Tahun 2010 Tahun Marturia HKI
Pendahuluan:
2 (dua) tahun belakangan ini, tahun pelayanan selalu diberi nama, seperti tahun 2008 tahun Koinonia dan tahun 2009 sebagai tahun Diakonia. Maka bagi kesinambungan untuk semakin menyemangati dan memfokuskan arah pelayanan tahunan: pada Rapat Majelis Pusat tanggal 10-12 September 2009 di Pematangsiantar telah menetapkan Tahun 2010 sebagai Tahun Marturia di pelayanan HKI. Penetapan Tahun Marturia ini adalah sebuah usaha memfokuskan pelayanan pada Bidang Marturia tanpa meninggalkan pelayanan bidang Diakonia dan Koinonia.
Tugas Ber-Marturia
BerMarturia adalah salah satu tugas orang yang percaya kepada Yesus Kristus termasuk tugas warga gereja HKI (Mat 28:19-20 ; Mat. 9:13, 36, Mat.15:32, Yes. 58, dll). Pelayanan Marturia bukan hanya tugas Parhalado (Pdt/Guru Jemaat/Biblevrow/Marturia/Sintua) saja tetapi adalah merupakan tugas semua orang yang sudah diselamatkan oleh Yesus Kristus. Sebagai bagian dari tugas imamat am (bnk. 1 Petrus 2 : 9)..
Dalam hidup berjemaat, kita memiliki tugas panggilan utama, yaitu: marturia (bersaksi) koinonia (bersekutu), dan diakonia (melayani). Melalui koinonia, kita dijadikan tubuh Kristus yaitu jemaatNya sehingga kehidupan iman dan kepribadian kita sebagai mahluk ciptaan baru di dalam Kristus dibentuk melalui persekutuan jemaat. Sebab melalui persekutuan jemaat tersebut kita juga dijadikan sebagai keluarga Allah. Ef. 2:19-20 berkata, "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai baru penjuru". Namun konsekuensi sebagai kawan sewarga dan anggota keluarga Allah adalah kita memiliki panggilan dan tanggungjawab untuk melakukan suatu tugas, yaitu bersaksi dan melayani. Dalam hal ini bersaksi (marturia) dan melayani (diakonia) dinyatakan dalam suatu pola hidup sebagai orang percaya/jemaat. Dengan bersaksi, kita dipanggil untuk memberitakan firman Tuhan. Agar melalui pemberitaan firman Tuhan tersebut, kita dipakai oleh Allah untuk menjadi media mengingkarnasikan kehidupan Tuhan Yesus di tengah-tengah kehidupan ini. Jadi melalui kesaksian hidup kita, sesama dapat melihat dapat melihat kehidupan Tuhan Yesus sehingga mereka terdorong untuk datang dan percaya kepadaNya.
Hak Istimewa
Sesungguhnya, merupakan hak istimewa bagi setiap orang percaya untuk terlibat dalam pekerjaan misi Allah bagi dunia ini. Tugas ini begitu istimewa karena kita yang sebenarnya tidak layak telah dilayakkan- Nya untuk ambil bagian di dalam pekerjaan mulia tersebut sebagai rekan-rekan sekerja Allah. Keseriusan perhatian Allah akan misi dapat kita lihat dari istilah "mengutus" dan "mengirim" dalam Lukas 10:1,2. Kata "mengutus" yang pertama dipakai dalam Lukas 10:1, dalam bahasa aslinya (Yunani) adalah "apostello". Dari kata inilah kata "apostle" berasal, yang artinya rasul. "Apostello" berarti diutus baik-baik dengan hormat dan otoritas. Dengan cara ini Allah mau agar orang percaya membagikan Kabar Keselamatan itu kepada dunia. Murid-murid diutus baik-baik, di-apostello oleh Tuhan Yesus. Sebaliknya, kata kedua yang dipakai dalam Lukas 10:2 adalah "Ekballo". "Ekballo" berarti di lempar, di tendang, di utus dengan paksa. Tuhan bisa memakai berbagai cara untuk mengutus dengan paksa orang percaya pergi ke ladang misi.
Mandat Marturia
Ketika Tuhan memberikan mandat ini, murid-murid-Nya yang pertama adalah bagian dari masyarakat Palestina yang pada masa itu sedang menghadapi krisis dan kemiskinan yang luar biasa. Namun, di tengah-tengah kondisi seperti itulah Tuhan justru menganugerahkan kesempatan bagi mereka untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Tuhan tidak berjanji untuk memulihkan bangsa Israel dulu baru kemudian mereka mampu menjadi saksi-Nya. Bahkan kerinduan, doa, dan pengharapan mereka untuk pemulihan dan kemerdekaan bangsanya baru dijawab pada tahun 1947 ketika Israel merdeka sebagai satu negara. Itu berarti lebih dari 1900 tahun kemudian. Di sinilah titik tolak misi para rasul yang dimulai dari krisis ekonomi dan politik. Misi tidak dimulai dengan kebesaran, kekayaan, dan kemegahan gereja serta anggota jemaat yang banyak, tapi dari situasi kemiskinan dan krisis. Dari sekelompok orang yang dipandang remeh dan orang-orang sederhana, Tuhan berkenan memakai mereka agar kuasa-Nya dapat dinyatakan. Misi dimulai bukan dengan menunggu sampai gereja menjadi besar dahulu, mapan dan anggotanya banyak. Jemaat mula-mula hanyalah suatu persekutuan kecil yang terdiri dari beberapa orang saja yaitu para murid dan ‘anggota keluarga’ Tuhan Yesus (Kis. 1:13-14). Sesungguhnya dasar pelaksanaan misi bukanlah uang, kekuasaan, atau kemapanan tetapi Amanat Agung Tuhan Yesus, hati Tuhan Yesus untuk dunia ini.
Orang percaya diberikan kuasa Roh Kudus untuk menjadi saksi Tuhan. Kata saksi dalam ayat ini adalah "martureo" yang artinya bersaksi. Dari kata inilah kita mengenal istilah "marturia". Bersaksi bukan berarti menjadi pengkhotbah atau pendeta walaupun itu merupakan salah satu bentuk dari kesaksian juga. Bersaksi merupakan totalitas seluruh hidup kita melalui perkataan dan perbuatan. Bersaksi melalui perbuatan seringkali berbicara jauh lebih keras daripada perkataan kita. Bersaksi bisa juga berarti mengatakan dan menjadi saksi mata kebenaran Kristus, pribadi dan karya-Nya, sehingga dunia benar-benar mengaminkan kebenaran itu.
Semangat Ber- Marturia
Semakin dinginnya semangat Pekabaran Injil dan kurangnya kehadiran warga Jemaat dalam Ibadah Minggu dan Evangelisasi (partangiangan), tingginya tingkat korupsi, kejahatan dan penyakit sosial lainnya adalah bukti nyata akan persoalan kehidupan kerohanian umat Kristen.
Departemen Marturia menilai bahwa kondisi Internal HKI seperti semakin lambatnya pertumbuhan Gereja, kurangnya angka kehadiran warga mengikuti kebaktian, minimnya setoran ke masing-2 jenjang Resort-Daerah-Pusat – hingga tutupnya beberapa Jemaat/termasuk didaerah zending, banyaknya jemaat yang beribadah ke gereja lain, penyebab salah satunya adalah karena kejenuhan dan kendornya semangat untuk ber marturya di HKI. Ini mengisyaratkan perlunya Program Marturia yang lebih terarah untuk menumbuhkan dan menyemangati ber-marturya.
Sejarah HKI mencatat HKI sebagai Gereja Mandiri pertama di Indonesia berupaya menjangkau orang-orang yang termarginalisasi untuk kemudian membawa mereka pada kesadaran bahwa mereka juga mendapat kesempatan dihadapan Allah. Atas kesadaran ini, semangat bermissi cukup kuat terbukti dengan berdirinya jemaat-jemaat HKI di berbagai tempat.
Huria Kristen Indonesia (HKI) sebagai bagian dari Gereja yang ada berada di Indonesia bertanggungjawab untuk ikut terlibat memperbaiki kehidupan bangsa menuju masa depan yang lebih baik. Departemen Marturia melihat upaya yang dilakukan oleh Departemen Diakonia untuk membantu penuntasan masalah sosial harus selalu di dampingi oleh upaya peningkatan kerohanian. Menilai situasi ini dan mengacu kepada buah pemikiran dan refleksi Sinode ke 59 HKI melalui Tema : Berilah kami pada hari ini makanan kami secukupnya (Mat.6:11) dan Sub Tema : "HKI turut serta mengupayakan kesejahteraan umat" memberikan inspirasi bagi Pucuk Pimpinan melalui Departemen Marturia untuk lebih maksimal dan terarah melibatkan diri di tengah situasi permasalahan yang dihadapi warga jemaat HKI.
Departemen Marturia memandang perlunya pembekalan hidup bagi warga Jemaat untuk hidup dalam masyarakat Majemuk karena warga HKI hidup dalam bangsa Indonesia yang pluralistis dalam suku, agama, budaya dan adat istiadat. Sejak 1997, kondisi perekonomian nasional mengalami krisis moneter yang berdampak kepada krisis krisis politik. Krisis tersebut merasuk ke krisis sosial. Kondisi ini telah juga membuat sebagian anak bangsa kehilangan jati diri. Sesama bangsa dipisahkan oleh suku, ras dan agama, bahkan sesama suku, masih dipisah-pisahkan oleh "marga". Ini semua akhirnya menjadi dipolitisir menjadi "alasan" pemicu bentrokan sosial. Lihat Aceh, kerusuhan Ambon, pengusiran suku tertentu di beberapa kota di Kalimantan dan kerusuhan akibat efek Pilkada di beberapa Daerah. Belum pulih efek ini, penghujung tahun 2008 ini terjadi Krisis Ekonomi Global yang berimbas terjadinya "Badai PHK" di berbagai lapangan pekerjaan. Tak urung banyak jemaat HKI terimbas hal efek Krisis Ekonomi Global ini. Sebagai bagian dari anak bangsa, walau ikut diterpa persoalan krisis, Jemaat HKI diharapkan mampu menjadi "garam dan terang" dengan menunjukkan jati dirinya. Seluruhnya harus bermuara pada missi yang diberikan Tuhan Yesus kepada orang percaya di dunia yakni "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" (Mat. 22:37). Untuk itu Departemen Marturia melihat perlu pendampingan dan pembekalan bagi warga HKI dan masyarakat umum untuk hidup dalam kepelbagaian Suku, Agama, Ras, perbedaan ekonomi, dll. Warga HKI perlu dibekali tentang setiap perundangan yang berlaku di Negara ini, seperti Peraturan Bersama Mentri (PBM) sehingga terumuskan apa peran yang dapat dilakukan oleh Jemaat HKI. Warga HKI jangan terhisap oleh konsep "mereka" dan "kita" yang seringkali dianalogikan sebagai "musuh" dan "teman". Missi Jemaat HKI adalah mewujudkan kasih diantara sesama dan tidak menciptakan "musuh", apapun alasannya. Karena itu TAHUN MARTURIA ini juga adalah juga TAHUN PENGHARGAAN BAGI KEMAJEMUKAN.
PETUNJUK PELAKSANAAN .
Tahun 2010 sebagai Tahun Marturia memiliki pengertian bahwa pada Tahun ini Prioritas pelayanan di tiap aras pelayanan HKI adalah pelayanan Marturia, dengan tidak meninggalkan program Persekutuan (Koinonia) dan Pelayanan (Diakonia). Pada Tahun ini diharapkan melalui Pelayanan Marturia akan meningkatkan persekutuan dan kesaksian sebagai bentuk Pekabaran Injil yang hidup kepada warga jemaat dan masyarakat luas.
TEMA & Sub TEMA
"Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu; dan ajarlah mereka" (Matius 28:19-20)
Sub Thema:
Masing-masing Warga HKI mengajak satu orang lagi mengikut Kristus dan mengajar mereka.
TUJUAN
Diharapkan Tahun Marturia 2010 menjadi Tahun kesaksian buat seluruh warga HKI. Sebagaimana Tata ...(bersambung ke edisi berikut).