Ev. Kejadian 30: 31 - 43
(Minggu, 10 Oktober 2010: 19 Set. Trinitatis)
Pengantar oleh Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh
Tuhan menginginkan agar setiap orang memiliki harta milik, dan harta milik itu harus diperoleh dengan tidak menipu, jujur, berilmu, keuletan, kegigihan, dan disertai permohonan dalam doa atas berkat Tuhan. Kisah dalam perikop merupakan pengalaman Yakub di rumah mertuanya, Laban di Haran. Dia melarikan diri kesana setelah menipu ayahnya dengan bekerjasama dengan ibunya, Ribka; agar dia mendapatkan berkat anak sulung yangbukan miliknya melainkan hak saudaranya Esau. Sama seperti arti namanya Yakub yang berarti penipu. Akan tetapi setelah dalam masa pengasingan di rumah Laban pamannya dan akhirnya menjadi mertuanya, perilaku kehidupan Yakub berubah, arti namanya tidak lagi melekat dalam kehidupannya setiap hari. Yakub menjadi sosok yang jujur dalam bekerja, bahkan dia memperlakukan dirinya sebagai hamba yang setia. Sebagai hamba yang mengabdi setia terhadap Laban, ia kemudian memperoleh Lea, kakak Rahel, meskipun tujuannya sebenarnya adalah untuk menikahi Rahel, karena pada masa itu tradisi di orang Israel, anak perempuan yang lebih tua tidak boleh didahului menikah oleh adik perempuannya. Setelah menikahi Lea, Yakub kembali mengabdikan dirinya untuk mendapatkan Rahel. Tidak hanya istri dan keluarga yang diperoleh Yakub di dalam kejujurannya melainkan harta kekayaan yang melimpah lewat ternak Laban yang digembalaknnya. Oleh kejujuranya, dan atas perundingannya dengan Laban sebagai upahnya Yakub berhak memiliki ternak milik Laban sesuai pembagian yang disepakati. Hal yang lazim bagi orang Israel ada upah untuk pengembala ternak ¼ dari 1 ternak yang lahir, jadi harus ada 4 yang lahir baru pengembala memperoleh satu ekor.
Dalam perikop kita mendapati cerita bagaimana pengalaman Yakub mengembangkan ternaknya, ia berhasil dengan inovasi dan kesungguhan tekadnya. Lewat temuan teknologi Yakub mengembangkan ternaknya (saat ini kerap disebut dengan teknologi gen atau kawin campur), menandakan bahwa peradaban manusia zaman dahulu juga telah tinggi dan luar biasa. Keberhasilan Yakub tidak semata-mata karena teknologi yang dipakainya, melainkan yang utama dan terutama adalah berkat campur tangan Tuhan (perhatikan di ayat 27). Ini yang perlu menjadi perhatian bagi manusia modren saat ini, bahwa secanggih apapun inovasi dan temuan manusia jika tidak mengikutsertakan Tuhan di dalamnya, maka akan kerap mengalami kegagalan.
Perlu diketahui bahwa peristiwa keberhasilan dan pengalaman Yakub ini terjadi dan berawal dari dorongan kasih di dalam keluarga. Setelah Yakub berhasil menikahi Rahel dan diberikan anak yang dinamai Yusuf, ada kerinduan dalam dirinya untuk kembali pulang ke kampung halaman dan bersama-sama dengan ayah dan ibunya beserta keluarganya yang lain (mari kita refleksikan dengan kehidupan banyak anak-anak bangsa yang berhasil di negara lain namun sedikit sekali yang berkerinduan untuk pulang ke negaranya dan membangunnya. Misalnya putera-putri dari bonapasogit, Tanah Batak yang telah berhasil jarang untuk mau kembali ke kampung halaman dan bersama-sama masyarakat lokal meningkatkan kualitas kehidupan di tengah-tengah Tanah Batak). Berangkat dari niat Yakub untuk kembali pulang ke kampung halamannya, ia meminta upahnya pada Laban dan dengan murah hati Laban mengabulkan permintaannya, lihat Kej. 31:27-28 (Prilaku Laban menjadi penting bagi para pemilik modal (misalnya pengusaha yang memiliki pekerja-pekera dan majikan terhadap pembantunya) untuk meneladaninya, lewat sikap Laban kita belajar menghargai karya orang yang bekerja untuk kita tanpa menghambati atau bahkan mengurangi berkat Tuhan (upahnya) yang adalah hak baginya untuk dinikmati). Inilah modal awal yang kemudian dimanfaatkan Yakub dan memberikan keberhasilan yang berlipat ganda banyaknya (lih. Kej. 31: 43).
Pada ayat 31, kita mengetahui bagaimana Laban memberikan sepenuhnya kepada Yakub untuk menentukan uapahnya. Keadaan di atas sangat jarang terjadi di kalangan orang Israel, biasanya seorang majikan yang akan menentukan upah dari para pekerjanya. Memperhatikan hal ini, dari pihak Laban berbuat demikian karena mengingat kinerja Yakub dan hasil yang diberikannya atas ternak-ternak Laban yang luar biasa, bertambah banyaknya. Semangat untuk hidup mandiri juga tampak mempengaruhi keputusan Yakub meminta upahnya, ia berencana untuk lepas dan meninggalkan Laban agar Yakub bersama keluarganya dapat hidup mandiri. Kebijaksanaan Yakub untuk hidup mandiri adalah awal dari kesuksesannya. Ini adalah teladan yang penting bagi kita, untuk memperoleh keberhasilan dan menjadi kaya raya prinsip kemandirian harus dipegang teguh, khususnya generasi muda HKI dan yang telah bekeluarga. Rencana untuk hidup mandiri, tidak serta merta melupakan orangtua dalam proses pelaksanaannya. Membicarakan dan merundingkannya bersama orangtua adalah perlu, dan bagi orangtua harus disambut dengan baik agar berkat Tuhan dicurahkan. Dalam kehidupan dalam rumah tangga atau bekeluarga yang menyangkut orangtua, tidak semua anak dan menantu dapat mendatangkan berkat. Tetapi, sebagai orangtua tidak boleh hanya berbangga kepada yang membawa berkat, malah orangtua harus lebih memberi perhatiannya untuk mengupayakan agar setiap anak dan menantunya berhasil dalam keluarga mereka.
Keputusan Yakub dalam meminta upahnya dari Laban memang cukup berbahaya atas kelangsungan hidup dan keluarganya, karena pada masa itu untuk mengembangbiakkan ternak yang berbintik-bintik sangat langka dan sulit. Biasanya ternak yang dikembangkan adalah yang berbulu putih. Namun, ini adalah metode yang dipakai Yakub untuk memulai keberhasilannya. Setiap keluarga dan bersama-sama dengan orangtua haruslah memiliki metode yang baik dan benar untuk memperoleh harta miliknya dengan didasari kejujuran, keuletan, keahlian dan takut akan Tuhan. Bukan dengan jalan mencuri atau menipu, apalagi memeras dan bertindak tidak adil terhadap sesama.
Mari kita simak bagaimana Yakub kemudian mengembangkan modal awalnya dari ayat-ayat selanjutnya:
1. Yang diminta oleh Yakub sebagai upahnya adalah diizinkan melanjutkan profesinya,"Tidak usah kauberikan apa-apa kepadaku; aku mau lagi menggembalakan kambing dombamu dan menjaganya, asal engkau mengizinkan hal ini kepadaku”, jawab Yakub kepada Laban (ayat 31). Yakub tidak meminta yang macam-macam (meskipun kemungkinan besar Laban pasti akan memberikannya), ia hanya meminta agar diperbolehkan melanjutkan profesinya sebagai peternak. Teladan bagi kita adalah jangan bermimpi untuk mencari dan memperoleh harta milik dengan pekerjaan yang tidak diketahui apalagi dikuasai. Lebih berguna bagi kita untuk fokus dan berjalan pada profesi kita yang sesungguhnya dengan menguatkan dan meningkatkan kualitasnya. Tidak berguna jika kita mencoba memiliki profesi ganda apalagi multi ganda untuk menjadi berhasil dan kaya raya, tanpa menguasainya atau hanya menguasainya setengah-setengah. Dunia ini tidak akan berkembang begitu pesatnya dengan pelbagai temuan-temuan terbarunya tanpa orang-orang yang fokus dan konsentrasi pada pfofesinya dengan meningkatkan kualitas hasil dari profesinya masing-masing. Jika menjadi seorang pelayan gereja, khususnya sebagai pendeta maka fokus dan konsetrasilah pada panggilannya dan sembari senantiasa meningkatkan kualitas pelayanannya. Jikapun ada pekerjaan alternatif lainnya, harus digunakan sebagai pendukung untuk meningkatkan konsentrasi pelayanan. Sehingga tidak muncul istilah, pendeta ternak, pendeta ladang kopi atau pendeta pedagang dan lain sebagainya, karena jemaat kemudian melihat dan merasakan kehidupan pelayanan pendeta itu sudah kepada ternaknya, ladang kopinya atau dagangannya, tidak lagi untuk mengembalakan jemaat.
2. Setelah fokus dan konsentrasi kepada profesi yang dianggap dikuasainya, Yakub lewat perundingan dengan Laban memberikan legalitas atas pekerjaannya. Atas kesepakatan bersama dengan Laban, Yakub memperoleh dasar hukum untuk melanjutkan pekerjaannya (ayat 32-34). ”...kemudian kata Laban: Baiklah, jadilah seperti perkataanmu itu”. Demikianlah dengan kita dalam melaksanakan dan menjalani setiap pekerjaan yang diberikan kepada kita, harus memiliki kejelasan dasar hukum yang mengikat antara pemberi dan penerima pekerjaan itu. Semua harus jelas dan disepakati bersama, sehingga kepentingan keduabelah pihak dalam perlindungan yang sama, tanpa ada peluang untuk merugikan atau dirugikan. Keduabelah pihak harus sama-sama dapat menikmati hasil yang diperoleh sesuai dengan kesepakatan bersama. Dewasa ini, baik di negara kita dan saudara-saudara kita yang bekerja sebagai penyumbang devisa terbesar bagi kas negara, para TKI/TKW di luar negeri, kerap bekerja tanpa status dasar hukum yang jelas, alhasil sama-sama kita dapat ketahui banyak di antara para pekerja tidak memperoleh hak yang pantas untuk mereka terima.
3. Yakub kemudian memeriksa modal awalnya. Modal mana yang harus memperoleh perhatian khusus untuk ditingkatkan dan dikembangkan agar mendukung semua proses keberhasilan nantinya. Di ayat 32, jelas diceritakan bagaimana Yakub memeriksa modal awalnya, yakni semua ternak yang berbulu bintik-bintik (meskipun sedikit sekali jumlahnya) itulah yang akan dikelolanya menjadi miliknya. Modal selanjutnya untuk mengelola ternaknya yang sedikit itu, Yakub melandasinya dengan bermodalkan kejujuran (ayat 33). Bagi kita ini adalah sangat penting dalam meningkatkan kualitas mutu dari setiap profesi yang kita geluti. Periksalah, apakah modal kita jelas atau tidak, setelah jelas landasilah dengan kejujuran. Jangan berharap akan ada peningkatan kualitas mutu dari profesi kita, jika dilandasi dengan kecurangan dan penipuan. Lihat saja para penjahat berdasi di negara ini, misalnya para koruptor yang hidup bermegah, mewah, dan dihormati oleh karena harta yang dimilikinya atau jabatannya, hidup mereka dapat dipastikan berakhir tidak tenang, bahagia hingga ke anak cucu mereka. Mereka dikejar-kejar dan dihantui rasa ketakutan dan kekwatiran yang berlebihan sehingga tidak dapat hidup tenang dan bahagia di tengah harta yang melimpah dan kursi jabatannya yang dihormati itu. Oleh pengalaman Yakub, kita tidak hanya diajari untuk menjadi sukses dalam profesi dan kaya raya, tetapi juga dapat menikmati keberhasilan itu dengan hidup bahagia bersama keluarga nantinya. Yakub berani bertaruh di atas kejujurannya, meskipun ada kesempatan baginya untuk berbuat curang. ”Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari, apabila engkau datang memeriksa upahku”, pernyataan Yakub ini cukup keras dan penuh konsekuensi yang berat, ia siap mempertaruhkan nyawanya. Perhatikan kelanjutan pernyataannya ”...tercuri olehku”, pernyataannya ini berkaitan dengan tradisi orang Israel yang memegang teguh Hukum Taurat JANGAN MENCURI (Ul. 5:19). Jika seseorang kedapatan mencuri maka nyawanya sendiri akan menjadi ganti hasil curiannya yakni hukuman mati. Sedemikian kuatnya Yakub meletakkan landasan modalnya untuk memperoleh kesuksesan dan harta yang melimpah, yakni kejujuran dengan pertaruhan nyawanya sendiri.
4. Bekerja keras, adalah karakter yang patut ditiru dari Yakub. Meskipun ia bekerja di tengah-tengah keluarganya sendiri (Laban itu adalah pamannya, tulangnya dalam istilah orang Batak, dan kemudian menjadi mertuanya), namun Yakub menunjukkan kerja keras, keuletan dan penuh inovasi. Dengan modal yang jelas, kerja keras, pemeliharaan atas yang dikerjakan, dan strategi untuk mengantisipasi gangguan atas hasil pekerjaan (lihat ayat 36, ”...menentukan jarak tiga hari perjalanan jauhnya”), maka akan menjamin keberhasilan dari pekerjaan kita. Mengapa harus tiga hari perjalanan jauhnya jarak ternak Yakub dan Laban? Karena dengan jarak sejauh itu, ternak kambing dan domba tidak dapat lagi pulang dan berkumpul dengan gerombolannya. Ini dilakukan Yakub untuk menghindari berkumpulnya hasil ternaknya dengan Laban, sehingga bisa merugikannya. Dalam meningkatkan kualitas mutu profesi, kita membutuhkan analisa terhadap lapangan pekerjaan itu sendiri sebelum terjun untuk mengelolanya, misalnya dengan menggunakan analisa SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, and Treatment) dan pisau analisa lainnya.
5. Pada ayat 37, “Lalu Yakub mengambil dahan hijau dari pohon hawar, pohon badam dan pohon berangan, dikupasnyalah dahan-dahan itu sehingga berbelang-belang, sampai yang putihnya kelihatan”, mulai diceritakan bagaimana Yakub mengelola ternaknya degan inovasinya sendiri. Dengan pemberdayaan teknologi yang ada di sekitarnya Yakub memulai pengembangan ternaknya. Demikianlah dalam memajukan usaha dan pekerjaan kita, pakailah kemajuan zaman dan teknologinya yang tersedia di sekitar kita seusai dengan kebutuhan profesi. Jangan ketinggalan, dan bersahabatlah dengannya. Pemanfaatan teknologi yang tepat guna dan selaras alam adalah pilihan tepat untuk kondisi bumi hari ini yang memprihatinkan dengan kerusakan dimana-mana oleh pemakaian teknologi yang tidak ramah lingkungan. Tidak cukup sampai di sana, pada ayat 38 kita diajarkan untuk tidak melupakan pengamatan, pentingnya memperoleh informasi yang benar untuk mengenal medan pekerjaan adalah penting untuk hasil maksimal dari usaha atau pekerjaan kita, dan dengan ditambah penggunaan teknologi maka akan mempercepatnya. “Ia meletakkan dahan-dahan yang dikupasnya itu dalam palungan, dalam tempat minum...adapun kambing domba itu suka berkelamin pada waktu datang minum”. Yakub paham benar dan terlebih dahulu melakukan pengamatan atau survei atas perilaku dan kebiasaan ternaknya, baru kemudian memanfaatkan teknologi yang ada untuk meningkatkan kualitas hasil ternaknya.
6. Pada ayat ke 40, jelas bagaimana akhirnya diceritakan Yakub memperoleh hasil dari pekerjaannya dan ditempatkan pada tempatnya, tidak digabung dengan hasil ternak Laban, ”....Demikianlah ia beroleh kumpulan-kumpulan hewan baginya sendiri, dan tidak ditempatkannya pada kambing domba Laban”. Menjadi pelajaran bagi kita untuk menempatkan hasil usaha pada porsinya dan alokasinya yang tepat. Hasil usaha jangan dicampur-campur dengan yang bukan porsinya. Misalnya, hasil usaha bersama dalam perusahaan jangan dicampur-campur dengan hasil usaha pribadi, atau uang kas jemaat di gereja jangan dicampur baur dengan uang milik pribadi dari salah seorang anggota jemaat. Jika terjadi pencampuran hasil usaha maka bisa ruwet dan kerap jatuh dalam ”pencobaan” yang tidak diinginkan.
7. Dalam bekerja Yakub tidak mau tanggung-tanggung dan sekedarnya saja, atau biasa-biasa. Lewat ayat 41 kita diajarkan untuk fokus pada kualitas dari pekerjaan kita sehingga menghasilkan yang terbaik.
8. Lihatlah akhir dari perikop kita, ayat 43 dengan jelas dan blak-blakkan menceritakan kondisi kehidupan Yakub dan keluarganya, ”Maka sangatlah bertambah-tambah harta Yakub, dan ia mempunyai banyak kambing domba, budak perempuan dan laki-laki, unta dan keledai”. Berangkat dari pengalaman Yakub dalam bekerja kita memperoleh pengetahuan di dalam hikmat dari Tuhan bahwa dengan bertekun pada profesi yang kita jalani akan memberikan hasil yang sama seperti yang dinikmati Yakub. Bekerja dengan bermodalkan tanggungjawab, fokus dan konsentrasi, ulet, inovatif, tekun, meningkatkan secara intens kemampuan/skill, pengendalian emosional dan semangat disertai dengan doa permohonan dan rasa syukur kepada Tuhan niscaya Allah akan membuka jalan bagi curahan barokah, berkatNya akan menghantarkan kita menjadi seorang yang berhasil dan sukses, juga memiliki harta yang melimpah. Apapun jenis pekerjaan atau profesi kita, jangan takut, dengan belajar dari pengalaman kerja yang Yakub lakukan percayalah kita juga akan dapati diri kita menjadi Yakub-Yakub zaman millenium. Teman-teman dan saudara-saudara kekasih, JANGAN BIARKAN DIRI ANDA FOKUS KEPADA HASIL YANG INGIN CAPAI, MELAINKAN FOKUSKANLAH DIRI ANDA PADA CARA DAN PROSES UNTUK MENCAPAI HASIL YANG DIINGINKAN. Amin. Tuhan memberkati pekerjaan kita. (yph)
(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Ephorus/Bishop HKI)
(Minggu, 10 Oktober 2010: 19 Set. Trinitatis)
Pengantar oleh Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh
Tuhan menginginkan agar setiap orang memiliki harta milik, dan harta milik itu harus diperoleh dengan tidak menipu, jujur, berilmu, keuletan, kegigihan, dan disertai permohonan dalam doa atas berkat Tuhan. Kisah dalam perikop merupakan pengalaman Yakub di rumah mertuanya, Laban di Haran. Dia melarikan diri kesana setelah menipu ayahnya dengan bekerjasama dengan ibunya, Ribka; agar dia mendapatkan berkat anak sulung yangbukan miliknya melainkan hak saudaranya Esau. Sama seperti arti namanya Yakub yang berarti penipu. Akan tetapi setelah dalam masa pengasingan di rumah Laban pamannya dan akhirnya menjadi mertuanya, perilaku kehidupan Yakub berubah, arti namanya tidak lagi melekat dalam kehidupannya setiap hari. Yakub menjadi sosok yang jujur dalam bekerja, bahkan dia memperlakukan dirinya sebagai hamba yang setia. Sebagai hamba yang mengabdi setia terhadap Laban, ia kemudian memperoleh Lea, kakak Rahel, meskipun tujuannya sebenarnya adalah untuk menikahi Rahel, karena pada masa itu tradisi di orang Israel, anak perempuan yang lebih tua tidak boleh didahului menikah oleh adik perempuannya. Setelah menikahi Lea, Yakub kembali mengabdikan dirinya untuk mendapatkan Rahel. Tidak hanya istri dan keluarga yang diperoleh Yakub di dalam kejujurannya melainkan harta kekayaan yang melimpah lewat ternak Laban yang digembalaknnya. Oleh kejujuranya, dan atas perundingannya dengan Laban sebagai upahnya Yakub berhak memiliki ternak milik Laban sesuai pembagian yang disepakati. Hal yang lazim bagi orang Israel ada upah untuk pengembala ternak ¼ dari 1 ternak yang lahir, jadi harus ada 4 yang lahir baru pengembala memperoleh satu ekor.
Dalam perikop kita mendapati cerita bagaimana pengalaman Yakub mengembangkan ternaknya, ia berhasil dengan inovasi dan kesungguhan tekadnya. Lewat temuan teknologi Yakub mengembangkan ternaknya (saat ini kerap disebut dengan teknologi gen atau kawin campur), menandakan bahwa peradaban manusia zaman dahulu juga telah tinggi dan luar biasa. Keberhasilan Yakub tidak semata-mata karena teknologi yang dipakainya, melainkan yang utama dan terutama adalah berkat campur tangan Tuhan (perhatikan di ayat 27). Ini yang perlu menjadi perhatian bagi manusia modren saat ini, bahwa secanggih apapun inovasi dan temuan manusia jika tidak mengikutsertakan Tuhan di dalamnya, maka akan kerap mengalami kegagalan.
Perlu diketahui bahwa peristiwa keberhasilan dan pengalaman Yakub ini terjadi dan berawal dari dorongan kasih di dalam keluarga. Setelah Yakub berhasil menikahi Rahel dan diberikan anak yang dinamai Yusuf, ada kerinduan dalam dirinya untuk kembali pulang ke kampung halaman dan bersama-sama dengan ayah dan ibunya beserta keluarganya yang lain (mari kita refleksikan dengan kehidupan banyak anak-anak bangsa yang berhasil di negara lain namun sedikit sekali yang berkerinduan untuk pulang ke negaranya dan membangunnya. Misalnya putera-putri dari bonapasogit, Tanah Batak yang telah berhasil jarang untuk mau kembali ke kampung halaman dan bersama-sama masyarakat lokal meningkatkan kualitas kehidupan di tengah-tengah Tanah Batak). Berangkat dari niat Yakub untuk kembali pulang ke kampung halamannya, ia meminta upahnya pada Laban dan dengan murah hati Laban mengabulkan permintaannya, lihat Kej. 31:27-28 (Prilaku Laban menjadi penting bagi para pemilik modal (misalnya pengusaha yang memiliki pekerja-pekera dan majikan terhadap pembantunya) untuk meneladaninya, lewat sikap Laban kita belajar menghargai karya orang yang bekerja untuk kita tanpa menghambati atau bahkan mengurangi berkat Tuhan (upahnya) yang adalah hak baginya untuk dinikmati). Inilah modal awal yang kemudian dimanfaatkan Yakub dan memberikan keberhasilan yang berlipat ganda banyaknya (lih. Kej. 31: 43).
Pada ayat 31, kita mengetahui bagaimana Laban memberikan sepenuhnya kepada Yakub untuk menentukan uapahnya. Keadaan di atas sangat jarang terjadi di kalangan orang Israel, biasanya seorang majikan yang akan menentukan upah dari para pekerjanya. Memperhatikan hal ini, dari pihak Laban berbuat demikian karena mengingat kinerja Yakub dan hasil yang diberikannya atas ternak-ternak Laban yang luar biasa, bertambah banyaknya. Semangat untuk hidup mandiri juga tampak mempengaruhi keputusan Yakub meminta upahnya, ia berencana untuk lepas dan meninggalkan Laban agar Yakub bersama keluarganya dapat hidup mandiri. Kebijaksanaan Yakub untuk hidup mandiri adalah awal dari kesuksesannya. Ini adalah teladan yang penting bagi kita, untuk memperoleh keberhasilan dan menjadi kaya raya prinsip kemandirian harus dipegang teguh, khususnya generasi muda HKI dan yang telah bekeluarga. Rencana untuk hidup mandiri, tidak serta merta melupakan orangtua dalam proses pelaksanaannya. Membicarakan dan merundingkannya bersama orangtua adalah perlu, dan bagi orangtua harus disambut dengan baik agar berkat Tuhan dicurahkan. Dalam kehidupan dalam rumah tangga atau bekeluarga yang menyangkut orangtua, tidak semua anak dan menantu dapat mendatangkan berkat. Tetapi, sebagai orangtua tidak boleh hanya berbangga kepada yang membawa berkat, malah orangtua harus lebih memberi perhatiannya untuk mengupayakan agar setiap anak dan menantunya berhasil dalam keluarga mereka.
Keputusan Yakub dalam meminta upahnya dari Laban memang cukup berbahaya atas kelangsungan hidup dan keluarganya, karena pada masa itu untuk mengembangbiakkan ternak yang berbintik-bintik sangat langka dan sulit. Biasanya ternak yang dikembangkan adalah yang berbulu putih. Namun, ini adalah metode yang dipakai Yakub untuk memulai keberhasilannya. Setiap keluarga dan bersama-sama dengan orangtua haruslah memiliki metode yang baik dan benar untuk memperoleh harta miliknya dengan didasari kejujuran, keuletan, keahlian dan takut akan Tuhan. Bukan dengan jalan mencuri atau menipu, apalagi memeras dan bertindak tidak adil terhadap sesama.
Mari kita simak bagaimana Yakub kemudian mengembangkan modal awalnya dari ayat-ayat selanjutnya:
1. Yang diminta oleh Yakub sebagai upahnya adalah diizinkan melanjutkan profesinya,"Tidak usah kauberikan apa-apa kepadaku; aku mau lagi menggembalakan kambing dombamu dan menjaganya, asal engkau mengizinkan hal ini kepadaku”, jawab Yakub kepada Laban (ayat 31). Yakub tidak meminta yang macam-macam (meskipun kemungkinan besar Laban pasti akan memberikannya), ia hanya meminta agar diperbolehkan melanjutkan profesinya sebagai peternak. Teladan bagi kita adalah jangan bermimpi untuk mencari dan memperoleh harta milik dengan pekerjaan yang tidak diketahui apalagi dikuasai. Lebih berguna bagi kita untuk fokus dan berjalan pada profesi kita yang sesungguhnya dengan menguatkan dan meningkatkan kualitasnya. Tidak berguna jika kita mencoba memiliki profesi ganda apalagi multi ganda untuk menjadi berhasil dan kaya raya, tanpa menguasainya atau hanya menguasainya setengah-setengah. Dunia ini tidak akan berkembang begitu pesatnya dengan pelbagai temuan-temuan terbarunya tanpa orang-orang yang fokus dan konsentrasi pada pfofesinya dengan meningkatkan kualitas hasil dari profesinya masing-masing. Jika menjadi seorang pelayan gereja, khususnya sebagai pendeta maka fokus dan konsetrasilah pada panggilannya dan sembari senantiasa meningkatkan kualitas pelayanannya. Jikapun ada pekerjaan alternatif lainnya, harus digunakan sebagai pendukung untuk meningkatkan konsentrasi pelayanan. Sehingga tidak muncul istilah, pendeta ternak, pendeta ladang kopi atau pendeta pedagang dan lain sebagainya, karena jemaat kemudian melihat dan merasakan kehidupan pelayanan pendeta itu sudah kepada ternaknya, ladang kopinya atau dagangannya, tidak lagi untuk mengembalakan jemaat.
2. Setelah fokus dan konsentrasi kepada profesi yang dianggap dikuasainya, Yakub lewat perundingan dengan Laban memberikan legalitas atas pekerjaannya. Atas kesepakatan bersama dengan Laban, Yakub memperoleh dasar hukum untuk melanjutkan pekerjaannya (ayat 32-34). ”...kemudian kata Laban: Baiklah, jadilah seperti perkataanmu itu”. Demikianlah dengan kita dalam melaksanakan dan menjalani setiap pekerjaan yang diberikan kepada kita, harus memiliki kejelasan dasar hukum yang mengikat antara pemberi dan penerima pekerjaan itu. Semua harus jelas dan disepakati bersama, sehingga kepentingan keduabelah pihak dalam perlindungan yang sama, tanpa ada peluang untuk merugikan atau dirugikan. Keduabelah pihak harus sama-sama dapat menikmati hasil yang diperoleh sesuai dengan kesepakatan bersama. Dewasa ini, baik di negara kita dan saudara-saudara kita yang bekerja sebagai penyumbang devisa terbesar bagi kas negara, para TKI/TKW di luar negeri, kerap bekerja tanpa status dasar hukum yang jelas, alhasil sama-sama kita dapat ketahui banyak di antara para pekerja tidak memperoleh hak yang pantas untuk mereka terima.
3. Yakub kemudian memeriksa modal awalnya. Modal mana yang harus memperoleh perhatian khusus untuk ditingkatkan dan dikembangkan agar mendukung semua proses keberhasilan nantinya. Di ayat 32, jelas diceritakan bagaimana Yakub memeriksa modal awalnya, yakni semua ternak yang berbulu bintik-bintik (meskipun sedikit sekali jumlahnya) itulah yang akan dikelolanya menjadi miliknya. Modal selanjutnya untuk mengelola ternaknya yang sedikit itu, Yakub melandasinya dengan bermodalkan kejujuran (ayat 33). Bagi kita ini adalah sangat penting dalam meningkatkan kualitas mutu dari setiap profesi yang kita geluti. Periksalah, apakah modal kita jelas atau tidak, setelah jelas landasilah dengan kejujuran. Jangan berharap akan ada peningkatan kualitas mutu dari profesi kita, jika dilandasi dengan kecurangan dan penipuan. Lihat saja para penjahat berdasi di negara ini, misalnya para koruptor yang hidup bermegah, mewah, dan dihormati oleh karena harta yang dimilikinya atau jabatannya, hidup mereka dapat dipastikan berakhir tidak tenang, bahagia hingga ke anak cucu mereka. Mereka dikejar-kejar dan dihantui rasa ketakutan dan kekwatiran yang berlebihan sehingga tidak dapat hidup tenang dan bahagia di tengah harta yang melimpah dan kursi jabatannya yang dihormati itu. Oleh pengalaman Yakub, kita tidak hanya diajari untuk menjadi sukses dalam profesi dan kaya raya, tetapi juga dapat menikmati keberhasilan itu dengan hidup bahagia bersama keluarga nantinya. Yakub berani bertaruh di atas kejujurannya, meskipun ada kesempatan baginya untuk berbuat curang. ”Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari, apabila engkau datang memeriksa upahku”, pernyataan Yakub ini cukup keras dan penuh konsekuensi yang berat, ia siap mempertaruhkan nyawanya. Perhatikan kelanjutan pernyataannya ”...tercuri olehku”, pernyataannya ini berkaitan dengan tradisi orang Israel yang memegang teguh Hukum Taurat JANGAN MENCURI (Ul. 5:19). Jika seseorang kedapatan mencuri maka nyawanya sendiri akan menjadi ganti hasil curiannya yakni hukuman mati. Sedemikian kuatnya Yakub meletakkan landasan modalnya untuk memperoleh kesuksesan dan harta yang melimpah, yakni kejujuran dengan pertaruhan nyawanya sendiri.
4. Bekerja keras, adalah karakter yang patut ditiru dari Yakub. Meskipun ia bekerja di tengah-tengah keluarganya sendiri (Laban itu adalah pamannya, tulangnya dalam istilah orang Batak, dan kemudian menjadi mertuanya), namun Yakub menunjukkan kerja keras, keuletan dan penuh inovasi. Dengan modal yang jelas, kerja keras, pemeliharaan atas yang dikerjakan, dan strategi untuk mengantisipasi gangguan atas hasil pekerjaan (lihat ayat 36, ”...menentukan jarak tiga hari perjalanan jauhnya”), maka akan menjamin keberhasilan dari pekerjaan kita. Mengapa harus tiga hari perjalanan jauhnya jarak ternak Yakub dan Laban? Karena dengan jarak sejauh itu, ternak kambing dan domba tidak dapat lagi pulang dan berkumpul dengan gerombolannya. Ini dilakukan Yakub untuk menghindari berkumpulnya hasil ternaknya dengan Laban, sehingga bisa merugikannya. Dalam meningkatkan kualitas mutu profesi, kita membutuhkan analisa terhadap lapangan pekerjaan itu sendiri sebelum terjun untuk mengelolanya, misalnya dengan menggunakan analisa SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, and Treatment) dan pisau analisa lainnya.
5. Pada ayat 37, “Lalu Yakub mengambil dahan hijau dari pohon hawar, pohon badam dan pohon berangan, dikupasnyalah dahan-dahan itu sehingga berbelang-belang, sampai yang putihnya kelihatan”, mulai diceritakan bagaimana Yakub mengelola ternaknya degan inovasinya sendiri. Dengan pemberdayaan teknologi yang ada di sekitarnya Yakub memulai pengembangan ternaknya. Demikianlah dalam memajukan usaha dan pekerjaan kita, pakailah kemajuan zaman dan teknologinya yang tersedia di sekitar kita seusai dengan kebutuhan profesi. Jangan ketinggalan, dan bersahabatlah dengannya. Pemanfaatan teknologi yang tepat guna dan selaras alam adalah pilihan tepat untuk kondisi bumi hari ini yang memprihatinkan dengan kerusakan dimana-mana oleh pemakaian teknologi yang tidak ramah lingkungan. Tidak cukup sampai di sana, pada ayat 38 kita diajarkan untuk tidak melupakan pengamatan, pentingnya memperoleh informasi yang benar untuk mengenal medan pekerjaan adalah penting untuk hasil maksimal dari usaha atau pekerjaan kita, dan dengan ditambah penggunaan teknologi maka akan mempercepatnya. “Ia meletakkan dahan-dahan yang dikupasnya itu dalam palungan, dalam tempat minum...adapun kambing domba itu suka berkelamin pada waktu datang minum”. Yakub paham benar dan terlebih dahulu melakukan pengamatan atau survei atas perilaku dan kebiasaan ternaknya, baru kemudian memanfaatkan teknologi yang ada untuk meningkatkan kualitas hasil ternaknya.
6. Pada ayat ke 40, jelas bagaimana akhirnya diceritakan Yakub memperoleh hasil dari pekerjaannya dan ditempatkan pada tempatnya, tidak digabung dengan hasil ternak Laban, ”....Demikianlah ia beroleh kumpulan-kumpulan hewan baginya sendiri, dan tidak ditempatkannya pada kambing domba Laban”. Menjadi pelajaran bagi kita untuk menempatkan hasil usaha pada porsinya dan alokasinya yang tepat. Hasil usaha jangan dicampur-campur dengan yang bukan porsinya. Misalnya, hasil usaha bersama dalam perusahaan jangan dicampur-campur dengan hasil usaha pribadi, atau uang kas jemaat di gereja jangan dicampur baur dengan uang milik pribadi dari salah seorang anggota jemaat. Jika terjadi pencampuran hasil usaha maka bisa ruwet dan kerap jatuh dalam ”pencobaan” yang tidak diinginkan.
7. Dalam bekerja Yakub tidak mau tanggung-tanggung dan sekedarnya saja, atau biasa-biasa. Lewat ayat 41 kita diajarkan untuk fokus pada kualitas dari pekerjaan kita sehingga menghasilkan yang terbaik.
8. Lihatlah akhir dari perikop kita, ayat 43 dengan jelas dan blak-blakkan menceritakan kondisi kehidupan Yakub dan keluarganya, ”Maka sangatlah bertambah-tambah harta Yakub, dan ia mempunyai banyak kambing domba, budak perempuan dan laki-laki, unta dan keledai”. Berangkat dari pengalaman Yakub dalam bekerja kita memperoleh pengetahuan di dalam hikmat dari Tuhan bahwa dengan bertekun pada profesi yang kita jalani akan memberikan hasil yang sama seperti yang dinikmati Yakub. Bekerja dengan bermodalkan tanggungjawab, fokus dan konsentrasi, ulet, inovatif, tekun, meningkatkan secara intens kemampuan/skill, pengendalian emosional dan semangat disertai dengan doa permohonan dan rasa syukur kepada Tuhan niscaya Allah akan membuka jalan bagi curahan barokah, berkatNya akan menghantarkan kita menjadi seorang yang berhasil dan sukses, juga memiliki harta yang melimpah. Apapun jenis pekerjaan atau profesi kita, jangan takut, dengan belajar dari pengalaman kerja yang Yakub lakukan percayalah kita juga akan dapati diri kita menjadi Yakub-Yakub zaman millenium. Teman-teman dan saudara-saudara kekasih, JANGAN BIARKAN DIRI ANDA FOKUS KEPADA HASIL YANG INGIN CAPAI, MELAINKAN FOKUSKANLAH DIRI ANDA PADA CARA DAN PROSES UNTUK MENCAPAI HASIL YANG DIINGINKAN. Amin. Tuhan memberkati pekerjaan kita. (yph)
(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Ephorus/Bishop HKI)