Bacaan di atas adalah salah satu paragraf yang ditulis oleh Paulus di dalam suratnya kepada jemaat Filipi. Paragraf ini dituliskan di salah satu bagian akhir atau penutup
Sebuah persuasi tidak akan efektif jika tanpa alasan kuat menyertai. Sehingga, Paulus memberikan dua alasan mengapa harus mengikuti teladannya dan rekan-rekannya. Alasan pertama, alasan perbandingan, dengan penuh tangisan Paulus menulis: “Lihatlah hidup mereka sia-sia: memusuhi Kristus, fokusnya hanyalah keinginan badaniah, hal-hal memalukan yang mereka kerjakan, hidup mereka sama seperti orang-orang dunia, dan pada akhirnya akan dibinasakan” (ayat 18-19). Seteru Salib Kristus ini dapat diartikan sebagai orang-orang yang mengaku percaya tetapi mencemarkan Injil dengan cara hidup yang asusila dan ajaran palsu. Reformasi hidup Kristen tidak lagi hidup secara daging. Rupanya di antara jemaat Filipi terdapat orang-orang yang memberi teladan salah. Mereka tidak menolak Injil dengan jalan mengandalkan usaha moral dan keagamaan mereka, sebaliknya mereka meniadakan kuasa Injil dengan menganjurkan kehidupan yang memenuhi nafsu tubuh (ayat 19). Dengan berbuat demikian, mereka hidup sebagai musuh salib Kristus (ayat 18). Lagi-lagi kehidupan Paulus adalah contoh tentang bagaimana hidup Kristen seharusnya. Apabila anugerah Tuhan telah menjamah hidup kita, pastilah hidup itu akan mengeluarkan hal-hal yang benar. Ini tulisan yang cenderung kasar dari seorang Paulus, namun ini sekaligus tulisan penuh dramatis dan emosional untuk memberikan efek kuat kepada jemaat. Lihat hidup mereka sungguh tragis, oleh karena itu ikutilah hidup kami, maka kamu akan memperoleh hidup bukan kesia-siaan atau kebinasaan. Ini sebuah ajakan penuh keberanian, kepastian dan keyakinan dari Paulus. Alasan kedua, alasan kontras, kita bukan warga dunia, bukan berasal dari dunia tetapi kita adalah warga Sorgawi, berasal dari Sorga. Paulus sengaja mengkontraskan “mereka” dan “kita”; “dunia” dan “sorga”. Kemudian, mereka yang kelihatannya hidup penuh kenikmatan dunia, suatu saat akan dibinasakan, sedangkan kita yang masih bertahan dengan tubuh fana dan menderita, akan menerima kemuliaan kelak melalui kuasa Yesus Kristus ketika Dia datang. Alasan kontras mendukung alasan perbandingan di atas dan sekaligus menguatkan ajakan Paulus.
Orang Kristen tidak lagi sebagai “warga dunia” ini; mereka telah menjadi orang asing dan pendatang di bumi (ayat 20 bnd. Rom. 8:22-24; Ibr. 13:14; 1Pet. 1:17). Dalam hal kehidupan, nilai-nilai, dan arah kita, maka tanah air kita (
Cln. Pdt. Yansen Hasibuan, STh
Menjadi seteru salib berarti kebalikan dari lambang salib. Kapan kita menjadi seteru salib? Saat mementingkan diri sendiri “…dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:4). Pada waktu kita mementingkan kebutuhan orang lain, pada waktu itu kita telah menjadi Sahabat Salib. Sebaliknya, pada saat Anda tidak memperhatikan kepentingan orang lain, pada saat itu Anda menjadi Seteru Salib. Ingat, Yesus berkorban untuk kepentingan kita; Saat menolak penderitaan, “sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya” I Petrus 2:21. Salib merupakan lambang penderitaan. Jika kita menolak untuk masuk dalam penderitaan, itu berarti kita sedang menjadi seteru salib Kristus. Ketika kita melarikan diri dari hadapan api ujian dan penderitaan, itu berarti kita sedang menempatkan diri kita sebagai seteru salib Kristus. Ingat, kita bukan hanya dipanggil untuk percaya kepada Yesus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia. Jika hari ini kita sedang berada di medan penderitaan, bersyukurlah kepada TUHAN, karena kita menjadi salah satu sahabat salib Kristus. Ciri khas seteru salib diantaranya, pada waktu dicaci maki akan balas mencaci maki, pada waktu diludahi akan balas meludahi, dan pada waktu dipukul akan balas memukul. Sebaliknya seorang sahabat salib ketika dicaci maki akan balas memberkati; ketika diludahi akan balas mengasihi; dan ketika dipukuli akan balas mengampuni. Untuk mengetahui dan membuktikan apakah kita seorang sahabat salib atau seorang seteru salib, TUHAN akan mengijinkan kita untuk melewati
Pdt. Jansen Simanjuntak, STh
Teladan yang Paulus sampaikan tidak jauh beda dengan keteladanan para pemimpin orang Batak dari dahulu hingga sekarang yaitu di jolo siaduan, di tonga-tonga pangaramotion jala di pudi sipaimaon (di depan sebagai pemimpin, ditengah sebagai pengarah dan di belakang sebagai pengikut). Seluruh hidup Paulus didedikasikannya hanya untuk menjadi teladan bagi para jemaat. Pada perikop kita, Paulus berpesan kiranya jemaat Filipi agar senantiasa teguh di dalam iman mereka untuk menghadapai kemunculan para seteru salib Kristus dan yang tunduk atas kuasa “perut” mereka. Untuk ini, jemaat diingatkan berhati-hati dan jangan sampai terlena dan jatuh di dalamnya dengan mengikuti teladan Paulus yang tetap setia kepada Kristus dalam berbagai kondisi yang dihadapainya. Ingatlah, Kebiasaan dalam kehidupan kita belum tentu kebenaran, melainkan biarlah kebenaran menjadi kebiasaan untuk diteladani dalam hidup kita. Amin. (yph)
(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Pdt. Jansen Simanjuntak, STh)