Ev. Lukas 21:25-33
(Minggu, 5 Desember 2010: Advent II)
Pengantar oleh St. Raja PS. Janter Aruan, SH, MH
Lewat perumpamaanNya, Yesus mengajarkan tentang beberapa hal bagi kita di masa penantian (Adven II) ini, di antaranya: “Akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan guncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah kepalamu, sebab pembebasanmu sudah dekat” (Luk 21:20-28).
Sebagian kepercayaan Yahudi pada masa kehidupan Yesus adalah bahwa YHWH akan membangkitkan seorang Mesias untuk menyelamatkan umat-Nya. Sebagian orang memandang Mesias ini sebagai seorang tokoh politik yang akan memerdekakan orang-orang Yahudi dari penjajahan Romawi. Sebagian orang yang lain mengharapkan kedatangan Musa atau Elia untuk memimpin umat
Pdt. Jansen Simanjuntak, STh
Benar akan banyak tanda-tanda alam atau zaman yang dapat dilihat sebagai waktu akan datangnya masa akhir zaman. Namun, tidak semua tanda-tanda itu dapat kita percayai, karena banyak di antaranya yang disengaja dibuat oleh manusia untuk kepentingannya dan golongan tersendiri.
Pdt. Happy Pakpahan, STh
Bahkan sekarang banyak yang nyeleneh tindakan dari manusia, ketika didapati ada kejadian alam bukan malah dilihat sebagai tanda-tanda dari yang Maha Kuasa dan kemudian mendorong diri untuk merefleksikannya terhadap kehidupannya, melainkan banyak yang membuatnya sebagai “bakal berkat” dengan menerjemahkannya menjadi no undian lotre togel. Kita diajak untuk peka agar terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan, menjadi korban. Namun, sebaliknya kita harus menjadikan diri kita untuk lebih peka terhadap suara Tuhan atas hidup kita. Banyak yang dapat menguasai tanda-tanda zaman atau alam, jadi berhati-hatilah agar jangan terjatuh pada dosa mengilahikan manusia, kita harus tetap berkiblat pada Tuhan yang mengizinkan tanda-tanda zaman itu terjadi.
Pdt. Edwin Manullang, STh
Kita jangan mempertanyakan kapan dan bagaimana waktu dari akhir zaman itu terjadi, melainkan persiapkanlah diri kita untuk waktu yang telah ditentukanNya. Perumpamaan yang Yesus angkat bertujuan untuk mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi dengan menceritakan kejadian sehari-hari yang bisa dialami. Kerajaan Allah pasti akan hadir, maka persiapkanlah diri kita agar dapat bertahan dan berdiri teguh di hadapan pengadilanNya (ayat 36).
Cln. Pdt. Yansen Hasibuan, STh
Injil menyatakan bahwa Yesus adalah seorang pengamat alam yang tajam, Pengajaran-Nya menyentuh lingkungan di sekeliling-Nya dan pendengar-Nya. Tidak terkecuali perumpamaan-perumpamaan yang diberikan-Nya, beberapa kali perumpamaan-perumpamaan Yesus menyentuh kehidupan petani, nelayan, dan gembala. Pendengar Yesus hidup lebih dekat dengan alam daripada kita pada saat ini, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan memahami pesan yang ingin disampaikan-Nya. Pada konteks perjumpaan Injil dengan kehidupan masyarakat hari ini, maka perumpamaan yang Yesus dulu pakai, direlevansikan dan dimodifikasi oleh para pelayan sekarang melihat perkembangan lingkungannya, misalnya tekait dengan IT dan modrenisasi yang ada. Keberadaan Injil diharapkan dapat menjawab keresahan masyarakat dalam pelbagai pertanyaan yang muncul dalam dirinya lewat perumpamaan-perumpamaan yang dapat dimengerti dan menyentuh kesehariannya. Demikianlah pada zaman Injil, pohon ara adalah pohon buah yang sudah umum di seluruh
Gambaran tentang pohon ara yang bertunas biasanya dihubungkan dengan masa turunnya berkat (Yoel 2:22) dan hampir tidak pernah dihubungkan dengan masa penghancuran dan malapetaka. Perumpamaan semacam ini seharusnya tidak dilihat terutama dalam hubungannya dengan malapetaka yang diramalkan di dalam percakapan ini. Tetapi penekanannya adalah penebusan yang terbukti pada waktu datangnya Kerajaan Allah. Meskipun Matius dan Markus mengatakan malapetaka seperti kelaparan dan gempa bumi "adalah permulaan penderitaan" (Matius 24:8; Markus 13:8), tetapi Lukas menghilangkan kalimat ini. Dia menghadirkan perkataan Yesus dalam suatu kerangka pengharapan yang penuh sukacita. "Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat" (Lukas 21:28 ). Lukas menggunakan bahasa yang hampir identik dengan aplikasi dari perumpamaan tentang pohon ara yang bertunas: "Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat" (Lukas 21:31). Tentu saja, istilah "penebusan" dan "Kerajaan Allah" di dalam konteks ini mempunyai referensi pada perwujudan keselamatan di masa yang akan datang. Istilah-istilah ini menunjuk pada kedatangan Kerajaan Allah yang terakhir di mana umat Allah akan dilepaskan dari penderitaan. Kemudian "makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakaan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah" (Roma 8:21).
Yesus memakai kebenaran ini langsung kepada orang-orang sezaman-Nya. Dia memberitahu murid-murid-Nya "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi" (Markus 13:30). Dia menggunakan ungkapan "semuanya ini," sekali lagi. Seharusnya murid-murid akan mampu mengetahui bilamana penajisan dan kehancuran Bait Allah akan tiba, sama halnya dengan kemampuan mereka untuk menentukan bila musim panas akan tiba, yaitu melalui melihat pohon ara. Tetapi teks ini mengatakan, "Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu sebelum semuanya itu terjadi." Semuanya ini diprediksikan di dalam percakapan tentang akhir zaman jauh sesudah zaman Yesus. Tetapi gulungan
Perumpamaan ini berakhir dengan perkataan, "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Lukas 21:33). Biasanya dalam kehidupan manusia yang sudah berlalu menjadi bagian dari masa lalu dan tidak penting lagi untuk masa sekarang. Arti perumpamaan ini adalah bahwa perkataan Yesus tidak akan kehilangan pengaruhnya ketika suatu nubuat khusus telah digenapi tepat pada waktunya. Perkataan Yesus tetap berlaku hari ini sama seperti pada waktu diucapkan pertama kali. Apakah pesan dari perumpamaan ini? Tidak ada angkatan yang bebas dari malapetaka sampai pada hari kedatangan Kristus kembali ketika Kerajaan Allah datang dengan segala kepenuhannya. Tetapi orang Kristen tidak boleh cemas dan berkecil hati. Seharusnya malah kita harus meneliti tanda-tanda zaman dengan sangat teliti, sama seperti melihat pohon ara yang bertunas, dan mengetahui bahwa kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya mengantarkan ke zaman yang baru. Karena itu, perumpamaan ini mendorong orang-orang percaya untuk tetap waspada. Kesengsaraan yang dialami jangan sampai mengurangi kesabarannya dan meruntuhkan kepercayaannya. Malahan, harus meneguhkan pengharapannya akan hari terakhir yang sudah dekat, yang penuh kemuliaan, di mana kesengsaraan merupakan pertanda. Dan meskipun orang-orang percaya sepanjang zaman telah menderita kesusahan dan telah menanggulangi kemalangan, orang-orang Kristen saat ini, lebih dari yang pernah terjadi sebelumnya, dikuatkan oleh perkataan Paulus, "Hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita daripada waktu kita menjadi percaya. Hari sudah jauh malam, telah hampir siang" (Roma 13:11, 12)
Setiap hari kita menghadapi pilihan-pilihan. Kita dapat mempertimbangkan apa yang telah dilakukan Yesus untuk menebus dan menyembuhkan kita. Kita menaruh kepercayaan pada firman-Nya untuk manifestasi kemuliaan-Nya secara penuh pada saat kedatangan-Nya untuk kedua kali. Atau, kita dapat melihat penderitaan kita di dunia dan dengan cepat menjadi takut dan khawatir. Apabila kita datang menghadap Tuhan dalam doa dan memperkenankan firman-Nya yang memberi pengharapan dan dorongan untuk menyentuh hati kita dan mengarahkan pemikiran-pemikiran kita, maka kita akan diangkat dan dipenuhi dengan sukacita dan damai-sejahtera, dan memampukan kita untuk melihat lebih daripada sekedar keadaan kita sendiri. Firman-Nya menggerakkan batin kita dan kita dapat percaya bahwa dalam Dia semua hal adalah mungkin.
Pada zaman modern ini banyak orang Kristiani masih menderita di bawah rezim-rezim sekuler, atheis, dan totaliter mayoritas. Terkadang situasi sedemikian memberi kesan bahwa kuasa kegelapan telah menang dan berjaya. Namun, dengan tetap berdiri teguhnya masyarakat nasrani di Indonesia, meskipun didapati selalu memperoleh kesulitan dalam mengekspresikan imannya, penutupan dan pembakaran gereja di beberapa daerah di tanah air dan gangguan keamanan yang terus berkelanjutan menjadi bukti bahwa penyertaan Kristus dalam tuntunan Roh Kudus bagi umatNya senantiasa ada dan terus akan ada (Matius 28:20). Hal ini membuktikan bahwa masih berlakunya kata-kata Yesus bahwa Dia akan melindungi Gereja-Nya. Pada zaman ini orang-orang Kristiani adalah saksi-saksi hidup atas ucapan Yesus ini: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Luk 21:33). Amin. (yph)
(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin St. Raja PS. Janter Aruan, SH, MH)