Tuesday, June 03, 2008

Bahan Evangelium Bulan Juli 2008



Khotbah untuk Minggu 7set. Trinitatis

Tanggal, 06 Juli 2008
Nats : Jeremia 29 : 4 - 14
Oleh : Redaksi

Allah Merancangkan Perkara Besar dalam Kehidupan Kita


I. PENDAHULUAN
Israel adalah bangsa pilihan (umat yang dipilih). Berkali-kali Israel disebut sebagai biji mata Allah. Juga Tuhan berkata Aku mendukung kamu di atas sayapKu. Israel adalah gambaran dari gereja/ orang percaya. Berbicara mengenai biji mata dan mendukung di atas sayapKu, berarti Tuhan selalu memberikan kita yang terbaik. Mata adalah anggota tubuh yang paling dijaga dengan baik. Dalam pergaulan, sedekat apapun kita dengan seseorang, kita tidak akan men"colok" matanya. Karena biji mata adalah sesuatu yang sangat sensitif sehingga kita akan melakukan apa saja untuk melindungi mata kita. Alkitab berkata kita adalah "the apple of His eye" (biji mata Allah). Berarti, seperti kita menjaga biji mata, begitu pula Allah terhadap Israel (gereja/orang percaya).
Tetapi bangsa Israel yang merupakan biji mata Allah, tiba-tiba mengalami sesuatu yang buruk, yaitu dibuang ke Babel. Pertanyaannya, apakah itu takdir atau nasib? Kenapa bangsa Israel menerima nasib yang tidak baik? Padahal Allah mempunyai "blue print" (rancangan) yang terbaik. Kenapa ada sesuatu yang membelokkan sehingga bukan yang terbaik yang diterima tetapi yang tidak baik? Apakah itu adalah kebodohan kita atau takdir?.
Meskipun bangsa Israel gagal mengikuti blue printnya Tuhan, Allah tidak mentakdirkan mereka. Pembuangan bukan takdir tetapi adalah hukuman. Seringkali penderitaan dalam hdiup kita bukan takdir tetapi hukuman. Tetapi Allah yang menghukum kita adalah Allah yang mau memperbaiki keadaan kita. Allah tidak mungkin merancangkan yang jahat, tetapi meskipun kita biji mata Allah, Allah tidak akan membiarkan kita, sehingga kalau bersalah, Allah akan memukul kita. Tetapi meskipun Allah memukul, Dia selalu memberi jalan.
Kalau kita ikuti blue printnya Allah, maka walaupun ada tantangan dan masalah dari iblis yang memang tidak pernah diam untuk menjatuhkan orang-orang percaya, namun kita akan melihat mujizat, kemenangan dan perkara-perkara besar dinyatakan dalam hidup kita. Tetapi kadangkala iblis berhasil menjauhkan kita dari jalan Allah (blue print). Memang awalnya enak dan kita tidak sadar karena pada awalnya jalannya hampir sama dengan jalan Allah, tetapi lama kelamaan, kita akan melihat kesulitan dan masalah. Tetapi kalau kita sadar dan ingin kembali lagi ke jalan yang Tuhan tetapkan, maka Tuhan akan memberikan jalan untuk kembali. Tetapi pada saat kita kembali berjalan menuju jalannya Tuhan, ada harga yang harus kita bayar (ada kesusahan dan penderitaan) karena kesalahan kita.
Banyak orang sering berpikir bahwa apapun jalan yang kita jalani, itu adalah nasib. Tetapi ingat, kegagalan tidak akan mengubah rencana Allah. Karena di akhir perjalanan, Allah menyediakan mahkota buat kita. Banyak orang tidak sampai-sampai kepada tujuan akhir yang Tuhan tetapkan, karena seringkali tidak berjalan di jalannya Tuhan (berbelok). Dalam hidup ini ada perdebatan apakah nasib dan takdir merupakan garis dari Tuhan, atau hasil perjuangan kita. Dari awalnya Allah rancangkan perkara-perkara besar bagi kita, kegagalan tidak akan merubahnya.
Ada banyak orang berkata, kalau takdir dan nasib tidak ada, berarti kita ini tuhan. Semua ditentukan oleh kita sendiri. Di satu sisi, bagi agama-agama lama (old style religion), manusia itu hanya robot, hanya menjalani nasib. Tetapi bagi agama-agama modern (modern religion) seperti new age berpendapat bahwa kita adalah allah. Apapun yang kita mau akan terjadi dan apapun yang kita tidak mau, tidak akan terjadi. Kekristenan ada ditengah-tengahnya, antara nasib (old style religion) dan we are god (modern religion). Artinya kekristenan mengajarkan bahwa kita harus pasrah (berserah) tetapi kita juga harus bertindak. Dari awalnya, Allah merancangkan perkara-perkara besar dalam kehidupan kita. Kegagalan-kegagalan dalam hidup kita tidak akan merubahnya, asalkan kita mau bangkit.


II. PENJELASAN
Dalam ayat 13 dikatakan, "..akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan…". Jadi yang seringkali membuat "nasib kita tidak baik:
1. Ketidaktaatan kita terhadap ‘hukum-hukum Tuhan’ (road map).
Kita seringkali menganggap bahwa dosa itu adalah pelangaran terhadap apa yang dilarang Tuhan. Tetapi sebenarnya, dosa itu bukan sekedar melanggar apa yang Tuhan larang (tidak suka), tetapi dosa itu adalah apa yang tidak baik buat kita. Kalau kita berdosa, Tuhan tidak akan terganggu, tetapi itu tidak baik bagi kita.
Hukum-hukum Tuhan itu adalah road map (peta jalan) bagi kita untuk menuju rencana Tuhan dalam hidup kita.

2. Karakter yang tidak baik.
Berkali-kali bangsa Israel harus melewati pergumulan untuk membentuk karakter. Jusuf adalah salah satu tokoh yang punya karakter yang buruk yaitu suka pamer. Memang Yusuf juga punya karakter-karakter yang baik tetapi Tuhan mau supaya karakter Yusuf yang buruk itu dihilangkan lewat ’penderitaan’ yang dialaminya untuk mempersiapkan Yusuf mencapai apa yang sudah ditetapkan Allah (destiny) baginya. Seringkali pada saat kita mau melayani Tuhan, tiba-tiba ada saja masalah yang datang. Hal itu terjadi karena Allah mau membersihkan karakter-karakter yang buruk. Melayani Tuhan itu gampang, tetapi yang sulit adalah hidup sebagai seorang pelayan Tuhan.

3. Kemalasan.
Dari mulanya, Allah sudah memberikan blue print yang hebat, tetapi banyak orang tidak bisa maju karena kemalasan. Dalam mencapai rencana Allah di dalam kehidupan kita (our destiny), tidak tergantung orang lain tetapi dari diri kita sendiri. Paulus berkata bahwa "kalau aku pelari, aku bukan sembarang saja berlari". Seorang pelari jarak pendek tidak akan berlari sambil melihat lawan ada dimana, tetapi harus melihat (fokus) pada garis finish dan berusaha untuk tiba secepatnya.

4. Ketidakmampuan untuk berperang.
Kehidupan Kristen adalah masuk dalam pertandingan iman, kita ada di medan pertempuran, dan kita pasti merebut kemenangan karena kita tidak sendiri, Roh yang ada di dalam kita lebih besar daripada roh-roh yang ada di dalam dunia ini.

5. Ketidaksiapan untuk belajar.
Dalam hidup ini, bukan soal menghadapi masalah atau tidak, tetapi kalau ada masalah, kita belajar dari masalah. Kenapa masalah itu bisa terjadi? Bagaimana menghadapi masalah itu? Dan bagaimana sikap kita menghadapi masalah tersebut?. Kalau kita mau belajar, tidak ada yang terlalu susah. Dalam hal belajar, tidak ada yang terlalu muda atau tua, tetapi masalahnya apakah kita mau atau malas. Masalah mengajarkan kita untuk lebih kuat dan lebih dekat dengan Tuhan.

6. Kegagalan untuk memanfaatkan ‘peluang’ yg Tuhan bukakan (band. Daud, I Sam. 17:17-27).
Keberhasilan dan kegagalan tidak tergantung pada pintar atau tidaknya seseorang. Orang yang berhasil bukanlah orang yang super tetapi adalah orang yang mampu memanfaatkan peluang. Karena dalam hidup ini ada hal-hal kecil yang bisa menuntun orang kepada keberhasilan besar. Di dalam 1 Samuel 17:17-27, diceritakan bagaimana Daud bisa memanfaatkan peluang yang ada, walaupun tantangannya sangat besar, sehingga bangsa Israel bisa mengalahkan bangsa Filistin.
Kadangkala masalah yang datang di dalam rumah tangga kita, adalah peluang bagi rumah tangga kita untuk lebih akrab. Karena rumah tangga yang akrab bukanlah rumah tangga yang tanpa masalah, tetapi rumah tangga yang dapat menghadapi masalah dengan dewasa.

III. PEMULIHAN NASIB
1. Merendahkan diri.
Dalam 2 Taw 7:13-14 dikatakan, "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka".
Jadi kuncinya adalah merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah Tuhan.
2. Siap menghadapi "mata pelajaran baru" (pendidikan), Artinya Tuhan mau mendidik kita dengan "mata pelajaran baru" untuk memulihkan kita.

3. Memandang jauh ke depan.
Banyak orang menjadi orang yang masa bodoh. Tetapi kita harus memandang jauh ke depan. Ingat, bahwa walaupun hari ini kita banyak menghadapi tantangan, kita percaya bahwa besok, anugerah Tuhan belaku bagi kita. Alkitab berkata "Aku tahu takdirKu mengenai kamu, bukan kecelakaan tetapi hari depan yang penuh harapan".

4. Kekuatan untuk bangkit dan memahami rencana Allah.
Kita harus bangkit. Tidak pernah ada orang jatuh yang tidak bisa bangkit, kecuali tidak mau. Persoalannya bukan seberapa dalamnya kita jatuh, tetapi selama kita ada semangat untuk bangkit, kita akan melihat pertolongan Tuhan.

IV. PENUTUP
Kegagalan mengerti rencana Allah (baca: destiny) menjadikan kita orang-orang yang "pasrah bodoh" (Pengk. 3:19-20). Inilah saatnya kita punya iman dan semangat. Imani dan pegang janji Tuhan, rubahlah apa yang harus dirubah, sehingga kita bisa merebut janji Tuhan yang luar biasa. Amin.



Khotbah untuk Minggu 8 set. Trinitatis
Tanggal, 13 Juli 2008
Nats : 2 Korintus 8 : 1 - 5
Pdt. Happy Pakpahan, S.Th
( http://happypakpahan.blogspot.com )
Parhobas di Kantor Pusat


Bertanggungjawab dalam hal memberi

I. Pengantar
Di dalam Kejadian 1, dikatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu. Artinya segala sesuatu adalah milik Allah, termasuk anda, saya dan segala sesuatu di sekitar kita adalah milik Allah. Tuhan Allah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Dikaitkan dengan konsep memberi, dengan sederhana kita bisa simpulkan bahwa sebenarnya dalam hal memberi, kita memberi karena anugerah Allah Sang Empunya segala sesuatu. Apa yang kita beri, adalah sesuatu yang dipercayakan Tuhan Allah kepada kita. Dalam Nats Minggu ini kita akan belajar bagaimana konsep memberi dalam kaitan hubungan dengan TUHAN dan sesama.

II. Pembahasan Nats dan Relevansi.
Konteks Nats adalah Jemaat di Yerusalem amat membutuhkan bantuan dana. Maka Rasul Paulus meminta jemaat-jemaat untuk mengirimkan bantuannya. Beberapa jemaat telah melakukannya, namun jemaat Korintus, yang waktu itu boleh disebut sebagai jemaat yang paling mapan dari segi keuangan, tak kunjung memberikan bantuannya. Padahal Rasul Paulus telah tiga kali memintanya. Ironisnya, jemaat-jemaat Makedonia: Filipi, Tesalonika dan Berea yang termasuk di antara mereka yang telah mengirimkan bantuannya itu boleh disebut sebagai jemaat-jemaat yang setidaknya sama menderitanya dengan jemaat Yerusalem.
Untuk itulah dalam 2 Korintus 8:1-5 Paulus berbicara tentang anugerah Allah yang bekerja di Makedonia. Orang-orang Makedonia memberikan kembali kepada Allah apa yang telah Allah berikan untuk mereka. Mereka melakukan hal tersebut dan membagikan berkat kepada orang yang membutuhkan di Yerusalem. Ini berbanding terbalik dengan jemaat Korintus yang walapun telah berjanji untuk menolong, tetapi mereka tidak mengirimkan pemberian mereka. Itulah sebabnya Paulus mengirimkan surat kepada jemaat Korintus supaya hal ini menjadi pelajaran bagi mereka. Ia ingin jemaat Korintus mengetahui cara dan motif orang Makedonia dalam hal memberi (2 Korintus 8:1). Ia yakin bahwa orang- orang di Korintus akan bersemangat jika mereka mengetahui apa yang telah terjadi. Ada beberapa hal yang telah dilakukan oleh orang-orang Makedonia yang menunjukkan pemberian yang bertanggung jawab yang merupakan pembahasan dari Nats ini.

1. Memberi adalah Bentuk Kasih Karunia.
Paulus diayat 1 menuliskan : "Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia".
Kebaikan hati jemaat-jemaat di Makedonia telah terberita kepada Paulus. Paulus menyatakan bahwa sikap memberi jemaat-jemaat Makedonia adalah sebuah bentuk anugerah yang telah diberikan TUHAN kepada Jemaat di Makedonia. Hati dan kehidupan mereka telah di bersihkan sehingga memuliakan Tuhan yang telah memberikan berkat kepada mereka (Ulangan 26:10). Dikatakan lagi diayat 2 "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. " Dalam ayat 2, Paulus menjelaskan bahwa mereka menderita dalam percobaan dan penganiayaan. Lagipula, ayat ini mengatakan bahwa mereka sangat miskin. Jika kita melihat keadaan mereka, kita melihat beberapa alasan yang bisa mereka pakai untuk tidak memberi. Bagi Jemaat di Makedonia, memberikan persembahan adalah saat untuk bersukacita (bnk. Ulangan 26:11). Sehingga walaupun selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap. Meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Pelbagai penderitaan tidak membuat mereka semakin bersedih dan jauh dari TUHAN, tidak menghalangi mereka untuk peduli terhadap perkembangan pelayanan di tempat lain, tidak menghalangi mereka untuk mau menolong orang lain. Mereka tetap memiliki sukacita yang meluap dan kaya dalam kemurahan, mereka tidak membiarkan hal-hal di sekeliling mereka menentukan niat dan apa yang mereka beri. Mereka tidak "memberi alasan" tapi secara konkret Jemaat Makedonia memberikan persembahan untuk mendukung pelayanan.
Jemaat Kristus, seorang pemberi yang bertanggung jawab tidak mencari-cari alasan, tetapi mencari kesempatan untuk memberi. Manusia yang tetap berada dalam sukacita ditengah pencobaan dan kaya dalam kemurahan ditengah kemiskinan adalah indikator memiliki persekutuan yang kuat dengan Allah. Mereka menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan (bnk.Ulangan 26:3), dan dipakai untuk kemuliaan TUHAN semata. Dan untuk orang yang berada dalam kondisi demikian, pada saat memberi kepada Tuhan, mereka tidak memiliki perasaan bahwa sudah berjasa kepada Tuhan, karena tanpa seijin Tuhan kita tidak mungkin bisa menerima berkat. Jangan sampai kita menganggap bahwa segala yang ada pada kita adalah merupakan hasil pekerjaan kita sendiri (Ulangan 8:12-14) dan akhirnya menutup mata terhadap tanggung jawab kita untuk memberi, peduli terhadap mengasihi sesama dan mendukung pekerjaan Misi TUHAN. .." Ingatlah seperti yang tertulis di II Korintus 9:7b "… Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."
Kasih Kristus di antara orang Kristen, seyogyanya jangan hanya di bibir saja, melainkan harus dinyatakan dalam perbuatan. Dan saya yakin, apabila dunia melihat bagaimana di antara sesama orang Kristen ada satu kasih yang nyata - yaitu saling tolong menolong dan saling memerhatikan kebutuhan yang lain - akan ada lebih banyak orang yang mau bertobat kepada Tuhan Yesus dari pada kondisi di mana orang- orang Kristen dalam jemaat masing-masing hanya memikirkan kepentingannya sendiri! Cuma, perlu dicatat bahwa pelayanan memberi ini harus dikerjakan atau diberikan dengan hati-hati dan bijaksana agar bantuan jasmani itu tidak disalahgunakan oleh sebagian orang. Harus dijaga agar orang tidak lantas menggantungkan dirinya kepada bantuan gereja, melainkan supaya ia tetap berharap dan memandang kepada Tuhan Yesus. Orang-orang Injili yang "terlalu injili" sering menutup mata terhadap kebutuhan jasmani orang lain. Mereka berpendapat bahwa yang terpenting adalah jiwa. Memang betul, tetapi mereka lupa bahwa kebutuhan jasmani juga diperlukan. Hanya sekali lagi, untuk melayani kebutuhan jasmani bagi orang lain ini jemaat harus memakai banyak kebijaksanaan.


2. Memberi melampaui kemampuan.
Jika konsep Perpuluhan adalah memberi sepersepuluh dari apa yang Anda miliki, maka ini adalah "pemberian yang seimbang". Akan tetapi Paulus berkata : Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Mereka memberi lebih banyak dari apa yang mampu mereka berikan. Pemberian semacam ini disebut "pemberian dengan pengorbanan". Ada beberapa kisah tentang memberi dengan segenap potensi atau pemberian dengan pengorbanan, seperti dalam Markus 12:41-44, seorang janda dalam memberikan persembahan memberi semua yang ada padanya dan dalam Kisah Para Rasul 2:45, di mana orang-orang Kristen memberi segala sesuatu. Ada waktu-waktu dimana seorang pemberi yang bertanggung jawab memberi dengan pengorbanan.
Hal ini bisa kita relevansikan : sering terjadi: justru orang atau jemaat yang mampu, yang "enggan" merogoh kantongnya yang tebal, dengan berbagai dalih. Misalnya: "Kebutuhanku sendiri banyak..." Atau: "Berusaha sendiri dong... seperti kami..." Bahkan: "keadaan kami susah, kok diminta untuk berbagi...?" Mengacu kepada ayat diatas, konsep persembahan bukan sekadar penegasan "ini bagianku - itu bagianmu", juga bukan "ini hasil usahaku - itu hasil usahamu", dan apalagi bukan "semua harus mendapatkan bagian yang sama". "Hal memberi" yang dimaksud Rasul Paulus adalah "semua peduli". Bila yang berkelebihan dalam hal tertentu peduli pada yang berkekurangan, maka yang berkekurangan akan berkecukupan. Dan mereka yang semula berkekurangan kemudian dapat pula mencukupkan yang semula berkelebihan, dalam hal lain. "Keseimbangan" yang berdasar pada kepedulian seperti ini tak mungkin diwujudkan tanpa Kristus. IA-lah personifikasi dari kepedulian di atas segala kepedulian. Dan kita? Kita adalah anak-anak-Nya. Maka kita, termasuk anak-anak kita, musti peduli dengan sesama dan tanggung jawab pengembangan pelayanan.
Mengapa pada kenyataannya cukup banyak orang yang melakukan hal tersebut? Jawabannya adalah karena secara jujur masih banyak orang yang memiliki pola pikir yang konsumtif, padahal seharusnya yang benar adalah pola pikir produktif. Mereka cenderung untuk memiliki keinginan untuk menerima sesuatu dan bukan memberikan sesuatu, mengumpulkan dan bukan membagikan. Perlu kita sadari bahwa sebenarnya sikap yang menolak untuk memberi adalah suatu tindakan pemberontakan terhadap Allah (Maleakhi 3:8-12) karena kita tidak taat kepada perintahNya, tetapi jika kita menyerahkan diri pada tujuanNya dalam memberi maka kita menerima "tingkap-tingkap langit yang terbuka" dan berkat serta perlindungan yang melimpah dari keinginan, kebutuhan, dan dari kelaparan.
Selain hal tersebut di atas, Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus membuat suatu persamaan yang jelas antara menabur benih dan memberi secara finansial di dalam 2 Korintus 9:6. Dalam pernyataan tersebut, Rasul Paulus mengkonfirmasikan hukum menabur. Mengapa Paulus menggunakan perbandingan dengan seorang petani yang menabur benih ? Sebab seorang petani tidak dapat menunggu sampai masa menuai untuk menentukan ukuran tuaiannya. Jikalau hal tersebut mungkin, maka para petani tidak akan pernah menghadapi kekurangan. Artinya jika kebutuhannya besar, maka petani tersebut akan menabur banyak. Jika kebutuhannya kecil, dia akan menabur sedikit saja.
Banyak pertanyaan dari umat Tuhan berkaitan dengan "berapa jumlah yang harus diberikan" dan "bagaimana cara memberikan persembahan". Jawabannya amat sederhana sekali, yaitu berikan sebanyak jumlah yang bisa diterima oleh hati kita dan berikan persembahan tersebut dengan sukacita. Masalahnya, haruskah kita memberi ? Jawabnya adalah YA ! Satu hal yang pasti, Tuhan sendiri yang akan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan umat-Nya agar mampu memberi persembahan dengan benar sebagai suatu benih yang berkenan di hadapanNya (II Korintus 9:10a). Tuhan tahu bahwa kita memerlukan benih untuk bisa kita taburkan, oleh karena itu Ia yang akan memberikan kepada kita berkat jasmani, kesehatan, masa depan, talenta, yang merupakan benih untuk ditabur. Jadi, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memberi, karena Tuhan yang telah menyediakan benih kepada kita. Orang miskin juga perlu untuk memberi/ menabur, karena mereka perlu berkat Allah untuk mematahkan kuk kemiskinan. Contoh: Orang-orang Kristen di Makedonia sangat miskin (II Korintus 8:2) tetapi mereka memberi dengan limpah. Mereka belajar taat dalam memberi, karena akan menghasilkan berkat dan mematahkan belenggu kemiskinan. Sebab itu, hanya ada satu kunci saja bagi umat Tuhan yang mau memiliki hidup berkelimpahan, yaitu memiliki kemauan untuk memberi. Mari kita miliki sikap hati yang benar ini, yaitu sikap yang mau memberi.
Dalam konteks Nats, dalam hal memberi, tujuannya adalah untuk membantu kelangsungan pelayanan dan kehidupan para hamba Tuhan, serta untuk menguji hati dan kesetiaan orang percaya dalam hal keuangan/berkat. Tidak seorangpun yang mempunyai sesuatu tanpa terlebih dahulu menerimanya dari Tuhan (I Korintus 4:7). Tuhan hanya memerintahkan kepada setiap orang percaya untuk saling menolong dan peduli dengan sesamanya. Pertanyaannya adalah apakah hati kita melekat kepada berkat yang Tuhan berikan atau hati kita melekat kepada pemberi berkat itu. Apabila kita setia dalam perkara yang kecil maka Tuhan akan mempercayakan kepada kita perkara yang lebih besar (Matius 25:23). Kita harus ingat bahwa segala apa yang ada pada kita bukan milik kita sendiri, melainkan milik Tuhan yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita.Kita harus memutuskan dalam hati kita untuk melayani Tuhan dan bukan melayani uang. Sebab jika tidak demikian maka akan menjadi beban yang sangat berat sekali bagi umat Tuhan untuk melaksanakan Perpuluhan (Matius 6:19-24). Jika kita mengasihi Tuhan lebih dari segala sesuatu, maka jangankan 1/10 bagian, lebih dari itupun, kita akan memberi dengan sukacita (2 Korintus 8:1-5). Hal ini bisa kita relevansikan dalam hal berjemaat, sama seperti upaya pembangunan dan mencukupkan kebutuhan pelayanan di Yerusalem, setiap pelayanan memerlukan pendanaan. Demikian juga di HKI. Itulah sebabnya diaturkan jenis setoran dari masing-masing aras pelayanan. Pertanyaannya, apakah semangat saling peduli dan kesadaran memberi ini "hidup" di antara kita. Apakah semua aras sadar, bahwa persembahan dari tiap aras pelayanan adalah juga tanggung jawab kita sebagai sebuah persekutuan untuk saling menopang dalam memajukan pelayanan? Mengapa indeks setoran dari tiap aras pelayanan masih sangat minim ? Ini bahan refleksi kita. Benarkah banyaknya kendala keuangan dalam masing-masing jemaat akibat mulai lunturnya semangat memberi ? Adakah ada kesadaran memberi diantara kita untuk pengembangan pelayanan demi kemuliaan Tuhan di Jemaat hingga ke Pusat ? Atau semua hanya memikirkan kepentingan diri dan menutup mata akan tanggung jawab memberi ? Ini refleksi kita.
3. Mengambil bagian dalam Pelayanan kepada Orang-orang Kudus
Yang penting dilihat dalam keteladanan hidup Jemaat Makedonia adalah seperti tertulis diayat 4-5 : Mereka memberi diri mereka sendiri pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah jugamengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Mereka memberi diri dalam dua cara: Mereka memberi diri mereka pertama dalam pertobatan dan iman agar menjadi Kristen yang lahir baru. Kemudian mereka memberikan kehidupan total mereka dalam pelayanan kepada Kristus. Untuk itu, yakinkan bahwa diri Anda sudah lahir baru dalam Kristus. Saat Anda sudah yakin, berikanlah hidup Anda seluruhnya untuk melayani Kristus dalam setiap aktifitas dan profesi kita. Anda akan melangkah lebih jauh lagi dalam hal memberi jika Anda telah melakukan dua hal ini.
Jemaat Makedonia memberi dengan sukacita. Tidak ada tempat di dalam gereja untuk pemberian terpaksa. Orang-orang harus memberi dengan rela sebab mereka ingin memberi. Memberi dengan tanggung jawab berarti memberi dengan sukarela. Jadi bisa kita relevansikan bahwa memberi adalah bukti kemurahan hati, bukan sesuatu yang dipaksakan. Memberikan sesuatu kepada Tuhan adalah bukti kemurahan hati umat Tuhan. Kemurahan hati yang dilandasi ketulusan sehingga tidak mengharapkan balasan atas apapun yang mereka lakukan dan orang yang murah hati senantiasa memberi dengan penuh sukacita. Mereka bersukacita bukan karena berharap akan mendapatkan materi yang lebih besar dari pada yang mereka berikan, melainkan mereka bersukacita karena telah berhasil melakukan apa yang telah Tuhan letakkan dalam hati mereka. (II Korintus 9:5,7). Dengan ini juga bisa kaitkan bahwa sebenarnya Memberi menunjukkan SIKAP HATI seseorang. Seseorang yang mengingat hal-hal baik yang telah Tuhan kerjakan dalam hidup kita, mengucap syukur karena segala hal baik yang telah Tuhan lakukan dalan hidup kita (kebaikan Tuhan tersebut seringkali lebih besar dari yang kita harapkan) adalah orang yang peduli terhadap sesama dan perkembangan pelayanan TUHAN di dunia. Jadi jangan pernah melupakan segala kebaikan yang telah Ia perbuat bagi kita (Mzm 103:1-5).


4. Memberi menunjukkan MOTIVASI KITA - PENUTUP
Motivasi berbicara mengenai dorongan atau keinginan hati kita dalam memberi. Kadang kita memberi dengan motivasi untuk mendapatkan balasan dari Tuhan atas apa yang telah kita berikan pada Tuhan. Jika kita memberi dengan motivasinya adalah BERKAT, artinya ia memandang Tuhan hanya sebagai salah satu alat investasi untuk mendatangkan kekayaan bagi diri kita. Seakan Tuhan berhutang terhadap kita dan Ia harus menggandakan kekayaan kita. Jadi, dengan kata lain, Tuhan hanyalah sebagai pribadi yang dimanfaatkan agar umat-Nya memperoleh berkat yang diinginkannya. Hal ini jelas-jelas merupakan motivasi yang salah.
Tuhan sudah pasti akan memberikan berkat-Nya kepada kita, tetapi hal itu bukanlah menjadi motivasi utama kita dalam memberi persembahan kepada-Nya. Tuhan mengetahui apa yang terbaik bagi setiap anak-Nya. Bila Dia merasa bahwa berkat yang melimpah bagi anak-Nya akan membuat anak-Nya jauh dari pada-Nya, maka Ia tidak akan memberikan berkat tersebut. Ingat! perhatian utama Tuhan dalam memberikan berkat-Nya bukan terletak pada berkat jasmani, melainkan pada pembentukkan karakter anak-anak-Nya.
Jadi, di mata Tuhan pertumbuhan rohani anak-anakNya adalah jauh lebih penting daripada sekedar memberikan kekayaan kepada mereka. Artinya, Ia rela untuk tidak melimpahi anak-anakNya dengan berkat materi demi pertumbuhan kedewasaan rohani mereka!
Selain itu, Allah tidak akan mencurahkan berkat-Nya, apabila kita memberi dengan motivasi untuk mendapatkan pujian dari sesama manusia, motivasi agar dipuji, motivasi agar dapat mengatur, seolah dengan banyak memberi maka ia adalah pihak yang berkuasa, dan menjadi "raja-raja kecil". Perhatikan Firman Tuhan dalam Matius 6:2a, yang mengatakan: "Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang." Dan tujuan memberi persembahan hanyalah karena ingin menyenangkan hati Tuhan dan bukannya mendapatkan pujian dari manusia atau motivasi buruk lainnya. Selanjutnya, Firman Tuhan di dalam I Yohanes 3:17, berkata "Barang siapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan, tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" Ayat ini menyatakan bahwa Tuhan juga memerintahkan supaya kita mengasihi umat Tuhan yang lain. Kita rela melakukan sesuatu untuk kebaikan sesama kita. Salah satu ekspresi dari hal ini adalah membantu sesama kita yang hidup di dalam kekurangan. Termasuk pelayanan sosial - yang menyangkut kebutuhan jasmani anggota jemaat setempat. Untuk itu ingatlah Firman Tuhan dalam Galatia 6:10 juga berkata: "Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." Amin".(hp)


Khotbah untuk Minggu 9 set. Trinitatis

Tanggal, 20 Juli 2008
Nats : Job 2 : 9 - 13
Pdt. Edwin J Manullang, S.Th
Parhobas di Kantor Pusat



Jadilah Sahabat Yang Sejati Bagi Tuhan



I. Pendahuluan
Dalam Minggu 9 setelah Trinitatis ini, kita diajak untuk menjadi sahabat sejati dan menyerahkan diri kita seutuhnya kepada Tuhan yang akan membimbing, memelihara dan melepaskan kita dari setiap pergumulan kita. Walaupun karya penyelamatan Allah terkadang sangat sulit diterima secara logika manusia. Namun, manusia yang tetap tegar dalam menghadapi akan dapat menerima rahmat dan menemukan kasih karunia Tuhan pada waktunya. Kitab Ayub berisikan jawaban pertanyaan bagaimana orang percaya kepada Tuhan dikala mendapat pencobaan dalam hidup yang penuh penderitaan baik dari konteks materi, maupun iman kepercayaan.
Pribadi Ayub adalah seorang yang saleh, jujur dan takut akan Tuhan. Ia berasal dari tanah Us dan ia juga adalah orang yang sangat kaya di zamannya.Dia mempuyai 7000 ekor Kambing Domba, 3000 ekor Unta, 500 pasang Lembu, 500 Keledai betina dan para budak yang jumlahnya banyak. Ia menikah dengan 1 isteri dan dikarunia Tuhan 10 orang anak yaitu : 7 laki-laki dan 3 orang perempuan. Dia selalu mempersembahkan korban bakaran kepada Allah demi anak-anaknya yang selalu hidup berpesta pora, supaya jika ada kesalahan mereka, maka Tuhan mengampuni mereka. Tetapi hal ini menjadi petaka bagi dia, dimana iblis menjadi benci kepadanya dan mencari berbagai upaya untuk menjatuhkan Ayub ke dalam dosa dan menjauhi Allah. iblis meminta ijin kepada Allah untuk mengusik hidup, karakter, kesehatan dan kepercayaan Ayub kepada Allah. Allah menyetujui iblis untuk mencobai Ayub tetapi dengan satu syarat yaitu: nyawanya tidak bisa diambil. Itu hanyalah wewenang/milik Allah (6). Secara bertahap, Ayub menghadapi godaan dan siksaan iblis. Pertama, iblis menyerang karakternya dengan kehilangan seluruh harta dan anak-anaknya.

II. Penjelasan Nats
Nats khotbah kita ini adalah lanjutan dari ujian/cobaan dari iblis yaitu : iblis menyerang kesehatan/fisik dari Ayub. Dalam ayat 9, nampak jelas bahwa sangatlah rapuh kehidupan keluarga Ayub. Dimana, istri yang seharusnya adalah sebagai Penolong(bdn. Kej. 2:18), tapi nyatanya adalah sebagai Penodong. Isteri Ayub adalah tipe isteri yang cerewet. Ia meninggalkan Allah. Sangat tepatlah peribahasa baginya: Ada uang suami disayang, tak ada uang suami ditendang. Bagaimana mungkin Ayub dapat hidup tentram dengan tipe perempuan yang hanya suka mengkritik? Padahal dalam kitab Amsal 9:13, jelas dikatakan: ‘Perempuan bebal, cerewet, sangat tidak berpengalaman ia, dan tidak tahu malu’. Ia tidak siap untuk menjadi miskin, merawat suaminya yang sedang sakit dan tidak dapat berbuat apa-apa. Akhirnya, itulah yang membuat dia menjadi tidak mampu untuk menerima kenyataan hidup dan mengambil jalan pintas yang bertentangan dengan maksud Tuhan. Dia berani mengatakan kepada Ayub, ‘ Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu ? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (9). Inilah yang merupakan ujian terberat bagi Ayub. Istri yang dikasihinya seharusnya menjadi penolong. Akan tetapi, ia telah berkhianat dan mau ditaklukkan oleh iblis. Sehingga isterinya berpikir tentang ketidak-adilan Allah dalam hidup dan keluarganya. Ayub tetap tegar dan bertahan dengan kesetiaannya kepada Tuhan, walaupun isterinya telah berusaha untuk menggodanya untuk mengutuki Allah.
Jawaban Ayub yang sangat mengejutkan isterinya, ‘engkau berbicara seperti perempuan gila" (10) Dalam keadaaan yang sangat sulit, ia mampu membuat dirinya tidak berdosa. Apakah saudara percaya bahwa Ayub menegur isterinya dengan sebutan "perempuan gila"? Tetapi saya tidak percaya dan tidak yakin kalau Ayub, seorang yang saleh, jujur dan takut akan Allah (ayb. 1:1), akan mengucapkan kata-kata "sopan" seperti demikian. Ayub menunjukkan bahwa dirinya adalah yang tegar, dia tidak tergoda dan terbawa arus perasaannya sendiri. Sebagai seorang suami, ia berjuang untuk melindungi keluarga termasuk dalam hal iman kepercayaannya. Ini nyata dalam ungkapannya: "apakah engkau mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk"(10 b).
Kitab Amsal mengatakan: ‘Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran’(17:17). Disinilah letak persahabatan antara Ayub dengan Allah dan persahabatan Ayub dengan teman-temannya diuji oleh iblis. Tetapi saudara-saudara Ayub yaitu: Elifas, Bildad dan Zofar dan teman-temannya yang lain. Mereka menunjukkan solidaritas dan kasihnya dengan datang menjenguknya dan sekaligus sebagai penghibur baginya. Walaupun mereka hampir tidak mengenal Ayub lagi dan akhirnya mereka menangis dengan suara yang nyaring. Mereka juga mengoyakkan jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit. Hal lain yang mereka lakukan adalah, duduk bersama-sama dengan Ayub selama 7 hari 7 malam. Seorang pun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya. Karena mereka melihat sangat berat penderitaan Ayub itu. Tetapi bila kita telusuri lebih dalam, maka apa yang mereka lakukan ini hanyalah tindakan yang hanya untuk memaksa Ayub, menghakimi dan mempersalahkan Ayub yang selalu setia kepada Tuhan.

III. Penutup
Ayub memperlihatkan bahwa dirinya adalah orang yang sungguh-sungguh tegar. Dia juga tahu bahwa: sengsara membawa nikmat. Dibalik penderitaan yang dia alami pasti Tuhan membuat rancangan yang terindah bagi dirinya. (Bdn. Yeremia 29: 11). Allah selalu mendampingi dirinya, menjaga dan memeliharanya dalam iman kepercayaannya. Melalui pemeliharaan Allah, Ayub menemukan dirinya sebagai orang yang berdosa dihadapan Allah. Bukti dari pengenalan diri secara benar ini Nampak dari pengakuan dan kesediannya mencabut perkataannya yang telah terlanjur di hadapan Tuhan. Dengan demikian ia sangat menyesal dan ia duduk dalam Debu dan Abu. Inilah yang menunjukkan bahwa Ayub adalah tegar dalam menghadapi masalah dan orang yang saleh. Layaklah ia disebut sebagai Patriot Iman.
Dalam dunia globalisasi dan modernisasi serta krisis ekonomi dan iman yang masih melekat bagi beberapa Umat Kristiani saat ini. Sangat perlu hadir ‘ayub-ayub baru’ yang tegar menghadapi masalah, hidup jujur, saleh dan tetap setia mendengar dan melaksanakan firman Tuhan serta lebih mengutamakan kata/rencana Tuhan daripada kata iblis. Suami dan Isteri dan anak-anak juga harus kembali lagi memahami tugas dan fungsinya dalam kehidupan keluarga. Kita yakin dan percaya bahwa, tidak ada keluarga Kristen yang tidak pernah tidak rebut/bertengkar. Ribut itu lumrah. Tetapi jika kita marah janganlah sampai berbuat dosa (Ef. 4:26). Misunderstanding itu lumrah. In long conversation, lumrah terjadi silence and misperception. Namun dengan mengeluarkan apa yang ada di dalam hati dan tidak simpan sendiri, itu bisa membuat pihak lain memahami hal itu. Oleh karena itu, maka setiap keluarga harus menjadikan Kristus sebagai Kepala Rumah Tangga mereka. Agar tercipta kehidupan keluarga yang rukun, harmonis, damai dan sejahtera. Yesus Kristus telah memenuhi apa yang telah dikatakan oleh Amsal 17:17. Dialah sahabat yang setia sampai akhir. Dia penuh pengorbanan, mengampuni dosa dan menyediakan sorga kesenangan bagi orang yang mau turut bersahabat dengan-Nya. Setialah selalu, dan Jadilah sahabat yang sejati bagi Tuhan. Tuhan Memberkati, Amin!



Jamita tu Minggu 10 dung Trinitatis
Tanggal, 27 Juli 2008
Daniel 5 : 1 - 10
Pdt. Gom. FH. Tampubolon, S.Th
Pendeta HKI Resort Siantar IV



Pasangap ma Debata di Ngolum


1. Ngolu parugamoon Jahudi hatiha i diancam ngolu parbangsoon na malobihu na mandok : Ia janji ni Debata ditujuhon holan tu halak Jahudi sambing. Marhite buku Ruth pataridahon janji ni Debata marlaku ndada holan tu halak Jahudi alai lobi umbidang dope. Ruth pomparan bangso Moab na gabe ompung ni Raja Daud, gabe pewaris ni bangso ni Debata. Songoni do buku Daniel, molo tajaha tarsingot hita tu barita na masa di pembuangan Babel marhira mulai taon 600 SM alai mangantusi isi buku Daniel on ingkon tapapindah pingkiranta tu marratus taon di jaman pangaleleion di halak Jahudi di penjajahan ni raja Siria ima Anthiokus Ephipanes marhira taon 165 SM. 3).
Sian sudut jenis sastra, na masa hatiha i boi do tu na mangolu na jolo dipasobok dirina songon halak na mangolu nuaeng di tingkina. Songon si Daniel na pasobokhon dirina tu inganan dohot tu tingki ni si Daniel na paboahon na naeng ro, ima mulai sian taon 600 SM, gabe boi dohonon ia buku Daniel bagian paduahonon mamangke goar samaran Daniel panurat buku i marhite hata "ahu" manang hata ‘hu" (ida Bindu 7 :2,6,7,9,10,13,15,16,19,21, dst). Didok ma on Pseudoniem na marlapatan panurat ni buku i mamangke goar Daniel gabe goarna. Marhite buku Daniel, dipataridahon do songon dia songirna na masa tingki i, na aktual terjadi ditongatonga ni masyarakat, pemerintahan dohot bangso. Di sada pihak Debata tongtong bertindak songon pemimpin na marhuaso di atas sude sejarah na masa di tongatonga ni sude bangso, na tongtong marrimas marnida bangso na marsogo ni roha tu Ibana alai na tongtong marasiniroha di angka na olo unduk martangiang tu joloNa, boi malua sian huaso ni panggomgomi ni portibi on.


2. Daniel tartaban tu habuangan Babel ditingki raja Nebukadnesar manggomgomi Harajaon Babel marhira taon 587 SM (ida Bindu 1: 1-7) jala gabe haposan ni Raja Nebukadnezar (ida Bindu 2 : 46-49) huhut diganti raja i goar ni si Daniel gabe Beltsazar (ida Bindu 1 : 7), na marlapatan "Pangaramoti Tondi ni Raja". Mian do si Daniel di habuangan Babel i sahat tu taon parjolo ni Raja Kores (1:21). Namasa turpuk jamita on ima di taon parpudi Raja Beltsasar (pinompar ni Raja Nebukadnesar) manggomgomi Babel. Ia si Daniel, ima sahalak na mabiar mida Debata jala marhasetiaon tu Jahowa huhut denggan mangulahon ruhutruhut parugamoon nasida. Mansai tandi tu Raja Beltsasar, na so mabiar mida Debata jala jotjot mangihuthon hisaphisap ni dagingna, alani i ma ndang diboto ibana mangantusi lomo ni roha ni Debata, songon na pinataridahon di turpuk on. Adong tolu bagian na diigil turpuk on :

A. Na parjolo : Pasangap ma Debata marhite na mangarajai diri.
Diturpuk boi idaonta gaya hidup raja Beltsasar dohot angka donganna. Dipatupa raja Beltsasar do panggalangon bolon manang partamueon bolon. Diundang ibana saribu donganna tu partamueon i. Di panggalangon i dipangke laho papuas hagiot ni dagingna marhite na mabuk anggur, dohot angka na asing. Molo nunga mabuk anggur maol do jolma mangarajai dirina, hatana pe boi gabe ramba/ramun jala ndang diboto be maila di pangulaon nang pambahenanna. Parmabuhon i do pintu masuk tu harorangon dohot pingkiran na roa. Hamoraon ni raja Beltsasar dipangke laho mangoloi hagigiot ni pamangan dohot butuhana. Kemewahan ni ngoluna songon raja dipangke laho paolooloi hagiot ni dagingna. Hamoraon dohot kemewahan ni raja Beltsasar, ndang dipangke laho padengganhon parngoluon ni rakyatna alai dipangke marpestapora mangoloi hisap ni dagingna. Gaya hidup dohot budaya hedonisme do na pinataridahon ni raja on. Prinsip utama di gaya hidup manang budaya hedonisme on ima "Ngolu na sintong ima ngolu na marhasonangan" Marhasongan na dimaksud di budaya/gaya hidup on ima na berkelimpahan kemewahan/hamoraon dohot kenikmatan. Gaya hidup/budaya on menghorhon tu sikap konsumeris, mumpungis, sloganis dohot na paleahon angka na pogos.
Sada sahit dingolu ni jolma ima na maol mangarajai diri (pengendalian hati dan diri) gabe lupa diri. Boi do hasonangan dohot haporsuhon mangela jolma i magoloi hagiot ni daging. Hapogoson boi do mangela jolma manangko, mangapian dohot na mamunu. Hamoraon boi do mangela jolma i tu ginjang ni roha dohot keserakahan. Biar tu Debata do sinjata laho mangalo elaela na mangoloi hagiot ni daging. Biar mida Debata do gabe ojahan laho mangarajai diri. Margogo si Joseph mangalo elaela ni pardihuta ni si Potifar ala mabiar ibana tu Debata.

B. Napaduahon : Pasangap ma Debata marhite parange/pangulaon na denggan.
Ala nunga dirajai hagiot ni dagingna Raja Beltsazar, dileai jala diramuni ibana ulaon ni Debata. Dung mabuk ibana disuru dialap ulaula sere dohot perak, na binoan ni amana si Nebukadnesar sian joro na di huta Jerusalem, asa minum ibana sian i dohot panuturina ro dijolmana dohot imbangna (ayat 2 – 3). Marhite na minum sian cawan i, dipatuduhon na so mabiar ibana mida Debata manang lea rohana di Debata. Marhite na mamangke ulaula ni Debata patuduhon na so parduli ibana tu Debata. Dipangke ibana ulaula na badia i, ndada holan laho paoloi hagiot ni dagingna alai dohot do laho mangaleai Debata. Jumahat do si Beltsasar sian amana si Nebukadnezar. Nang pe ginjang roha ni si Nebukadnesar alai ndang diramuni ibana ulaula Bagas Joro i, ndang hea i dipangke ibana songon na binahen ni si Beltsasar. Pangaramunion di ulaula na badia i patuduhon hajahaton ni si Beltsasar maradophon Debata. Dipados ibana Debata na sun badia i tu debata sileban na tinopa ni tangan ni jolma marhite na mamangke ulaula na badia sian Bagas Joro i. Na boi masa do dingolunta on songon pambahenan ni si Beltsasar on, taramuni pamatangta songon joro ni Debata. Didok Apostel Paulus di 1 Kor 3 : 16 "Ndang diboto hamu: Joro ni Debata hamu, jala Tondi ni Debata maringanan di bagasan hamu?" Alani i Joro ni Debata do hita jala Tondi ni Debata maringan di hita. Hape jotjot taramuni pamatangnta ala taloas pamatangnta i gabe asar ni hagiot ni si bolis. Pingkiranta ndang mamingkiri lomo ni roha ni Debata alai mamingkiri lomo ni rohanta do ima na ginomgoman ni hagiot ni sibolis, hataridaan ni i marhite parangenta nang pambahenanta na so denggan maradophon Debata nang dongan jolma. Hataridaan na songoni marharoroan sian roha na so mabiar mida Debata gabe ndang dipasangap be Debata. Didok Apostel Paulus tu huria Efesus (4:22-24) : "Tanggali hamu ma jolma na buruk i, isara di pangalaho najolo, ai laho mago do i hinorhon ni angka hisaphisap sipaotooto. Alai paimbaru hamu ma dirimuna di bagasan tondi ni rohamuna! Jala solukkon hamu ma jolma na imbaru, na tinompa suman tu Debata, di bagasan hatigoran dohot hapolinon na marhasintongan!" Jolma na buruk (manusia lama), ima parange ni manisia na jotjot mangulahon dosa. Lapatanna angka ulaon na hinorhon ni hisaphisap ni portibion, isarana percabulan, kenajisan, hawa nafsu, keserakahan manang penyembahan berhala (hasipelebeguon), fitnah, hatahata na kotor manang na so gabeak (bd. Kol 3:5,8; Gal 5:19-20). Sude pangalaho on ima pangalaho/parange ni sipelebegu na so mananda Debata. Jadi ingkon tadinghononhon do sude pangalaho ni jolma na buruk i, jala diradoti ma ulaon ni jolma na imbaru di parngoluon siganup ari. Parange manang jolma naimbaru ima mangalehon diri, asa dipaimbaru dibagasan tondi dohot pingkiran. Ndada jolma i napaimbaru dirina alai Debata do na mangalehon roha naimbaru tu jolma marhite Tondi Porbadia. Tondi Parbadia i ma na manogunogu jolma na porsea asa marparange na denggan dibagasan panghirimon.

C. Napatoluhon : Pasangap ma Debata marhite padao diri/roha sian hasipelebeguon.
Songon sahalak raja si Beltsasar, ingkon botoonna do nasinuru ni Debata ibana laho mangalinggomi jala mambahen sonang rakyatna, alai parmabuhon do dipaulaula ibana mangihuthon hagiot ni dagingna. Ala so mabiar ibana tu Debata, ndang dipasangap ibana be Debata jala ndang diantusi lomo ni roha ni Debata, ai debata sileban na sian sere, perak dohot tombaga do na dipapujipuji ibana. Ditingki diramuni si Beltsasar ulaula ni Bagas Joro i, mullop ma jarijari tangan ni jolma manurati dorpi ni bagasna jala dipaidaida ibana tangan na manurati i. Marlangan bohina, marlobok tarontokna jala mabiar ibana marnida. Gogo soarana manuru pangurupina manjou parsibalik mata dohot angka partondung (ayat 4 – 7). Alai ndang adong boi angka na malo/nabisuk ni raja Beltsasar i, angka parsibalik mata, angka partondung ni raja i manjaha dohot mangalapati natarsurat di dorpi ni bagas ni raja Beltsasar i. Na boi do masa hasipelebeguon di nuaeng on. Hasipelebeguon ndada holan na marsomba tu angka "keramat-keramat", isarani patung-patung nang angka inganan na dianggap mamboan/mangalehon "berkah". Marragam do rumang ni hasipelebeguon isarani : okultisme, spiritisme, sinkretisme, horoskop, dohot angka lan na asing dope. Didok Tuhan Debata, "Ahu do Jahowa Debatam, na paruarhon ho sian tano Misir, sian bagas parhatobananmu. Ndang jadi marangkup Ahu adong Debatam. Ndang jadi bahenonmu di ho ganaganaan, manang sumansuman dia na di banua ginjang nang di tano on, ro di na di bagasan aek na di toru ni tano. Ndang jadi ho marsomba tu nasida, manang oloanmu nasida, ai Ahu do Jahowa Debatam, Debata parrimas, na mangaluluhon hajahaton ni amaama tu angka anakna ro di sundut patoluhon dohot paopathon, angka na sogo roha di Ahu. Alai asi do rohangku di angka na marriburibu, angka na mangkaholongi Ahu, angka na mangaradoti angka patikku (2 Musa 20:2-6; 5 Musa 5:6-10). Alani i ingkon padaohon/pinaholang diri/roha sian ulaon hasipelebeguon na marragam i.

Sude angka na bisuk ni halak Kasdim ndang boi manjaha dohot mangalapati na tarsurat di dorpi ni bagas raja Beltsasar i. Diingot ma si Beltsasar ma na boi si Daniel mangalapati nipi ni raja Nebukadnesar, ibana ma dijou mangalapati surat i (ayat 10-30). Dipatorang si Daniel, "Mene, mene, Tekel, Uparsin", lapatanna, nunga dibilangi Debata harajaomu, paujungonna ma i. Ala haboion ni si Daniel mangalapati hata i, dipabangkit ma ibana gabe parhuaso na patoluhon di harajaon i jala di borngin i mate hona bunu ma raja Beltsasar. Ima upa ni raja i na so mabiar jala pasangap Debata jala ima upa ni si Daniel ala marhabiaran, marhasetiaan jala pasangaphon Debata ibana di ngoluna. Laos alani i do diboto si Daniel mangantusi surat i, diboto ibana lomo ni roha ni Debata. Hataridaan ni ngolu na mabiar jala na pasangap Debata diboto do sangkap dohot lomo ni roha ni Debata. Amen.