Wednesday, April 21, 2010

Fokus & Artikel Edisi April - Mei 2010



Fokus Tahun 2010
Tahun Marturia HKI (Sambungan edisi lalu)
Sebagaimana Tata Gereja HKI tahun 2005 Bab IV Pasal 16 bagian b: tentang Ruang Lingkup Kerja Departemen Marturia:

a) Pekabaran Injil.

b) Pelayanan Rohani.

c) Theologia dan Ajaran/Dogma.

d) Sekolah-sekolah Teologia

e) Liturgi dan Nyanyian Gereja

Pelaksanaan Tahun Marturia ditujukan untuk semakin meneguhkan iman, menyemangati warga untuk tetap dapat menyaksikan imannya, memperlengkapi warga dan pelayan semakin mampu ambil bagian dalam Pekabaran Injil, memperlengkapi kebutuhan akan pelayanan rohani dan meningkatkan pengembangan gereja.
  • Warga jemaat HKI dapat memahami tugas panggilan gereja bahwa Marturia adalah tugas semua umat.
  • Warga Jemaat HKI menjadi berkat ditengah kemajemukan kehidupan berbangsa.
  • Tersedianya alat kelengkapan kerohanian dan Ibadah
  • Terbentuk berbagai Lembaga dan atau Program bersifat Marturia untuk menopang pelayanan Marturia yang strategic, konprehensip, koordinatip dan berkelanjutan di setiap Daerah dan aras pelayanan HKI.

  • SASARAN

    Sasaran Program sepanjang Tahun Marturia ditujukan kepada sesama warga Jemaat HKI dan kepada umat diluar HKI, bahkan sampai kepada seluruh ciptaan (Mrk. 10:45).

    PELAKU PROGRAM

    Tahun Marturia memang diarahkan dari tingkat Pusat, akan tetapi gerakannya adalah gerakan bersama dari tingkat Jemaat-Resort-Daerah-Pusat. Sehingga di tiap aras pelayanan perlu menyusun program pada masing-masing aras berdasar ’muatan lokal’ kebutuhan. Untuk itu disampaikan bahwa PILAR Tahun Marturia adalah seluruh warga jemaat HKI.
    Apabila setiap rumah tangga – Jemaat – Resort – Daerah yang ada di HKI berMarturia di tahun 2010 ini, maka gaung Tahun Marturia sebagai Tahun Kesaksian dan usaha ber PI akan membawa semakin banyak orang mengenal dan mengasihi Kristus.
    Secara sentral koordinasi Program ini dikoordinir oleh Departemen Marturia. Lingkup tugas Departement Marturia dalam hal ini memberikan Petunjuk pelaksanaan, arahan Program mengacu kepada Master Plan dan GBP3 HKI-agar terlaksana di setiap aras pelayanan.
    Program ini sangat membutuhkan sinergi seluruh komponen di Gereja HKI, yang secara struktur di dikelola :

    a. Bidang Marturia untuk tingkat Daerah

    b. Bagian Marturia untuk tingkat Resort

    c. Seksi Marturia untuk tingkat Jemaat

    d. Para pelayan HKI (Pendeta-Guru Jemaat-Diakones-Biblevrow-Sintua-Calon Pendeta - Calon Sintua-Diaken)

    e. Lembaga seperti PW, PA, PNB, PR hingga SM.

    Semboyan : “PW BerMarturia” – “PA BerMarturia” – “PNB BerMarturia” – “Remaja BerMarturia” – “Sekolah Minggu BerMarturia” dapat dipakai dalam menggalakkan Tahun Marturia.

    Acuan Tugas BIDANG-BAGIAN-SEKSI MARTURIA :

    a. Menyusun perencanaan program Marturia ditiap aras pelayanan sepanjang tahun 2010.
    b. Mengkoordinasikan dan mensinergikan penerapan Program Marturia.
    c. Dalam melaksanakan tugasnya, perlu melakukan beberapa hal diantaranya sebagai berikut:

    • Pro aktif berkomunikasi dengan Pimpinan Daerah-Resort-Jemaat.
    • Mengenal dan memahami kebutuhan konteks, mis. Sosial, budaya masyarakat, latar belakang pekerjaan, kebiasaan, pertanian dan lingkungannya.
    • Mempelajari dan memahami Juklak Tahun Marturia – dan mengikuti proses dan siklus perencanaan program Marturia.
    • Memahami kaitan antara program-program pembangunan GBP3 dan Master Plan tentang Marturia.
    • Menyusun rencana dan jadwal kerja kegiatan bulanan selama setahun bersama Pimpinan Daerah-Resort-Jemaat.
    • Memotivasi anggota jemaat untuk berpartisipasi dalam progam.
    • Manajemen Strategis : Setiap Pokja atau Panitia harus menyiapkan strategi jangka panjang maupun strategi jangka pendek yang mencantumkan sasaran dan target yg terukur (kuantitatif) sebagai indikator keberhasilan.

    LOGO
    1.Logo Tahun Marturia (dapat dilihat pada sudut atas Sampul depan majalah ini)

    2.Keterangan Logo :
    9 garis yang melingkupi tulisan dan gambar sebagai simbol 9 daerah HKI. Didalamnya pernyataan tahun marturya yang mengikat simbol warga dewasa yang mengangkat Alkitab/Bibel.


    RenunganTidak Menganggap Diri Sendiri Seorang Yang Bijak

    Oleh: Pdt.HM.Sihombing,STh.

    (Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; Amsal 3:7) Unang tung na bisuk ho diparbaga roham, habiari ma Jahowa, jala paholang dirim sian hajahaton.


    Tentu, sabda ini hendak mengingatkan kita semua akan pentingnya selalu rendah hati di hadapan Tuhan. Dengan demikian kita boleh mengaku bahwa dalam pelayanan di ladang Tuhan, tak seorang pun boleh beranggapan bahwa dirinya sendiri lebih hebat, lebih pintar dari hamba-hamba Tuhan lainnya. Andaikan pun seorang pada masa studi akademis memiliki indeks prestasi yang tinggi, cum laude dan disebut sebagai alumni terbaik pada saat wisudanya, tidak berarti bahwa yang lainnya harus disebut sebagai terbelakang. Justru kita harus semakin sadar akan kuasa pilihan Tuhan, sebab Tuhan memiliki cara untuk membangun hambaNya. Benar seperti pernah saya baca di satu rumah penatua; “Tuhan tidak selalu mencari orang yang luar biasa, tetapi selalu mencari orang yang bersedia”. Kata-kata bijak ini hendaknya juga dapat menggugah kita untuk mengerti bagaimana Tuhan sayang kepada orang yang bukan hanya mengandalkan kepintaran.

    Menganggap diri seorang pintar dalam ruang pelayanan rohani mungkin bisa jatuh ke dalam kesombongan dan tinggi hati. Padahal sikap seperti itu telah menjerumuskan diri ke dalam kebencian Tuhan. Hal itu pun dijelaskan sebagaimana dalam 1 Ptr.5:5 “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” Untuk itulah, adalah baik bagi Tuhan supaya para pelayanNya adalah orang-orang yang rendah hati. Sebab bukankah hanya dengan hikmatNya kita dapat melakukan tugas panggilan ini? Sebab siapakah kita sehingga harus Dia pakai sebagai alatNya, apakah berdasar kepintaran dan kecerdasan? Tentu tidak. Tuhan menegaskan kepada Yeremia; (1:5) “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” Penetapan dan pilihan Tuhan kepada Yeremia menjadi hambaNya, seorang nabi bukan alasan karena; “engkau sudah mengetahui seluruh Alkitab” tetapi dengan jelas Tuhan berkata; “….Aku telah mengenal engkau, .. Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi…” terpujilah Tuhan yang telah memilih Yeremia bahkan sebelum ia memasuki dunia pendidikan formal.

    Walaupun begitu perlu, tetapi didikan dan bimbingan serta hikmat Tuhan lah yang paling utama untuk kita miliki. Daniel yang terkenal itu mengaku dengan jawabannya; “Rahasia, yang ditanyakan tuanku raja, tidaklah dapat diberitahukan kepada raja oleh orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum. Tetapi di sorga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah memberitahukan kepada tuanku raja Nebukadnezar apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang. (Dan.2:27-28). Jawaban yang sangat menyenangkan hati ini, adalah pengakuaan akan kuasa dari hikmat Tuhan yang dapat menyingkap hal tersembunyi. Dia tidak berkata; ya benar saya mengetahui sebab saya telah belajar jauh sebelumnya.

    Sisi lain dari sikap menganggap diri sebagai seorang yang pintar adalah jatuh ke dalam godaan “bersandar pada pengertian diri sendiri”. Padahal dalam Amsal 3:5 dikatakan; “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Lalu kita bertanya, Ada apa jika bersandar pada pengertian sendiri? Bersandar pengertian sendiri, maka akan menghilangkan percaya kepada Tuhan, sebab akan percaya kepada hikmat sendiri. Dan itu tidaklah baik secara iman.

    Maka setinggi apapun hikmat seseorang, dan sehebat apapun kepintarannya haruslah selalu mengaku bahwa Tuhan adalah Allah yang Maha hikmat. Malah Dia adalah sumbernya pengetahuan. Kitab Amsal 2:6 menjelaskan “Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.” Maka jika demikian, dengan alasan apakah, seorang seolah mengandalkan (Batak: mangasanghon) kepandaiannya di ladangNya dan hadapan Tuhan? Atau adakah seorang mampu “ ….memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? (Yes. 40:13). Untuk itulah kita harus selalu dengan hati tulus mengaku bahwa Tuhanlah yang melayakkan orang yang dikasihiNya, melayakkan hasil pelayanan dengan kuasaNya. Maka Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan.