan hati dan ketahuilah Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh (2 Ptr.2:9). Percayalah akan janji firmanNya, Yesus akan menolong kita menemukan jalan dan kesempatan. Bahkan Yesus sendiri adalah jalan (bnd. Yoh. 14::6A). Sambil menjaga kemauanmu dan keinginanmu tidak jatuh kepada pencobaan (bnd. Yak. 1:14) jangan putus asa, bangunlah kembali, bangunlah terus kemauanmu "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." (Luk. 1:37).
Pada tahun ini HKI menyebut Tahun Koinonia, juga dijelaskan dalam Rapat Pendeta 11-14 Maret 2008 di pematangsiantar secara khusus bagi Persatuan Wanita (PW); dan atas berkat yang dialami oleh dua ibu dalam kesaksian ini, saya pun mau mengajak Ibu-ibu dan setiap pembaca Saudara/i (muda dan tua); mulailah bangun kembali kemauan dan semangatmu. Bergiatlah dan sungguh bekerja, melayani dengan hati dan ketahuilah Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh (2 Ptr.2:9). Percayalah akan janji firmanNya, Yesus akan menolong kita menemukan jalan dan kesempatan. Bahkan Yesus sendiri adalah jalan (bnd. Yoh. 14::6A). Sambil menjaga kemauanmu dan keinginanmu tidak jatuh kepada pencobaan (bnd. Yak. 1:14) jangan putus asa, bangunlah kembali, bangunlah terus kemauanmu "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." (Luk. 1:37).
Bukankah Yesus kita adalah Tuhan yang Maha kasih dan mengerti segala apa yang kita pergumulkan dan serukan? Yesus yang tersalib dan bangkit itu adalah Juruselamat, bukan hanya Penyelamat dari dosa dan kuasa iblis tetapi juga untuk kesembuhan, kebahagiaan dan suka cita. Sehingga firman dalam Filipi 4:19; "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." menjadi kenyataan dan kebenaran bagimu.
Marilah kita berdoa! "Tuhan Allah yang baik, Bapa Pemurah dan Juruselamat kami.Engkau mengetahui kerinduan dan pekerjaan kami. Engkau adalah sumber berkat, suka cita, keselamatan dan kehidupan. Jamah-lah tangan setiap jemaat dan pembaca tulisan ini supaya setiap apa yang mereka pegang adalah terberkat. Jamah hati dan pikiran jemaat dan pembaca sehingga setiap yang direncanakan adalah diberkat. Jamah mulut dan bibir, sehingga setiap yang diucapkan adalah kata-kata yang diberkati. Jamah kaki jemaat dan pembaca, sehingga kemanapun melangkah adalah perjalanan yang diberkati. Terima kasih Bapa dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus yang menjadikan hidup kami lebih bermakna dan lebih baik, Amin.