Nabi Yehezkiel tinggal dalam pembuangan di Babel, baik sebelum, maupun sesudah jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 Sebelum Masehi. Pesannya ditujukan kepada orang-orang yang dibuang di Babel dan mereka yang tinggal di Yerusalem. Buku Yehezkiel dibagi dalam empat bagian yang penting yaitu: Peringatan kepada umat Israel bahwa Allah akan menghakimi mereka dan bahwa Yerusalem akan jatuh dan hancur; Pesan dari TUHAN bahwa Ia akan menghakimi bangsa-bangsa yang menindas dan menyesatkan umat-Nya; Penghiburan bagi Israel setelah jatuhnya Yerusalem, dan janji tentang masa depan yang cerah; dan Gambaran Yehezkiel tentang Rumah TUHAN dan bangsa yang diperbaharui.
Yehezkiel adalah orang yang teguh imannya dan hebat daya khayalnya. Sebagian besar dari pesannya didapatnya melalui penglihatan-penglihatan, dan dinyatakannya dengan perbuatan yang merupakan lambang yang jelas bagi bangsa Israel. Yehezkiel menekankan perlunya pembaharuan hati dan jiwa, serta tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri. Ia juga menyatakan harapannya akan pembaharuan hidup bagi bangsa Israel. Sebagai imam dan juga selaku nabi, Yehezkiel memberi perhatian khusus kepada Rumah TUHAN dan pentingnya hidup menurut kehendak TUHAN.
Kitab Yehezkiel 33: 12-19 + 30-33 sebagian besar dari keseluruhan kitab Yehezkiel. Oleh Alkitab LAI diberi judul "Nubuatan Pengharapan bagi Israel". Hal ini juga dibagi atas menjadi Pasal 33: 1-20: berbicara tentang Tugas Yehezkiel sebagai penjaga (ibr. Sofet, Yun. Skopos); di ayat 12-19: berbicara tentang bagian tugas itu; dan dalam ayat 30-33: berbicara tentang Kekerasan hati bangsa Israel.
Kita tahu, Yehezkiel hidup di Pembuangan, dia tinggal di tepi sungai kebart. Salah satu anak sungai yang mengalir ke suangai Efrat. Di tepi sungai Kebart mereka membangun Synagoge. Ada pembangunan budaya Yahudi. Yehezkiel bekerja di masa pembuangan itu dan nubuatan-nubuatannya berisi konsolidasi agar bangsa Israel bersatu, agar taat kepada agamanya dan benar-benar bisa membangun budayanya. Yehezkiel tidak ingin bangsanya tercerai berai dan akhirnya hidup dalam tradisi Israel. Mengapa mereka pilih tepi sungai sebagai pusat ? karena mereka memerlukan air, untuk mencuci, mandi sebelum masuk beribadah. Sama seperti agama islam yang membasuh kaki (mengambil air wudhu) ketika akan beribadah. Sebagai penjaga Yehezkiel mengumpulkan pedoman-pedoman yang harus ditaati oleh bangsa Israel. Ia juga menubuatkan bahwa Yerusalem akan dibangun kembali dan Bait Allah akan dibangun kembali. Berkat penjagaan, maka orang Israel tetap tumbuh di pembuangan, akibatnya menghasilkan Israel baru dan juga mendapat tanah air yang baru di Jerusalem bahkan lebih luas di Yehuda. Bahkan Yerusalem yang baru itu menjadi pusat keagaamaan yang baik dan besar bagi mereka. Yehezkiel memberikan semangat berintegrasi dengan pemerintahan yang menjajah mereka. Ia berbahagia dengan jasa Daniel yang berani masuk ke istana Nebukadnezar. Peran puncak yang dibangun Yehezkiel itulah yang mendorong orang-orang Israel terpelajar ntuk menyerukan agar ada jalan damai untuk kembali ke Yerusalem bahkan mengusahakan bantuan pemerintah untuk membangun kota tersebut. Kita tahu dimasa pembuangan itu tokoh-tokoh masyarakat Israel dan cendekiawan berusaha memperkenalkan Allah yang mereka puja (sembah) dan orang Babel buangan orang persia yang menghianatinya sebagai mahluk yang tinggi. Umat israel harus benar-benar tahu melakukan yang benar dan melakukan yang baik serta mana yang jahat.
Dasar kebaikan adalah hukum-hukumnya, maka hukum-hukum itu dikonfirmasi semasa pembuangan itu. Bahkan mereka juga berhasil mengumpulkan kitab Imamat di pembuangan itu. Agar semua Israel dapat menyampaikan/membedakan yang jahat dan baik. Mereka diminta membuaat keputusan membuat semakin giat lagi. Seperti orang Batak, dahulu telah mendengar kejamnya Padri bagi mereka, mereka terlena dalam hal ini. Sekarang kepada orang Batak, mereka memakai cara yang lemah lembut. Bangsa Israel di zaman Persia, selalu dibanggakan akan hal ini, hampir mirip dengan seorang yang berpangkat Jenderal. Seperti Daniel yang dibanggakan oleh Persia. Tidak ada pertumpahan darah dan hal lain, Nehemia yang menjadi Penasehat raja Darius dan juga Mordekhai. Bahkan Ester menjadi terkenal. Zaman Babel mereka berbahasa zaman Persia. Mereka tetap kuat, tidak lengah melawan kekerasan dengan kebaikan. Walaupun budaya mereka terus dipaksakan mereka.
Ayat 12-19 : Peringatan keras untuk tidak berubah dari kelakuan yang baik ke yang jahat. Itu menjadi tujuan. Supaya yang jahat bertobat melakukan yang baik. Tdak ada bedanya dengan kita. Seorang yang merasa telah melakukan kebenaran, tidak boleh menyombongkan diri. Jika ada perbedaan teologi dengan yang lain, misalnya islam: Kejahatan belum tentu menghasilkan kebaikan tetepi dicari keseimbangan (balance). Tetapi sebaliknya, apapun sebabnya: Kebaikan yang dilakukan saat ini, bisa menutupi semua kejahatan sebelumnya. Karena gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga bisa juga: “air kotor satu bak” bisa bersih hanya karena “segumpal kaporit”. Artinya: orang israel mempertahankan kebaikannya sampai mati. Itu tidak bisa berubah dan tidak bisa ditawar-tawar. Sebenarnya: mereka tidak bisa menghianati bangsanya. Walaupun mereka menjadi orang Yahudi, orang Cina dan orang lain. Tetapi mereka selalu ingat jati dirinya. Tidak lupa kacang akan kulitnya. Dia tidak bisa menghianati bangsanya. Karena kebaikan itu akan selalu mempengaruhi segala kehidupannya. Kerinduannya akan kejahudian itu maka dapat menutupi segalanya. Kebaikan apakah yang bisa perhatikan di dalam jemaat. Kebaikan kita itu yang dapat menutupi yang jelek dari diri kita.
Selaku orang Batak, kita adalah orang batak yang beradat (baik orang kristen atau tidak). Bagi orang Kristen, adat tidak baik. Maka harus menemukan titik baru. Orang Batak beradat tidak menghantar mereka masuk sorga. Oleh karena itu kebaikan menurut Batak masih terbatas, membuat Batak menjadi kerdil. Kekristenan itu harus menemukan inti (chor) dari orang Batak. Apa itu? apakah yang paling inti dari orang Batak?
St. Raja PS. Janter Aruan, SH, MH:
Ada yang mengatakan, intinya adalah kasih dan pengampunan. Kebenaran tidak berguna jika kita melakukan kejahatan. Sebaliknya, kebaikan akan berguna jika kita melakukan kebaikan.Kita seharusnya saling mengampuni, mengasihi dan tidak membedabedakan satu sama lain dengan dosa. Ada orang yang tampaknya mengasihi, mengampuni maka dia melakukan hal ini. Ada keangguhan dalam diri, menghapus segala kebaikan. Sebaliknya juga, ada orang yang bisa mengampuni karena kasih, apakah itu yang paling berharga dalam hidup kita? Atau ada hal yang lain?
Pdt. Salome Nainggolan, STh
Ada orang yang mengatakan juga yang berharga itu adalah Penebusan yang dilakukan Kristus. Metode yang dilakukan antara Allah dan Yehezkiel adalah dialog (bercakap-cakap). Metode ini sangat cocok sekarang ini. Kita pelayan (Pendeta) sering menjadi batu sandungan bagi anggota jemaat. Jika ada dialog antara jemaat dan Pendetanya dalam menyelesaikan suatu perselisihan. Maka satu sama lain akan semakin akrab dan saling mengampuni tidak ada pandangan yang negatif satu sama lain melainkan postitif thingking. Jadi benarlah kita, harus mengenal benar-benar, bagaimana pengorbanan Kristus (Keselamatan yang dari Kristus).
Pdt. Dr. Langsung Sitorus, MTh
Kita tahu bahwa bagi orang Batak, yang ditekankan adalah adat tetapi bagi kita yang percaya adalah pengorbanan Kristus (keselamatan dari Kristus). Siapa yang berada dalam keselamatan maka dia akan beroleh kebenaran dan kebaikan serta kerajaan sorga. Karena keselamatan itu adalah pengampunan atas dosa yang pernah kita lakukan. Keselamatan itu dapat dalam segala hal. Maka semua orang bisa diselamatkan oleh Tuhan. Dalam keselamatan ada buah-buah Roh (Gal. 5: 22). Dan juga keselamatan itu terdapat dalam Mateus 22: 37-39: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Jadi Keselamatan itu adalah hidup tanpa dosa. Keselamatan itu adalah bersama Tuhan. Keselamatan itu juga adalah: ciptaan baru (kebenaran), seperti di taman Eden. Seperti doktrin dalam perintah Allah ”Apa yang kamu dalam kata dan perbuatan, hendaklah itu dalam nama Tuhan Yesus Kristus”. Sebab Upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Jadi siapa yang terhindar dari keselamatan maka nyawanya terancam. Jika ada orang yang berbeda agama dengan kamu katakan: “berbahagialah kamu, kamu diselamatkan dalam Yesus Kristus”. Contohnya: Mahatma Gandhi, dia adalah orang yang diselamatkan, makanya dia berjuang dengan agama Hindunya untuk membawa orang ke jalan yang benar dan kembali ke jalan yang benar.
Ayat 30-33: "Dan engkau anak manusia, teman-temanmu sebangsa bercakap-cakap mengenai engkau dekat tembok-tembok dan di pintu rumah-rumah dan berkata satu sama lain, masing-masing kepada temannya. Silakan datang dan dengar, apa yang difirmankan oleh TUHAN! 33:31: Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram. 33:32 Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya. 33:33 Kalau hal itu datang dan sungguh akan datang! Mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka".
Konsistensi melakukan firman Tuhan, inilah yang sangat perlu. HKI dari HChB dulunya oleh Sutan Malu Panggabean memakai semboyan dan semangat dari Yakobus 1:22 "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Inilah yang semakin menggema hingga saat ini. Kita juga harus setia dan tetap melakukan firman Tuhan dalam kehidupan kita. Carilah Tuhan maka kamu akan Hidup (Amos 5: 6ยช) dan Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup (Amos 5: 14a).
Yehezkiel menyatakan seharusnya orang melakukan firman Tuhan adalah pertama sekali Nabi /Pemberita Injil yang berada di pos pelayanannya, mereka harus tetap disana. Integritas Kristen adalah dalam hal melakukan apa yang diajarkan dan yang didengar dari Tuhan Yesus Kristus. Janji mereka harus dijalankan. Mereka tidak mau berbeda, di depan dan di belakang. Siapa yang mau berintegritas: lakukan dalam Tuhan Yesus.
Pdt. Edwin JP. Simanullang, STh
Allah kita, adalah Allah yang setia dan adil. Dia selalu memanggil dan memberi perintah kepada kita agar kita selamat dan juga setia sampai mati. Kita sebagai orang percaya harus siap sedia akan hal itu. Dalam Wahyu 2:10 “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Betapa mahal arti kesetiaan dalam hidup jasmani dan rohani kita. Jadi kita jangan sampai mensiasiakannya. Tuhanlah yang memberkati kita. Amin.
(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Ephorus/Bishop HKI).
Yehezkiel adalah orang yang teguh imannya dan hebat daya khayalnya. Sebagian besar dari pesannya didapatnya melalui penglihatan-penglihatan, dan dinyatakannya dengan perbuatan yang merupakan lambang yang jelas bagi bangsa Israel. Yehezkiel menekankan perlunya pembaharuan hati dan jiwa, serta tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri. Ia juga menyatakan harapannya akan pembaharuan hidup bagi bangsa Israel. Sebagai imam dan juga selaku nabi, Yehezkiel memberi perhatian khusus kepada Rumah TUHAN dan pentingnya hidup menurut kehendak TUHAN.
Kitab Yehezkiel 33: 12-19 + 30-33 sebagian besar dari keseluruhan kitab Yehezkiel. Oleh Alkitab LAI diberi judul "Nubuatan Pengharapan bagi Israel". Hal ini juga dibagi atas menjadi Pasal 33: 1-20: berbicara tentang Tugas Yehezkiel sebagai penjaga (ibr. Sofet, Yun. Skopos); di ayat 12-19: berbicara tentang bagian tugas itu; dan dalam ayat 30-33: berbicara tentang Kekerasan hati bangsa Israel.
Kita tahu, Yehezkiel hidup di Pembuangan, dia tinggal di tepi sungai kebart. Salah satu anak sungai yang mengalir ke suangai Efrat. Di tepi sungai Kebart mereka membangun Synagoge. Ada pembangunan budaya Yahudi. Yehezkiel bekerja di masa pembuangan itu dan nubuatan-nubuatannya berisi konsolidasi agar bangsa Israel bersatu, agar taat kepada agamanya dan benar-benar bisa membangun budayanya. Yehezkiel tidak ingin bangsanya tercerai berai dan akhirnya hidup dalam tradisi Israel. Mengapa mereka pilih tepi sungai sebagai pusat ? karena mereka memerlukan air, untuk mencuci, mandi sebelum masuk beribadah. Sama seperti agama islam yang membasuh kaki (mengambil air wudhu) ketika akan beribadah. Sebagai penjaga Yehezkiel mengumpulkan pedoman-pedoman yang harus ditaati oleh bangsa Israel. Ia juga menubuatkan bahwa Yerusalem akan dibangun kembali dan Bait Allah akan dibangun kembali. Berkat penjagaan, maka orang Israel tetap tumbuh di pembuangan, akibatnya menghasilkan Israel baru dan juga mendapat tanah air yang baru di Jerusalem bahkan lebih luas di Yehuda. Bahkan Yerusalem yang baru itu menjadi pusat keagaamaan yang baik dan besar bagi mereka. Yehezkiel memberikan semangat berintegrasi dengan pemerintahan yang menjajah mereka. Ia berbahagia dengan jasa Daniel yang berani masuk ke istana Nebukadnezar. Peran puncak yang dibangun Yehezkiel itulah yang mendorong orang-orang Israel terpelajar ntuk menyerukan agar ada jalan damai untuk kembali ke Yerusalem bahkan mengusahakan bantuan pemerintah untuk membangun kota tersebut. Kita tahu dimasa pembuangan itu tokoh-tokoh masyarakat Israel dan cendekiawan berusaha memperkenalkan Allah yang mereka puja (sembah) dan orang Babel buangan orang persia yang menghianatinya sebagai mahluk yang tinggi. Umat israel harus benar-benar tahu melakukan yang benar dan melakukan yang baik serta mana yang jahat.
Dasar kebaikan adalah hukum-hukumnya, maka hukum-hukum itu dikonfirmasi semasa pembuangan itu. Bahkan mereka juga berhasil mengumpulkan kitab Imamat di pembuangan itu. Agar semua Israel dapat menyampaikan/membedakan yang jahat dan baik. Mereka diminta membuaat keputusan membuat semakin giat lagi. Seperti orang Batak, dahulu telah mendengar kejamnya Padri bagi mereka, mereka terlena dalam hal ini. Sekarang kepada orang Batak, mereka memakai cara yang lemah lembut. Bangsa Israel di zaman Persia, selalu dibanggakan akan hal ini, hampir mirip dengan seorang yang berpangkat Jenderal. Seperti Daniel yang dibanggakan oleh Persia. Tidak ada pertumpahan darah dan hal lain, Nehemia yang menjadi Penasehat raja Darius dan juga Mordekhai. Bahkan Ester menjadi terkenal. Zaman Babel mereka berbahasa zaman Persia. Mereka tetap kuat, tidak lengah melawan kekerasan dengan kebaikan. Walaupun budaya mereka terus dipaksakan mereka.
Ayat 12-19 : Peringatan keras untuk tidak berubah dari kelakuan yang baik ke yang jahat. Itu menjadi tujuan. Supaya yang jahat bertobat melakukan yang baik. Tdak ada bedanya dengan kita. Seorang yang merasa telah melakukan kebenaran, tidak boleh menyombongkan diri. Jika ada perbedaan teologi dengan yang lain, misalnya islam: Kejahatan belum tentu menghasilkan kebaikan tetepi dicari keseimbangan (balance). Tetapi sebaliknya, apapun sebabnya: Kebaikan yang dilakukan saat ini, bisa menutupi semua kejahatan sebelumnya. Karena gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga bisa juga: “air kotor satu bak” bisa bersih hanya karena “segumpal kaporit”. Artinya: orang israel mempertahankan kebaikannya sampai mati. Itu tidak bisa berubah dan tidak bisa ditawar-tawar. Sebenarnya: mereka tidak bisa menghianati bangsanya. Walaupun mereka menjadi orang Yahudi, orang Cina dan orang lain. Tetapi mereka selalu ingat jati dirinya. Tidak lupa kacang akan kulitnya. Dia tidak bisa menghianati bangsanya. Karena kebaikan itu akan selalu mempengaruhi segala kehidupannya. Kerinduannya akan kejahudian itu maka dapat menutupi segalanya. Kebaikan apakah yang bisa perhatikan di dalam jemaat. Kebaikan kita itu yang dapat menutupi yang jelek dari diri kita.
Selaku orang Batak, kita adalah orang batak yang beradat (baik orang kristen atau tidak). Bagi orang Kristen, adat tidak baik. Maka harus menemukan titik baru. Orang Batak beradat tidak menghantar mereka masuk sorga. Oleh karena itu kebaikan menurut Batak masih terbatas, membuat Batak menjadi kerdil. Kekristenan itu harus menemukan inti (chor) dari orang Batak. Apa itu? apakah yang paling inti dari orang Batak?
St. Raja PS. Janter Aruan, SH, MH:
Ada yang mengatakan, intinya adalah kasih dan pengampunan. Kebenaran tidak berguna jika kita melakukan kejahatan. Sebaliknya, kebaikan akan berguna jika kita melakukan kebaikan.Kita seharusnya saling mengampuni, mengasihi dan tidak membedabedakan satu sama lain dengan dosa. Ada orang yang tampaknya mengasihi, mengampuni maka dia melakukan hal ini. Ada keangguhan dalam diri, menghapus segala kebaikan. Sebaliknya juga, ada orang yang bisa mengampuni karena kasih, apakah itu yang paling berharga dalam hidup kita? Atau ada hal yang lain?
Pdt. Salome Nainggolan, STh
Ada orang yang mengatakan juga yang berharga itu adalah Penebusan yang dilakukan Kristus. Metode yang dilakukan antara Allah dan Yehezkiel adalah dialog (bercakap-cakap). Metode ini sangat cocok sekarang ini. Kita pelayan (Pendeta) sering menjadi batu sandungan bagi anggota jemaat. Jika ada dialog antara jemaat dan Pendetanya dalam menyelesaikan suatu perselisihan. Maka satu sama lain akan semakin akrab dan saling mengampuni tidak ada pandangan yang negatif satu sama lain melainkan postitif thingking. Jadi benarlah kita, harus mengenal benar-benar, bagaimana pengorbanan Kristus (Keselamatan yang dari Kristus).
Pdt. Dr. Langsung Sitorus, MTh
Kita tahu bahwa bagi orang Batak, yang ditekankan adalah adat tetapi bagi kita yang percaya adalah pengorbanan Kristus (keselamatan dari Kristus). Siapa yang berada dalam keselamatan maka dia akan beroleh kebenaran dan kebaikan serta kerajaan sorga. Karena keselamatan itu adalah pengampunan atas dosa yang pernah kita lakukan. Keselamatan itu dapat dalam segala hal. Maka semua orang bisa diselamatkan oleh Tuhan. Dalam keselamatan ada buah-buah Roh (Gal. 5: 22). Dan juga keselamatan itu terdapat dalam Mateus 22: 37-39: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Jadi Keselamatan itu adalah hidup tanpa dosa. Keselamatan itu adalah bersama Tuhan. Keselamatan itu juga adalah: ciptaan baru (kebenaran), seperti di taman Eden. Seperti doktrin dalam perintah Allah ”Apa yang kamu dalam kata dan perbuatan, hendaklah itu dalam nama Tuhan Yesus Kristus”. Sebab Upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Jadi siapa yang terhindar dari keselamatan maka nyawanya terancam. Jika ada orang yang berbeda agama dengan kamu katakan: “berbahagialah kamu, kamu diselamatkan dalam Yesus Kristus”. Contohnya: Mahatma Gandhi, dia adalah orang yang diselamatkan, makanya dia berjuang dengan agama Hindunya untuk membawa orang ke jalan yang benar dan kembali ke jalan yang benar.
Ayat 30-33: "Dan engkau anak manusia, teman-temanmu sebangsa bercakap-cakap mengenai engkau dekat tembok-tembok dan di pintu rumah-rumah dan berkata satu sama lain, masing-masing kepada temannya. Silakan datang dan dengar, apa yang difirmankan oleh TUHAN! 33:31: Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram. 33:32 Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya. 33:33 Kalau hal itu datang dan sungguh akan datang! Mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka".
Konsistensi melakukan firman Tuhan, inilah yang sangat perlu. HKI dari HChB dulunya oleh Sutan Malu Panggabean memakai semboyan dan semangat dari Yakobus 1:22 "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Inilah yang semakin menggema hingga saat ini. Kita juga harus setia dan tetap melakukan firman Tuhan dalam kehidupan kita. Carilah Tuhan maka kamu akan Hidup (Amos 5: 6ยช) dan Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup (Amos 5: 14a).
Yehezkiel menyatakan seharusnya orang melakukan firman Tuhan adalah pertama sekali Nabi /Pemberita Injil yang berada di pos pelayanannya, mereka harus tetap disana. Integritas Kristen adalah dalam hal melakukan apa yang diajarkan dan yang didengar dari Tuhan Yesus Kristus. Janji mereka harus dijalankan. Mereka tidak mau berbeda, di depan dan di belakang. Siapa yang mau berintegritas: lakukan dalam Tuhan Yesus.
Pdt. Edwin JP. Simanullang, STh
Allah kita, adalah Allah yang setia dan adil. Dia selalu memanggil dan memberi perintah kepada kita agar kita selamat dan juga setia sampai mati. Kita sebagai orang percaya harus siap sedia akan hal itu. Dalam Wahyu 2:10 “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Betapa mahal arti kesetiaan dalam hidup jasmani dan rohani kita. Jadi kita jangan sampai mensiasiakannya. Tuhanlah yang memberkati kita. Amin.
(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Ephorus/Bishop HKI).