Wednesday, August 12, 2009

Berita Kegiatan MBW Edisi Agustus - September 2009

EPHORUS HKI MERESMIKAN GEDUNG SMP - SMK HKI PAHAE JAE
PEMBANGUNAN GEDUNG, SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG DITERIMA ATAS BANTUAN PEMERINTAH JEPANG, SERTA PEMKAB TAPANULI UTARA.


Salah satu Program Kerja Pelayanan yang sedang kembali di giatkan di HKI adalah pemberdayaan Sarana Sekolah-sekolah dibawah naungan HKI. Pelayanan di bidang Pendidikan tidak terlepas dari Pelayanan Kerohanian, dan keduanya harus bersinergi sebagai Bagian dari Pelayanan yang bersifat Holistik yang diamanahkan kepada HKI oleh TUHAN Yesus, Kepala Gereja.

Pada hari Kamis, 28 Mei 2009, diadakan Peresmian Gedung SMP/SMK Yayasan HKI Pahae Jae, Sarulla Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 4 ruangan kelas untuk SMP dengan ukuran 6 M x 8 M bertingkat , 1 ruangan Kantor dan 1 ruangan Perpustakaan SMP/SMK dengan ukuran 9 M x 9 M berlantai 2 (dua). Pembangunan gedung tersebut atas bantuan/hibah Pemerintah Jepang dan rampung dikerjakan pada bulan Maret 2009 lalu oleh CV. Karya Nyata dengan konstruksi tahan terhadap gempa berkekuatan 7 Skala Richter.

Peresmian ditandai oleh Penandatangan Prasasti oleh Konsulat Jepang di Medan Mr. Shigey Aoyama (Mewakili Konsulat Jenderal Jepang Minoru Shirota), Asisten I Pemkab Taput: Drs Poltak Tambunan (Mewakili Bupati Taput) dan Ephorus HKI Pdt Dr. Burju Purba. Usai penandatangan dilanjutkan dengan pemberian cenderamata berupa Ulos oleh Ephorus HKI Pdt. Dr. Burju Purba dan Ibu kepada Mr. Shigey Aoyama. Usai menyematkan Ulos, acara dilanjutkan dengan peninjauan ruangan yang baru dibangun.

Dalam Acara Kata Sambutan, Ketua Yayasan Perguruan HKI St. Drs Saroha Nababan, bersama dengan Pdt. Surungan Situmorang (Pendeta HKI Resort Pahae Jae) menyampaikan bahwa Pembangunan Gedung yang baru ini merupakan berkat dari Tuhan Yesus melalui kerjasama HKI dan Pemerintahan Jepang. Untuk itu Yayasan Perguruan HKI menyampaikan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada :



  1. Pemerintah Jepang atas bantuan sebesar US $ 72.979 (Rp 672.355.572,-) untuk pembangunan gedung sekolah SMP dan SMK Pahae Jae.


  2. Pemerintah Tapanuli Utara atas kerjasamanya melakukan pangaspalan jalan masuk menuju Gedung sekolah tersebut.


  3. Kadis Pendidikan Taput, Ibu Mariani, MPD yang membantu SMK Yayasan Perguruan HKI Pahae Jae sebagai salah satu penerima bantuan Pra SSN yaitu Peralatan Computer sebanyak 40 unit atau senilai Rp 140.000.000,-.

Dijelaskan, Perguruan HKI Pahae Jae berdiri sejak Tahun 1965 telah menamatkan ribuan anak didik. Untuk Tahun ajaran 2008/2009 siswa SMP kelas 1 s/d 3 ada 110 orang ( 4 Ruangan) dan siswa SMK kelas 1 s/d kelas 3 sebanyak 256 orang (6 Ruangan) dengan total Siswa sebanyak 366 Orang dan ruangan yang dimiliki sekarang sebanyak 10 Ruangan dengan jumlah tenaga pengajar dan pegawai honor sebanyak 30 orang. Pembangunan Sekolah HKI Pahae Jae ini merupakan MoU antara Konsulat Jepang dengan Yayasan Perguruan HKI yang ditandatangani di Hotel Aria Duta, Medan tanggal 28 Agustus 2008 yang lalu.


Ephorus HKI menyampaikan atas nama Gereja HKI, mengucapkan terima kasih kepada Bapak Torang Lumbantobing, Bupati Tap.Utara yang berkenan memberikan dukungan melalui Rekomendasi, pada Permohonan HKI Cq. Pengurus Yayasan Perguruan HKI Sarulla ini kepada Konsul Jepang di Medan. Dan kepada pihak Pemerintahan Jepang dalam hal ini Konsulat Jepang diwakili Mr. Shigey Aoyama, Ephorus menyampaikan bahwa atas nama seluruh warganya, HKI memberikan apresiasi dan rasa terimakasih yang tinggi kepada Pemerintahan Jepang yang telah membantu HKI secara khusus Yayasan perguruan HKI Pahae Jae, dalam mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan Pendidikan. Diharapkan melalui Yayasan ini, kiranya semakin memantapkan pelayanan HKI membina Sumber Daya Manusia yang mampu bersaing di era globalisasi. Dengan demikian Yayasan Pendidikan HKI akan tetap menjadi saluran berkat demi kemulian Tuhan Yesus Kepala Gereja.


Konsulat Jepang, Mr. Shigey Aoyama mengatakan, dana pembangunan SMP/SMK HKI Pahae Jae merupakan bantuan/hibah Jepang tahun 2008. Tidak tertutup kemungkinan bantuan ini dapat berlanjut untuk pengadaan mobiler dan komputer pada Tahun-tahun berikutnya. Kiranya kerjasama ini semakin berlanjut dengan tali kasih yang erat. Diminta agar ruang belajar, kantor dan perpustakaan tersebut dapat dipelihara dengan sebaik-baiknya untuk mewujudkan tujuan pendidikan dan peningkatan SDM anak didik. Pemerintahan Jepang mengharapkan adanya kerjama antara pihak sekolah, masyarakat sekitar dan pemerintah daerah untuk menjaga dan merawat fasilitas yang telah kita bangun ini agar dapat bermanfaat dengan baik.


Turut hadir dalam acara a.l Warga Jemaat, Siswa-siswi Yayasan Perguruan HKI, dan Ripnawanti Simanjuntak, David (Staff, Perwakilan Konsulat Jepang di Medan). Kiranya berita ini memotivasi kita untuk semakin memperhatikan, membina Jejaring untuk kemudian mengusahakan pengembangan Yayasan Pendidikan (TK - SD - SMP - SMK HKI) di tiap aras pelayanan. Salam.


PELANTIKAN PRAESES DAERAH V
TAPANULI TENGAH-TAPANULI SELATAN.




Pada hari Minggu, tanggal 17 Mei 2009, Ephorus Huria Kristen Indonesia (HKI) Pdt. Dr. B. Purba  melantik/mangojakhon Pdt. Condrad Siahaan, Sm.Th menjadi Praeses Penganti Antar Waktu (PAW) di Daerah V. Tapanuli Tengah-Tapanuli Selatan (Surat Keputusan Pucuk Pimpinan Huria Kristen Indonesia, Tanggal 21 Januari 2009, Nomor 019/PP.HKI/DU/I/2009). Sementara Preses yang lama, Pdt. Eli Sihotang, Sm.Th,  memasuki masa pensiun. Sebelum menjadi Praeses, Pdt. Condrad Siahaan, Sm.Th adalah Pendeta HKI Resort Medan III Daerah VI Sumatera Timur II.


Pelantikan yang dilaksanakan di HKI Pandan Resort Sibolga ini, dimulai dengan Kebaktian yang dipimpin oleh Ephorus HKI, Pdt. Dr. B. Purba sebagai Pengkhotbah, Pdt. Toljun Lumbantobing, STh (Majelis Pusat HKI/Pendeta HKI Resort Sibolga) sebagai Liturgis dan Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh (Majelis Pusat HKI) sebagai pendoa syafaat. Pelantikan juga dihadiri oleh para Pendeta yang ada di Daerah V Tapanuli Tengah-Tapanuli Selatan diantaranya ialah: Pdt. D. Panjaitan, STh (Pendeta HKI Resort Kolang), Pdt Samrudin Sianturi (Pendeta HKI Resort Naipospos), Pdt. ES. Bakara, STh (Pendeta HKI Resort Sipeapea), Pdt. L.O. Sieregar, STh (Pendeta HKI Resort Pinangsori). Dan hadir juga Pdt. H. Simangunsong, SSi (Pendeta Resort Khusus Medan Kota) dan Pdt. EJP. Simanullang, STh (Staf Pucuk Pimpinan HKI). Selain itu hadir pula para tamu undangan yang terdiri dari para rombongan Koor Jemaat yaitu: HKI Pasir Bidang, HKI Pandan, HKI Sibolga, HKI Kolang dan HKI Gonting Mahe yang ada di Daerah Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Tapanuli Selatan.


Usai Ibadah, Ephorus HKI, menyampaikan sambutan bahwa pelantikan tersebut merupakan suatu moment yang dapat dimaknai sebagai upaya untuk semakin memantapkan mekanisme penyelenggaraan pelayanan di HKI, khususnya dalam hal pembangunan iman jemaat dan kerjasama antar pelayan di Daerah V Tapanuli Tengah-Tapanuli Selatan. Memang waktu 1 Tahun adalah waktu yang sangat singkat bekerja bagi Praeses yang baru, tetapi marilah bekerja dengan baik dan mengandalkan Kristus di dalam setiap pelayanan. Percayalah, Tuhan akan selalu memberikan apa yang perlu dan menyertai hamba-Nya dalam setiap pelayanan. Akhirnya kepada para Preses baru saja dilantik diucapkan selamat berkarya dan semoga sukses di Daerah V Tapanuli Tengah- Tapanuli Selatan. Tuhan Memberkati ! (EJPS).



Pesta Pembangunan HKI Sijuguk
Resort Nagasaribu (Humbang)




Pesta Pembangunan HKI Sijuguk Resort Nagasaribu dilaksanakan pada tanggal 05 Juli 2009. Sebelumnya, pada tanggal 04 Juli 2009 telah diadakan pesta lokal jemaat. Pesta puncaknya dihadiri oleh Ephorus HKI: Pdt. Dr. B. Purba, Bupati Humbang Hasundutan: Drs. Maddin Sihombing, Msi, Muspida Kabupaten Humbang Hasundutan, Jemaat se Daerah Humbang Hasundutan dan para Undangan.


Kebaktian Minggu dipimpin langsung oleh Ephorus HKI: Pdt. Dr. Burju Purba (Pengkhotbah), Pdt. F. Sibarani, MTh (Praeses Daerah IX Humbang) sebagai Liturgis dan doa Syafaat oleh Pdt. N. Sinaga (Pendeta HKI Resort Pakkat- Tarabintang). Turut hadir dalam kebaktian Pdt. M. Hutasoit, MTh, (Pendeta HKI Resort Siantar II). Pdt. Edwin. JP. Simanullang, STh (Staf Pucuk Pimpinan HKI), Pdt. A. Siregar (Pendeta HKI Resort Nagasaribu). Pdt. L.F. Simanjuntak, STh (Pendeta HKI Resort Hutasoit-Simamora). Lewat Khotbah dari nats I Musa 1: 11-13, Ephorus HKI menekankan Tuhan adalah pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan dunia ini dengan baik adanya, oleh karena itu manusia haruslah senantiasa bertanggungjawab memelihara segala ciptaan Tuhan dan jangan merusaknya. Kita harus bersyukur, Tuhan masih memberikan kesempatan dan memakai kita sebagai alat kesaksian Tuhan untuk membangun rumah-Nya yang kudus dan menerima berkat atas segala yang kita lakukan tersebut. Dalam setiap pergumulan kita, kita harus memohon agar Tuhan memenangkan kita atas pergumulan tersebut dan Tuhan yang mengangkat kita selalu sebagai anak-anak Allah. Kita juga harus percaya sebagai umat kepunyaan Allah, Dia akan menyertai kita sepanjang zaman.


Setelah acara Ibadah selesai, dilanjutkan dengan makan bersama yang sebelumnya doa makan dipimpin oleh Pdt. H.T. Fresly Simamora, STh ( Pendeta HKI Resort Lintong ni Huta) dan diselingi dengan acara lelang oleh panitia dan Manortor serta pemberian cenderamata(ulos kehormatan). Pada Kesempatan itu juga Ephorus HKI: Pdt. Dr. B. Purba didampingi Praeses Daerah IX Humbang( Pdt F. Sibarani, MTh dan Majelis Pusat (Pdt. Marhasil Hutasoit, MTh) serta panitia Memberikan Cenderamata berupa Ulos Kehormatan kepada Bupati Humbang Hasundutan: Drs. Maddin Sihombing, Msi atas sumbangannya sebesar Rp 15.000.000,- . Semoga Dana yang terkumpul dapat dipakai dengan baik untuk pembangunan Rumah Tuhan tersebut. Tuhan Memberkati. (EJP).




Pelatihan Peningkatan Mutu Khotbah Tahap II




Khotbah menempati kedudukan sentral dalam setiap ibadah. Semenjak HKI menetapkan Master Plan untuk 25 tahun ke depan, sudah terkemuka bahwa salah satu program penting yang harus dicermati untuk menyikapi tantangan masa kini adalah meningkatkan kemampuan para Pengkhotbah di HKI, yang salah satunya adalah Pendeta. Semenjak tahun 2006, Pucuk Pimpinan HKI melalui departemen Marturya telah menyelenggarakan Pelatihan peningkatan mutu khotbah. Dan ternyata dari evaluasi kegiatan tersebut di setiap daerah, para peserta mengusulkan agar keiatan tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan. Atas bantuan dana dari mitra HKI, yaitu UEM: pelatihan peningkatan mutu khotbah tahap II diselenggarakan pada tgl13 -15 Mei 2009 bertempat di Gedung Serba Guna HKI - P.siantar. Sayangnya, dari 32 orang peserta (Pendeta) yang diundang - hanya 17 orang yang hadir.


Pada kegiatan kali ini, para peserta mengevaluasi dirinya sendiri atas khotbah (materi, cara penyampaian). Setelah masing-masing peserta berkhotbah (direkam dengan handycam), masing-masing dapat melihat dirinya sendiri ketika berkhotbah, penampilannya, mendengarkan khotbahnya dan kemudian mengkritik dirinya sendiri kemuadian peserta yang lain memberi kritikan dan masukan yang membangun.


Ephorus, Pdt. Dr. B. Purba dalam acara pembukaan dan Orientasi menyampaikan: "bahwa tujuan kegiatan ini bukan bermaksud untuk melemahkan atau mencari-cari kelemahan orang lain tetapi justru untuk saling membangun sehingga peserta dapat bertumbuh bersama. Dari quesioner yang dibagikan kepada para peserta atas tantangan dan kesulitan mereka dalam mempersiapkan khotbah beberapa poin yang disampaikan adalah: kurangnya menguasai dan memahami persoalan kehidupan jemaat sehingga sering khotbah yang disampaikan kurang menyentuh dan juga kurangnya kelengkapan/fasilitas yang dirasa sangat penting yakni: ruangan/kantor di rumah pendeta. Sebagaimana kesan yang disampaikan para peserta, kegiatan ini sungguh bermanfaat dan perlu ditindaklanjuti.



Alpha Course Introduction




Pada Workshop on Evangelism gereja anggota UEM di Asia yang diselenggarakan pada Oktober 2008 di Training Center GBKP - Sukamakmur, telah disepakati menyelenggarakan 3 (tiga) program bersama, khususnya bagi gereja anggota di Indonesia ada 2 kegiatan. Salah satunya adalah: "Alpha Course Introduction" dan UEM mempercayakan penyelenggara kegiatan ini kepada dep. Marturya HKI, GKPS dan HKBP.


Alpha Course adalah salah satu metode dari berbagai metode penginjilan yang ada sekarang, dimana setiap orang yang dilatih (bukan hanya untuk partohonan atau orang berlatarbelakang theologi) mendapat kemampuan untuk melakukan tugas penginjilan (membawa orang kepada Kristus). Metode ini masih kurang dikenal secara umum di Indonesia, tetapi gerakan penginjilan di Eropa, Amerika, Australia, Singapore sudah banyak memakai metode ini. Memang bagi orang-orang yang hanya sekedar ikut-ikutan dalam pelayanan metode ini sepertinya kurang menarik. Namun bagi yang sungguh-sungguh ingin melayani Tuhan dan mau turut membawa orang-orang kepada Kristus; metode sederhana ini sungguh sangat membantu.


Kegiatan ini terselenggara pada tgl. 23-25 Juni di Pelpem GKPS - P.siantar yang diikuti 45 orang peserta, diantaranya 5 (lima) utusan dari HKI. Menurut peserta: 3 hari yang padat mengikuti kegiatan ini terasa sangat singkat. Sebagaimana dikatakan trainer Alpha Course (dari Tim Alpha Course Indonesia dan yang datang dari Australia) biasanya pelatihan bagi Alpha Course memakan waktu selama 10 Minggu. Namun karena kegiatan ini masih merupakan Introduction (pengenalan) maka dilakukan dalam tiga hari. Diharapkan setelah mengenal metode semakin banyak orang yang dapat dilatih menjadi orang-orang yang mau terlibat dalam pekerjaan membawa orang-orang mengenal dan semakin dekat kepada Kristus, sehingga sebutan gereja yang missioner semakin nyata sebab semakin banyak orang yang terlibat dalam tugas panggilan gereja.




Keakraban Pelayan HKI se-Daerah VII Pulau Jawa


PENGANTAR:


"Keakraban Pelayan HKI se-Daerah VII Pulau Jawa" yang disingkat "keakraban", di Lembah Bukit Raya, Sindanglaya, Cipanas, Jawa Barat, 29-31 Januari 2009. Acara in] diselenggarakan Majelis Harian HKI Daerah VII Pulau Jawa, yang diikuti 125 orang Penatua dan 15 orang Pendeta. Acara "keakaraban tersesebut dibuka oleh Pdt.M. Pahala Hutabarat selaku Praeses, namum sebelumnya beliau menekankan dalam Kata Sambutannya mengatakan: Alangkah malangnya Parhalado HKI jika sepanjang kariernya sebagai Sintua dan sebagai Pendeta tidak pernah sama sekali atau jarang disirami pengetahuan dari para ahli. Alangkah buruknya pelayanan Parhalado di tengah-tengah jemaat, jika bekal pengetahuannya tentang keparhaladoan kering-kerontang. Sungguh kasihan jemaat jemaat gereja HKI jika pengalaman para pelayannya tidak selalu bertambah sepanjang zaman karena tidak pernah terprogram secara sistematik menimba pengalaman dari orang-orang yang berkompeten. Sermon (bertukar-pikiran) di antara sesama Parhalado sejemaat sekali semingggu, tentu saja sudah bagus. Tetapi itu tidak cukup. Alangkah lebih bagus lagi bila buah pikiran para Parhalado dicas oleh orang-orang yang lebih berpengalaman dan lebih berilmu. Syukur-syukur, dan semakin bagus lagi andaikan ada kesempatan Parhalado bertukar-pikiran dengan pelayan dari agama-agama lain.


Ibarat aki, harus selalu dicas supaya senantiasa memancarkan sinar penerangan yang terus menyala. Kalau tidak, sel-selnya akan kering dan lalu jadi sampah kimia berbahaya. Mirip dengan Parhalado, secara berkala harus dicas kedalaman pengetahuan akan tugas pelayanannya. Bila tidak, sulit mengharap ada Parhalado dapat beriringan - apalagi memimpin jemaat - mengarungi rimba raya persoalan keimanan, sosial, politik, budaya, persoalan keluarga, pendidikan, teknologi dan lain sebagainya. Jangan jangan Parhalado bakal menjadi bulan-­bulanan jemaat, karena justru mereka lebih mungkin cerdas berkat pengalamannya di luar gereja yang begitu luas, tegasnya.


Sejak dari Jakarta, panitia telah membagi seluruh peserta dalam sembilan kelompok, lengkap pakai nama tokoh-tokoh Alkitab. Ada Kelompok Mateus, Kelompok Petrus, Paulus dan lain lagi. Kelompok dimaksudkan untuk semakin mempererat keakraban. Sebab dalam kelompok itulah peserta berdiskusi dengan Parhalado dari jemaat lain atau bekerja sama menggagas sesuatu ide dengan orang yang baru dikenalnya. Semua ketua-ketua kelompok dipegang para pendeta. Di hari pertama pertemuan, kesembilan kelompok sempat "diuji" oleh Ephorus HKI Pdt Dr Burju Purba dan Praeses HKI Daerah VII Pulau Jawa Pdt M Pahala Hutabarat STh, tentang ketangkasan masing-masing kelompok. Ada yang lucu, serius dan ada juga bagaikan bermain drama. Kami menilai seluruh ceramah mempunyai bobot masing-masing. Pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber pun cukup kritis dan cerdas.


Betapa bermanfaatnya acara keakraban bagi para Parhalado, akhirnya kami berpendapat bahwa kegiatan sejenis harus dilaksanakan secara berkala di kemudian hari. Masalah tempat dan waktu penyelenggaraan, biarlah disesuaikan dengan keadaan.


Dalam kaitan itu, maka pertemuan tiga hari di kawasan Lembah Bukit Raya dapat dikatakan sebagai pembekalan yang tepat guna bagi Parhalado HKI, yang sesungguhnya masih sangat minus pengetahuannya tentang tugas-tugas Parhaladoan. Singkat kata, ceramah-ceramah itu banyak menggugat pengetahuan tentang keparhaladoan. Program Daerah ini harus dikatakan sebagai pekerjaan yang cukup bermanfaat.


Tiga hari di Lembah Bukit Raya, dua kali ibadah Kebaktian Altematif dilaksanakan. Kebaktian awal dengan pengkhotbah Praeses Pdt M Pahala Hutabarat STh, kebaktian penutup pengkhotbah Pdt Mangaliup Simanjuntak. Panitia penyelenggara "keakraban" secara khusus mengundang PNB Tim Pemusik HKI Depok untuk melayani kebaktian di sana. Ephorus HKI Pdt Dr Burju Purba bersama ibu Ephorus yang hadir sejak hari pertama hingga akhir acara, menjadi jemaat biasa dalam dua kali Kebaktian Alternatif. Ephorus dan para Pendeta HKI Daerah VII Pulau Jawa bersama-sama dengan peserta "keakraban" turut bertepuk tangan sambil bernyanyi lagu­lagu pujian khas Kebaktian Alternatif.


Selain Kebaktian-kebaktian Alternaif dengan Worship Leader St Thoman Hutasoit, dalam acara "keakraban" diselenggarakan juga kebaktian biasa yang dipimpin Ephorus Pdt Dr Burju Purba sekaligus memimpin Perjamuan Kudus. Satu lagi yang istimewa, yaitu penyelenggaraan Perjamuan Kasih yakni perjamuan bertukar minuman kotak jus dan buah jeruk di antara sesama peserta kebaktian. Acara ini dipimpin Pdt Hotman Hutasoit STh.


Di sini jelas terbukti, HKI lebih berpikir maju dari gereja-gereja suku atau gereja-gereja arus utama lainnya yang sampai saat mi masih tetap menolak tata ibadah kebaktian di luar tata ibadah yang sudah baku. Demikianlah semestinya ciri khas HKI, gereja nasionalis ini harus selalu lebih mampu melihat zaman dibandingkan gereja-gereja lainnya.


Saudara sekalian, pernah dengar Kebaktian Meditasi? Nah, di sana peserta "keakraban" menyelenggarakan dua kali Kebaktian Meditasi yaitu pada setiap subuh pukul 05.30-06.30. Kebaktian Meditasi pertama dipimpin Pdt Laosari Sianturi STh dan kebaktian kedua dipimpin Pdt Hopol Sihombing STh. Ephorus HKI mengatakan, kebaktian bermeditasi bukan kebaktian haram. Tuhan Yesus Kristus sering bermeditasi saat berdoa, dan semestinya HKI dapat melakukan hal itu. Pdt Dr Burju sendiri mengakui melakukan hal sama setiap paginya.


TIGA PENCERAMAH


Tiga penceramah yang tampil dalam "keakraban" itu, pertama, Ephorus HKI Pdt Dr Burju Purba dengan moderator St Drs YM Hutagalung MM, kedua Dkn Ir MH Manullang dari Jemaat HKI Cililitan (moderator CSt Gonti Manalu SE MM, jemaat HKI Pulomas), dan ketiga Dr. John N. Palinggi (moderator St Jhon RP Hutabarat SE, HKI Pulomas), diikuti secara antusias oleh peserta.


Tetapi dalam tulisan ini, kami memberikan porsi lebih besar kepada ceramah Ephorus Dr Burju. Itu karena isi ceramah beliau lebih pas untuk tugas-tugas pelayanan sehari-hari para Parhalado. Ceramah Dkn Ir MH Manullang juga tidak kalah menariknya, yaitu tentang "Kompetensi SDM Untuk Pembangunan dan Pengembangan Gereja". Begitu juga Dr John N Palinggi, tokoh di berbagai kelembagaan swasta dan pemerintahan dengan judul ceramah "Kesatuan ‘I’ubuh Kristus Dalam Kepelbagaian Yelayana"; sungguh menyegarkan.


Secara khusus tentang Dkn Ir NM Manullang, dengan pengalaman sebagai konsultan di dunia internasional, yang adalah juga Jemaat HKL seharusnya digali terus-menerus untuk dikembangkan Parhalado demi kemajuan pengelolaan keuangan dan manjemen di setiap gereja. Terlebih lagi jemaat jemaat HKI sangat lemah di kedua bidang itu. Tampaknya, julukan "Nabi tidak laku dikampung sendiri" harus tidak berlaku di lingkungan HKI.


Sementara Dr John N Palinggi, yang tampil enerjik selama ceramah, dan teknik-tekniknya yang prima menambah pengalaman peserta "keakraban". Hubungan kekeluargaan antara beberapa warga HKI dengan tokoh yang satu ini - yang memiliki jejaring politik dengan berbagai petinggi di negeri ini - sepatutnyalah terpelihara dengan langgeng. Apalagi pengalaman jemaat jemaat HKI yang selalu "bersinggungan" dengan masyarakat sekitar di mana gereja berdomisili.

CERAMAH EPHORUS


Berikut ini adalah beberapa cuplikan ceramah Ephorus HKI Pdt Dr Buju Purba. Sebagai pelayanan yang matang pengalaman di berbagai Jemaat HKI, Dr Burju yang tampil mempesona pendengar lebih dua jam dalam acara "keakraban" banyak mengutip kehidupan keseharian Parhalado. Analogi-analoginya bernas dan contoh-contohnya dekat dengan pengalaman Parhalado.


Di antaranya, dia mengingatkan bahwa hanya ada satu roh yang dapat menuntun kita dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan yaitu Roh Kristus. Maka jika ada dua Parhalado bertikai di gereja, satu sama lain saling ngotot mempertahankan pendapatnya, maka kedua orang tersebut sudah pasti tidak sedang didiami Roh Kristus. Roh yang merasuki jiwa Parhalado itu pasti roh Beelzebul dan satunya lagi roh Lusifer. Keduanya adalah roh-roh iblis musuh Allah.


Pada bagian lain Ephorus menggajak Parhalado senantiasa mengukur pelayanan-pelayanannya, serta mengevaluasinya. Alat ukurnya, menurut Ephorus, dengan melihat apakah setiap pekerjaan Parhalado memberi pertumbuhan iman pada diri Parhalado sendiri dan pada diri jemaat. Keberhasilan pekerjaan bersifat ke dalam dan ke luar.


Parhalado juga diingatkan terlebih dulu menetapkan tujuan sebelum melakukan pekerjaan. Sebab ada pekerjaan yang tidak jelas tujuannya. Pekerjaan seperti ini cenderung terjadi pada pekerjaan-pekerjaan rutin, seperti Kebaktian Minggu. Karena tujuan yang benar adalah bila mendatangkan inspirasi bagi jemaat. Sementara syarat untuk menetapkan tujuan ada tiga buah. Pertama; tujuan harus terkait dengan masalah manusia, kedua; tujuan harus mengacu pada inti Injil, dan ketiga; tujuan harus memperkembangkan kemampuan jemaat yakni mendatangkan inspirasi bagi anggota jemaat.


Dengan penjelasan ini, sebaiknya pekerjaan-pekerjaan pelayanan terlebih dulu menanyakan kehendak jemaatnya. Sebab acapkali Parhalado, disadari atau tidak, kurang memperhatikan syarat-syarat itu, bahkan jarang mengevaluasi pekerjaannya. Itulah mungkin salah satu penyebab kita tidak mampu mengukur berhasil-tidaknya sesuatu pelayanan. Kalau pun kita pernah memberi ukuran, itu lebih sering terhadap pekerjaan-pekerjaan yang bersifat fisik-kebendaaan. Ukuran berkembangnya gereja bukanlah terutama pada ukuran perkembangan bangunan fisik, tetapi terletak pada perkembangan iman dan lahirnya inspirasi baru bagi jemaat dan pelayannya. Gereja yang benar, kata Ephorus, di mana firman Tuhan dilaksanakan secara benar.

Karena itu, setiap Parhalado harus membuat iklim yang kondusif di tengah-tengah jemaat Maksudnya, jangan pernah ada Parhalado menganggap pekerjaan hasintuaonnya sebagai pekerjaan rutin, yang kemudian menimbulkan kemalasan. Barangkali karena Parhalado tidak pernah lagi mengevaluasi pekerjaannya, maka berakibat buruk di mana antar-sesama Parhalado menjadi mudah tersinggung, gampang marah dan hal lain-lain yang lebih negatif lagi.


HORMATI SETIAP JEMAAT


Parhalado juga harus memberlakukan jemaat sebagai subjek, bukan objek. Yaitu duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Setiap jemaat harus diberlakukan sama, yaitu sama-sama dihormati. Bahkan pertanyaan-pertanyaan perorangan anggota jemaat, harus menjadi perhatian utama setiap anggota Parhalado. Bukan dicuekin.


Parhalado harus membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua anggota jemaat untuk dilayani. Tidak boleh bertindak diskriminatif dalam pelayanan. Terkait dengan itulah, maka pada Sinode HKI tahun 2003 di Sipoholon, demikian Ephorus, Gereja HKI menetapkan membuka lebar-lebar bentuk pelayaan Kebaktian Altematif di seluruh Jemaat HKI. Sebab tidaklah adil kalau bentuk ibadah kebaktian umum harus diberlakukan di kebaktian anak-anak Sekolah Minggu dan pemuda (PNB) yang sesungguhnya sudah tidak sesuai lagi dengan budaya dan semangat zaman mereka.


ANALOGI INDUK AYAM


Ephorus juga mengingatkan supaya para Parhalado di HKI mempunyai kesadaran yang tinggi ketika menduduki jabatan jabatan yang diterimanya. Sebuah anekdot yang menarik dilontar penceramah dengan mengisahkan kisah induk ayam mengeram telur. Seekor induk ayam cukup 21 hari untuk mengerami telur supaya menetas menjadi anak ayam. Lebih dari itu, telur tidak akan jadi anak ayam tetapi jadi busuk. Namun, induk ayam sering tidak sadar bahwa telur yang dieraminya sudah tidak berguna. Maka dia akan terus mengerami telur sampai berhari-hari lagi, sekalipun si induk telah diusir oleh si pemilik ayam. Maka ada cara yang mudah mengusir ayam yang bandel seperti itu: yaitu dengan menyiram si induk dengan air.


"Saudara-saudara sekalian, jangan sempat disiram si pemilik dari jabatan yang terlalu lama kita pegang," ujar Ephorus mengundang tawa. Si pemilik yang dimaksud adalah jemaat. Ceramah yang dimoderatori St Drs YM Hutagalung itu memang mengundang banyak tawa.

Analogi kisah induk ayam yang tidak "tahu diri" itu, sebenarnya bukan hanya berlaku pada pemangku jabatan jabatan gerejani. Tetapi juga kepada pelayanan lain. Seperti kepada pengkhotbah yang berlama-lama berkhotbah, yang kurang memahami bahwa sebagian jemaat di hadapannya sudah menguap berkali-kali, bahkan sebagian lainnya sudah ngorok..., karena sudah tidak paham lagi dengan apa yang dikhotbahkan si pengkhotbah.


Menurut Pdt Burju, memang ada pengkhotbah yang memaksakan gagasan-gagasannya kepada pendengar. Ada juga pengkhotbah yang berpandangan bahwa hanya dialah yang memiliki teologia yang terbaik, sehingga dia harus mengajak semua orang untuk mendengarkan teologinya dan menerima jalan pikirannya. Pengkhotbah seperti ini, kata Ephorus adalah pengkhotbah yang egois, yang kurang mengasihi sesamanya.


Ada kalanya, lanjutnya lagi, pengkhotbah membacakan khotbahnya seperti memberikan ceramah dan jarang melihat pendengamya. Cara penyampaian khotbah seperti ini pun harus ditolak dengan tegas. Sebab menyampaikan khotbah adalah bagaikan bercakap-cakap dengan seorang teman.
Dia juga mengritik pengkhotbah yang menyampaikan khotbah dengan suara monoton. Atau sebaliknya, mengubah suaranya menjadi terdengar dibuat-buat. Cara menyampaikan khotbah seperti itu juga harus tegas ditolak. Sebab teknik berkhotbah yang baik harus dengan suara yang terang dan nyaring. Lafal pengucapan harus tepat, sehingga semua huruf dan suku kata dapat terdengar dengan baik.


Barangkali masih banyak Parhalado yang tidak paham tentang tugas pelayanannya seperti saat ibadah hari Minggu. Misalnya, apa itu votum, introitus, salam dan doa. Mengapa itu dibuat dan apa tujuannya dalam ibadah HKI. Apa betul Epistel pengganti khotbah? Mengapa jemaat HKI harus selalu menyanyikan "Hangoloan do Hatam" dan "Pasu pasu HataMi’; serta hal-hal lainnya.
Banyak Parhalado tidak paham, atau pura-pura paham, dan tidak mau paham akan semuanya itu. Dalarn bukunya berjudul "Buku Panduan Pelayanan di Jemaat"; yang dibagikan secara terbatas pada kesempatan "keakraban" itu Ephorus menulis panduan praktis dalarn memimpin liturgi. Termasuk penjelasan tentang pertanyaan-pertanyaan di atas. Demikianlah tulisan singkat kami. Terima kasih. Tuhan memberkati.


Panitia diketuai Pdt Togos Sinaga STh dan Sekretaris Pdt Jon Piter Napitupulu STh, Wakil Sekretaris Alisadikin Siregar, Bendahara Pdt. Loasari Sianturi dan beberapa seksi-seksi lainnya..Jakarta, 9 Pebruari 2009 (Alisadikin Siregar).