Disela-sela acara kebersamaan serah terima praeses, dalam wawancara dengan warga jemaat yang hadir yakni Opung David Rajagukguk dan Nyonya St. J. Pangaribuan ternyata telah memiliki kesan mendalam terhadap Pdt. Jansen Simanjuntak "Beliau adalah sosok Pemimpin yang bersahaja" ungkap mereka.
Serah terima dan Pangojakhon Praeses HKI Daerah I Sumatera Timur I Berlangsung dengan hikmat dan damai bersama ribuan warga dan pelayan HKI di Daerah I (Pematangsiantar – Simalungun) pada Minggu, 31 Oktober 2010 di HKI Asuhan Stadion Pematangsiantar. Acara dilaksanakan bersamaan dengan ibadah minggu yang dipimpin oleh Pdt. M. Pahala Hutabarat, STh (Sekjend) sebagai Paragenda (Liturgis) dan Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh (Ephorus) sebagai Pengkhotbah. Ibadah berjalan meriah dengan partisipasi warga jemaat seperti Paduan Suara (Koor) mulai dari Persatuan Wanita (PW) dan Persatuan Ama (PA) HKI Jl. Melanthon Siregar, Punguan Naposo Bulung (PNB) HKI Asuhan Stadion dan Paduan Suara Gabungan HKI Asuhan Stadion.
Lewat Khotbahnya Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh menyapa jemaat dan para undangan yang hadir dengan Firman Tuhan yang diambil dari Kitab Hezekiel 33:12-19; 30-33. Dalam Khotbahnya Ephorus mengingatkan banyaknya kekuatan-kekuatan yang datang baik dari dalam dan luar diri kita untuk merusak dan menghambat pekerjaan-pekerjaan baik yang kita lakukan, tidak jauh beda dengan keberadaan HKI dalam mengemban tugas panggilannya. Contohnya saja ajaran-ajaran yang merongrong orang percaya/warga gereja tetang keselamatan. Banyak ajaran yang dengan lantang dan berani menjelaskan bahwa keselamatan manusia tergantung dari perbuatan baiknya. Sangat disayangkan ada 1/3 miliar manusia di dunia ini yang menyakini ajaran tersebut. Dan hanya sedikit yang secara benar memahami keselamatan yang datangnya dari Kristus Yesus. Bahwa Keselamatan datang bukan karena perbuatan baik manusia, melainkan semata-mata oleh karena Kasih/Anugerah Allah Bapa di dalam AnakNya Tuhan Yesus Kristus. Inilah Teologia Lutheran yang mesti dipertahankan Dan, diantara yang sedikit itu, HKI adalah salah satu gereja yang hidup di dalamnya. HKI adalah gereja yang murni memegang ajaran Lutheran dan itu harus kita pertahankan. Mengapa Yesus mau melakukannya untuk kita? Karena kita akan menjadi pengatur Tuhan jika oleh karena kebaikan yang dilakukannya, manusia memperoleh keselamatan. Dan saat ini, prilaku demikian telah banyak mewabah dalam kehidupan beragama. Orang tidak lagi berTuhan dalam keberagamaannya, karena disana-sini dalam aturan agama telah banyak dicampuri oleh aturan-aturan manusia yang kemudian mengaburkan kehadiran Tuhan. Maka, jangan biarkan diri kita yang mengatur rencana Tuhan, melainkan biarkan Tuhan yang mengatur diri kita. Demikianlah, Hezekiel dengan teologia solagratianya yang kemudian dilanjutkan oleh Luther. Diamping itu, Ephorus juga berpesan untuk berhati-hati dengan gerak-gerik sijahat (iblis) saat ini. Sekarang, jelas Ephorus, kerjaan siiblis sudah hampir menyerupai Yesus Kristus. Iblis zaman sekarang tidak lagi mengajak manusia untuk berbuat jahat, melainkan mengajak manusia untuk menuntut kebaikan terhadap sesamanya dan Tuhan. Iblis mendorong manusia untuk menuntut kebaikan sesuai dengan keinginan dan harapannya. Sama seperti Yesus yang juga menuntut orang percaya untuk berbuat kebaikan. Hanya saja kita harus jeli mengenal perbedaannya, kebaikan yang didorong oleh iblis untuk kita lakukan tidak disertai dengan kesabaran dan kasih. Iblis akan mendorong kita terus menerus untuk menuntut kebaikan yang kita cita-citakan, dan jika tidak juga dipenuhi maka akan diakhiri dengan jalan kekerasan, pemaksaan, dan penghancuran terhadap sesama. Berbeda dengan kebaikan yang diajarkan Yesus, kita dituntut untuk bersabar di dalam pengharapan pemenuhan atas kebaikan yang kita cita-citakan. Maka, mulai sekarang berhati-hatilah! Tegas Ephorus dalam Khobahnya. Mari kita koreksi dan periksa sikap kita di dalam kebaikan yang kita cita-citakan. Jangan sampai keliru dan akhirnya kalah! Jika kalah berarti harus mati seperti yang telah dinyatakan Hezekiel. Di dalam berHuria, harus ada kesinambungan untuk melanjutkan pekerjaan-pekerjaan baik, di sinilah harus diwaspadai kekuatan-kekuatan yang siap merusak yang datang dari dalam dan luar Huria. Dan harus diingat hambatan yang paling keras adalah dari dalam dimana terjadi pertarungan antara tuntutan kebaikan-kebaikan, maka tugas kita untuk memeriksa darimanakah asal dorongan kebaikan-kebaikan itu. Jika dari Yesus Kristus, maka akan terciptalah kebaikan untuk bersama yakni HKI yang kita cintai. Mari, sudah saatnya kita bertobat dari kebaikan-kebaikan semu yang selama ini menguasai pekerjaan-pekerjaan kita di dalam berHuria. Sifat dan karakter pangalensem (iri, menganggap sepele/gampangan, menyindir dll) segera kita buang dari dalam diri kita, jika kita mengenal kekurangan sesama jangan gunakan untuk merusak pekerjaan baik yang dilakukannya. Kembalilah kepada Yesus, sebab berbahagialah yang membawa damai karena itulah yang dibutuhkan HKI untuk bergerak maju, bertumbuh dan berkembang serta menjadi sehat sehingga kita dapat menunjukkan kesemua orang bahwa HKI “tidak seperti Yesus yang tidak pernah berubah”, melainkan HKI dapat berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kita harus mampu mengintegrasikan kebaikan-kebaikan yang ada di HKI, baik sebagai pelayan dan warga jemaat. Artinya, Parjamita (pelayan) berkhotbah bukan untuk mencari uang, agar datang uang, melainkan bagaimana kotbah yang disampaikan berbuah dan lewat buahnya kemudian banyak orang akan berbondong-bondong memberikan diri untuk membangun Huria. Parjamita hidup dari jamitanya, yakni dari jemaat yang datang oleh karena buah dari khotbahnya. Melalui khotbahnya banyak orang yang diberkati dan hidup di dalam rohaniyang sehat. Ingat, Sola Scriptura (Luhteran), hanya oleh Firman Tuhan manusia memperoleh kehidupan, untuk itu khotbah harus berasal dari Alkitab, bukan dari akal-akalan manusia semata. Sebagai Huria, HKI harus hidup di dalam kebersamaan, tidak saling mangalensem, saling menolong dan menopang, karena untuk itulah di dalam Yesus Kristus tidak seorang-seorang yang diselamtkan, melainkan semua kita agar dapat bersama-sama mengemban tugas panggilanNya melalui HuriaNya HKI. Tuhan memberkati. Tutup Ephorus di dalam akhir Khotbahnya.
Acara serah terima praeses diawali dengan pembacaan Berita Acara oleh Pdt. Noderia Malau, STh yang dilanjutkan dengan penandatanganan berkas serah terima oleh Ephorus diikuti Praeses lama Pdt. M. Saragih, STh dan saksi-saksi. Kemudian oleh Sekjend HKI dibacakan Surat Keputusan serah terima praeses yang diikuti dengan penandatanganan berkas oleh Ephorus dan Praeses terpilih Pdt. J. Simanjuntak, STh dan saksi-saksi. Dan, diteruskan dengan penyerahterimaan praeses dari praeses lama Pdt. M. Saragih, STh kepada praeses baru Pdt. J. Simanjuntak, STh dihadapan semua warga jemaat dan para undangan yang hadir, pelayan dan Pucuk Pimpinan. Acara serah terima praeses diakhiri dengan, pengukuhan (pangojakhon) Pdt. J. Simanjuntak, STh sebagai Praeses HKI Daerah I Sumatera Timur I.
Dengan selesainya acara serah terima dan pengukuhan (pangojakhon) praeses, diakhiri dengan penutupan Ibadah Minggu oleh Ephorus dan segenap pendeta HKI se Daerah I Sumatera Timur I. Acara dilanjutkan dengan makan bersama warga jemaat, para undangan dan segenap pendeta dan parhalado yang hadir, yang diawali dengan penyerahan ULOS dan cenderamata kepada para donateur, mewakili panitia, praeses lama dan baru, dan kepada Pucuk Pimpinan HKI.
Kesan dan Harapan:
Bapak Pdt. J.Simanjuntak, STh sosok pemimpin yang bersahaja dan dikenal oleh jemaat dan masyarakat. Khususnya terhadap jemaat HKI Stadion. Sejak anak mudanya (masa kuliah di STT) sudah dikenal oleh jemaat di HKI Stadion, beliau kerap melayani di Naposo Bulung dan Sekolah Minggu. Bijak dan telaten, adalah salah satu ciri beliau. Semoga setelah kepemimpinan beliau di daerah I, HKI dapat semakin berkembang dan lebih mengedepankan kebersamaan di dalam kesatuan seperti khotbah Ephorus. Khususnya, untuk Inang praeses agar berbaur dengan para ibu-ibu yang ada di Huria (Persatuan Wanita), sehingga PW daerah dapat diaktifkan kembali, misalnya informasi-informasi berkaitan dengan PW dapat sampai hingga jemaat. Tidak ada lagi perpecahan dalam tubuh PW HKI daerah I, tandas Nyonya St. J. Pangaribuan yang juga ketua PW HKI Asuhan Stadion. Hal yang sama juga diharapkan untuk Punguan Ama (PA), dan lebih penting lagi adalah HKI dapat semakin bersatu dan bersama-sama memberikan yang terbaik untuk menjunjung HKI dan mengembangkannya, seperti mars HKI “hehe maho HKI tinggalhon ma losokmi, porsan ma silangNa I unang ho ganggu” tambah Opung David. (yph)