MENJAGA HATI
”Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”
(Amsal 4:23)
- A -
Mengapa kita harus menjaga hati? Tentu ada banyak yang boleh kita katakan bahwa sesungguhnya kita memang harus menjaga hati.
1. Mengasihi Tuhan Allah.
Yesus meminta umatNya untuk mengasihi Allah dengan hati. Dia berkata dalam kitab Matius 22:37; "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Firman ini menjadi bagian pertama dan utama sebagai pengamalan hukum Tuhan. Atau artinya bahwa pertama sekali tujuan kita menjaga hati supaya kita mampu mengasihi Tuhan. Tanpa menjaga hati dari gangguan dan godaan iblis maka dipastikan kita tak akan pernah mampu, tak akan pernah tulus mengasihi Tuhan. Sebab mau tidak mau, Yesus dalam konteks pelaksanaan hukum kasih yang besar itu, Dia meminta peran hati bila kita mengasihi (bnd. Ul.6:5). Dari situlah pula titik berangkat mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Sebaliknya, Bil. 21:4-9 (khotbah Minggu 12 Maret 2006) kutibannya demikian; “21:4-5 ”Setelah mereka berangkat…maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa…” Ini menjadi fakta besar ketika umat saatnya tidak dapat menahan, menjaga hati.
2 Kebahagiaan Ilahi
Ucapan Yesus dalam khotbah di bukit; ”Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. ”(Matius 5:8) bilamana saya mengarahkan pada pemikiran dan pemahaman yang sangat sederhana, maka menjaga hati senantiasa suci adalah untuk tujuan ’kebahagian’. Artinya juga bahwa setiap orang yang menjaga hatinya, dia boleh dan berhak untuk berbahagia. Lebih-lebih bahwa kebahagiaan itu disebutkan oleh Yesus bukan hanya merupakan gambaran atau kebahagiaan di bumi, tetapi malah lebih penting lagi adalah kebahagiaan di sorga. Dijanjikan; orang seperti itu akan melihat Allah. Ini adalah kebahagiaan yang sangat besar.
3 Obat Mujarab dan Kesembuhan
Kita teringat dengan Amsal Salomo (17:22), bahwa ”Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” atau juga dalam Amsal 15:13 ”Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.” Mungkin boleh saya contohkan walau nanti kelihatan seolah lebih mengarah kepada persoalan pikiran. Baru-baru ini saya bertanya kepada seorang bapa hal mengapa sakit magnya kambuh. Dia menjawab karena stress. Saya meminta lagi, apa hubungan stress dengan mag. Bapak itu menjelaskan, kalau stress secara otomatis bisa meningkatkan produksi jumlah asam lambung yang mengganggu usus dan akhirnya mag kambuh.
Pasti banyak lagi penyakit yang dapat timbul bila mana seseorang tidak dapat menjaga hati dan pikirannya. Selalu marah dan meledak-meledak, meletup-letup, tak mampu menjaga keseimbangan hati dalam mengelola persoalan, juga dapat menimbulkan penyakit. Tetapi oleh Salomo dalam amsalnya mengatakan bahwa hati yang gembira akan memberi kesembuhan.
4. Keberhasilan dan Keberuntungan
Orang yang sungguh menjaga hati erat hubungannya dengan keberhasilan dan keberuntungan. Keyakinan seperti itu dapat kita dasarkan pada kitab Yosua 1:7-8. Sebagian kata-kata ayat itu demikian; ” ....kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu....renungkanlah itu siang dan malam,..... sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Luar biasa, Yosua dapat dipastikan bukan hanya menjadi pemimpin umat Tuhan tetapi juga adalah orang dan pemimpin yang berhasil dan beruntung bersama umat Tuhan.
Di zaman ini, hal menjaga hati (menguatkan hati) juga dapat kita lakukan untuk kesuksesan dan keberuntungan kita. Kuat, tidak gampang putus asa, berpengharapan, komitmen dan berhati-hati dapat menghantar kepada kesuksesan dan keberuntungan. Atau lebih spesifik; ”Jika mau berhasil dan beruntung, jagalah hatimu!”
Hal yang mirip mungkin Anda juga pernah baca; ”perhatikanlah ide/pikiranmu karena akan menjadi kata-kata, perhatikanlah kata-katamu karena akan menjadi perbuatan, perhatikanlah perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaan, perhatikanlah kebiasaanmu karena akan menjadi karakter, perhatikanlah karaktermu karena itulah akan menjadi masa depanmu/ nasibmu.
5. Memori Terbaik
Tempat terbaik menyimpan harta berharga bagi seseorang mungkin adalah brankas, atau safety box (sejenis kotak aman di bank), itu boleh saja benar. Tetapi bagi Tuhan tempat terbaik menyimpan firmanNya dan segala perbuatanNya adalah hati umatNya. Hati bukan tempat menyimpan dendam, kebencian tetapi firman Tuhan.
Perhatikanlah firman ini; ”Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; (Ulangan 11:18). Demikian juga bagi seorang orang tua, dia menganjurkan kepada anaknya supaya menyimpan ajaran dan perkataannya di dalam hati. Pada Amsal 3:3 ”.... tuliskanlah itu pada loh hatimu,” (bnd. Amsal 7:1 Hai anakku, ... simpanlah perintahku dalam hatimu.). Karena itu, kita harus selalu menjaga hati menjadi tempat yang aman bagi firmanNya, dannasehat-nasehat. Memori yang terbaik akan terjadi dan kita dapat mengambilnya sebagai senjata bilamana sipenggoda mengganggu.
Mengapa kita harus menjaga hati? Tentu ada banyak yang boleh kita katakan bahwa sesungguhnya kita memang harus menjaga hati.
1. Mengasihi Tuhan Allah.
Yesus meminta umatNya untuk mengasihi Allah dengan hati. Dia berkata dalam kitab Matius 22:37; "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Firman ini menjadi bagian pertama dan utama sebagai pengamalan hukum Tuhan. Atau artinya bahwa pertama sekali tujuan kita menjaga hati supaya kita mampu mengasihi Tuhan. Tanpa menjaga hati dari gangguan dan godaan iblis maka dipastikan kita tak akan pernah mampu, tak akan pernah tulus mengasihi Tuhan. Sebab mau tidak mau, Yesus dalam konteks pelaksanaan hukum kasih yang besar itu, Dia meminta peran hati bila kita mengasihi (bnd. Ul.6:5). Dari situlah pula titik berangkat mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Sebaliknya, Bil. 21:4-9 (khotbah Minggu 12 Maret 2006) kutibannya demikian; “21:4-5 ”Setelah mereka berangkat…maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa…” Ini menjadi fakta besar ketika umat saatnya tidak dapat menahan, menjaga hati.
2 Kebahagiaan Ilahi
Ucapan Yesus dalam khotbah di bukit; ”Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. ”(Matius 5:8) bilamana saya mengarahkan pada pemikiran dan pemahaman yang sangat sederhana, maka menjaga hati senantiasa suci adalah untuk tujuan ’kebahagian’. Artinya juga bahwa setiap orang yang menjaga hatinya, dia boleh dan berhak untuk berbahagia. Lebih-lebih bahwa kebahagiaan itu disebutkan oleh Yesus bukan hanya merupakan gambaran atau kebahagiaan di bumi, tetapi malah lebih penting lagi adalah kebahagiaan di sorga. Dijanjikan; orang seperti itu akan melihat Allah. Ini adalah kebahagiaan yang sangat besar.
3 Obat Mujarab dan Kesembuhan
Kita teringat dengan Amsal Salomo (17:22), bahwa ”Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” atau juga dalam Amsal 15:13 ”Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.” Mungkin boleh saya contohkan walau nanti kelihatan seolah lebih mengarah kepada persoalan pikiran. Baru-baru ini saya bertanya kepada seorang bapa hal mengapa sakit magnya kambuh. Dia menjawab karena stress. Saya meminta lagi, apa hubungan stress dengan mag. Bapak itu menjelaskan, kalau stress secara otomatis bisa meningkatkan produksi jumlah asam lambung yang mengganggu usus dan akhirnya mag kambuh.
Pasti banyak lagi penyakit yang dapat timbul bila mana seseorang tidak dapat menjaga hati dan pikirannya. Selalu marah dan meledak-meledak, meletup-letup, tak mampu menjaga keseimbangan hati dalam mengelola persoalan, juga dapat menimbulkan penyakit. Tetapi oleh Salomo dalam amsalnya mengatakan bahwa hati yang gembira akan memberi kesembuhan.
4. Keberhasilan dan Keberuntungan
Orang yang sungguh menjaga hati erat hubungannya dengan keberhasilan dan keberuntungan. Keyakinan seperti itu dapat kita dasarkan pada kitab Yosua 1:7-8. Sebagian kata-kata ayat itu demikian; ” ....kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu....renungkanlah itu siang dan malam,..... sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Luar biasa, Yosua dapat dipastikan bukan hanya menjadi pemimpin umat Tuhan tetapi juga adalah orang dan pemimpin yang berhasil dan beruntung bersama umat Tuhan.
Di zaman ini, hal menjaga hati (menguatkan hati) juga dapat kita lakukan untuk kesuksesan dan keberuntungan kita. Kuat, tidak gampang putus asa, berpengharapan, komitmen dan berhati-hati dapat menghantar kepada kesuksesan dan keberuntungan. Atau lebih spesifik; ”Jika mau berhasil dan beruntung, jagalah hatimu!”
Hal yang mirip mungkin Anda juga pernah baca; ”perhatikanlah ide/pikiranmu karena akan menjadi kata-kata, perhatikanlah kata-katamu karena akan menjadi perbuatan, perhatikanlah perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaan, perhatikanlah kebiasaanmu karena akan menjadi karakter, perhatikanlah karaktermu karena itulah akan menjadi masa depanmu/ nasibmu.
5. Memori Terbaik
Tempat terbaik menyimpan harta berharga bagi seseorang mungkin adalah brankas, atau safety box (sejenis kotak aman di bank), itu boleh saja benar. Tetapi bagi Tuhan tempat terbaik menyimpan firmanNya dan segala perbuatanNya adalah hati umatNya. Hati bukan tempat menyimpan dendam, kebencian tetapi firman Tuhan.
Perhatikanlah firman ini; ”Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; (Ulangan 11:18). Demikian juga bagi seorang orang tua, dia menganjurkan kepada anaknya supaya menyimpan ajaran dan perkataannya di dalam hati. Pada Amsal 3:3 ”.... tuliskanlah itu pada loh hatimu,” (bnd. Amsal 7:1 Hai anakku, ... simpanlah perintahku dalam hatimu.). Karena itu, kita harus selalu menjaga hati menjadi tempat yang aman bagi firmanNya, dannasehat-nasehat. Memori yang terbaik akan terjadi dan kita dapat mengambilnya sebagai senjata bilamana sipenggoda mengganggu.
- B -
Bagaimana dengan orang yang tidak menjaga hati?
Orang yang tidak dapat menjaga hati oleh Yesus ditegur dengan ucapan keturunan ular beludak. Dalam Matius 12:34 “Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati”. Ya memang benar bahwa kata-kata yang baik maupun tidak baik yang keluar dari mulut adalah bersumber dari hati. Maka kata-kata yang tidak baik justru karena tidak dapat menjaga hati dengan baik pula.
Tinggi hati atau congkak menjadi tanda tak dapat menjaga hati adalah kekejian dan Tuhan menentang orang seperti itu sampai selamanya. Bukan hanya menentangnya tetapi juga menahan berkat anugerahNya kepada orang itu. Karena itu Ia katakan; "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yak. 4:6)
Hal yang unik lagi, karena seseorang dapat dikatakan telah berzinah dalam hati. Padahal umumnya dimengerti bahwa zinah adalah hubungan intim atau dan sejenisnya dengan bukan suami-isteri. Dan inilah zinah hati yang disebut Yesus; “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Matius 5:28). Inti pokoknya bukan pada memandang tetapi dimana oleh hatinya menginginkan melakukan zinah, itulah berzinah hati. Maka orang yang tidak menjaga hati sering jatuh pada berzinah hati.
- C -
Solusi Menjaga hati
Umat Tuhan dari keturunan Abraham memiliki perjanjian dengan Allah yaitu bahwa setiap laki-laki harus disunat (Kej.17:10). Namun sunat jasmani belum cukup sebab ternyata umatNya sering meninggalkan Tuhan dan mengikut allah lain. Untuk itu dalam kitab Ulangan 10: 16 Tuhan berfirman; ”Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.” (bnd. Rom.2:29). Sunat hati menjadi solusi untuk tetap setia menjaga hati.
Paulus berdoa dan sekaligus menjadi salam dalam beberapa awal suratnya supaya jemaat dipenuhi damai dengan dimulai dari hatinya. Dia mengatakan; ” Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:7)
Solusi Menjaga hati
Umat Tuhan dari keturunan Abraham memiliki perjanjian dengan Allah yaitu bahwa setiap laki-laki harus disunat (Kej.17:10). Namun sunat jasmani belum cukup sebab ternyata umatNya sering meninggalkan Tuhan dan mengikut allah lain. Untuk itu dalam kitab Ulangan 10: 16 Tuhan berfirman; ”Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.” (bnd. Rom.2:29). Sunat hati menjadi solusi untuk tetap setia menjaga hati.
Paulus berdoa dan sekaligus menjadi salam dalam beberapa awal suratnya supaya jemaat dipenuhi damai dengan dimulai dari hatinya. Dia mengatakan; ” Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:7)
- D -
Akhirnya, pada intinya bahwa menjaga hati adalah untuk tujuan kehidupan. Pada awal tulisan ini, telah saya tuliskan sebagaimana dalam kitab Amsal 4:23 ”Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Dari hati ada kehidupan, ada kasih, kebaikan dan segala kebajikan. Maka tak heran bila disebut, melayani dengan hati, menyapa dengan hati, senyum dengan hati, berbuat dengan hati.
Hati (Ibrani: Lev) dan jiwa adalah bagian inti dari kehidupan manusia sejak penciptaan. Hati, jiwa manusia menjadi perbedaan besar di antara semua ciptaan. Kepada manusia sajalah Tuhan memberikannya sehingga disebut mahkota ciptaan.
Ya, Yohanes juga menyaksikan bahwa siapapun orang menyebut diri sebagai orang percaya harus membuktikan bahwa dari hatinya ada air kehidupan. Bacalah Yoh. 7:38; "Barangsiapa percaya kepada-Ku,…… dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Karena itu jagalah hati, jangan kau nodai, dari situ mengalir air kehidupan.
Bandung, 5 Nopember 2008
Pdt.Hopol M.Sihombing,STh
Pendeta HKI Resort Bandung
Akhirnya, pada intinya bahwa menjaga hati adalah untuk tujuan kehidupan. Pada awal tulisan ini, telah saya tuliskan sebagaimana dalam kitab Amsal 4:23 ”Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Dari hati ada kehidupan, ada kasih, kebaikan dan segala kebajikan. Maka tak heran bila disebut, melayani dengan hati, menyapa dengan hati, senyum dengan hati, berbuat dengan hati.
Hati (Ibrani: Lev) dan jiwa adalah bagian inti dari kehidupan manusia sejak penciptaan. Hati, jiwa manusia menjadi perbedaan besar di antara semua ciptaan. Kepada manusia sajalah Tuhan memberikannya sehingga disebut mahkota ciptaan.
Ya, Yohanes juga menyaksikan bahwa siapapun orang menyebut diri sebagai orang percaya harus membuktikan bahwa dari hatinya ada air kehidupan. Bacalah Yoh. 7:38; "Barangsiapa percaya kepada-Ku,…… dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Karena itu jagalah hati, jangan kau nodai, dari situ mengalir air kehidupan.
Bandung, 5 Nopember 2008
Pdt.Hopol M.Sihombing,STh
Pendeta HKI Resort Bandung