Monday, October 18, 2010

Minggu, 28 November 2010: Advent I

Ev. Yesaya 32:1-8
(Minggu, 28 November 2010: Advent I)

Pengantar oleh Pdt. Edwin JP. Manullang, STh
Latar belakang sejarah bagi pelayanan nubuat Yesaya, anak Amos adalah Yerusalem pada masa pemerintahan empat raja Yehuda: Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia (Yes 1:1). Raja Uzia wafat pada tahun 740 SM (bd. 1Sam 6:1) dan Hizkia pada tahun 687 SM; jadi, pelayanan Yesaya meliputi lebih daripada setengah abad sejarah Yehuda. Menurut tradisi Yahudi, Yesaya mati syahid dengan digergaji menjadi dua (bd. Ibr 11:37) oleh Raja Manasye putra Hizkia yang jahat dan penggantinya (+ 680 SM).

Yesaya berasal dari keluarga kalangan atas di Yerusalem; dia orang berpendidikan, memiliki bakat sebagai penggubah syair dan berkarunia nabi, mengenal keluarga raja, dan memberikan nasihat secara nubuat kepada para raja mengenai politik luar negeri Yehuda. Biasanya, Yesaya dipandang sebagai nabi yang paling memahami kesusastraan dan paling berpengaruh dari semua nabi yang menulis kitab. Ia menikahi seorang wanita yang juga berkarunia kenabian, dan pasangan ini memiliki dua putra yang namanya mengandung pesan yang simbolik bagi bangsa itu.

Yesaya hidup sezaman dengan Hosea dan Mikha; ia bernubuat selama perluasan yang mengancam dari kerajaan Asyur, keruntuhan terakhir Israel (kerajaan utara) serta kemerosotan rohani dan moral di Yehuda (kerajaan selatan). Yesaya memperingati raja Yehuda, Ahas, untuk tidak mengharapkan bantuan dari Asyur melawan Israel dan Aram; ia mengingatkan Raja Hizkia, setelah kejatuhan Israel tahun 722 SM, agar jangan mengadakan persekutuan dengan bangsa asing menentang Asyur. Ia menasihati kedua raja itu untuk percaya Tuhan saja sebagai perlindungan mereka (Yes 7:3-7; Yes 30:1-17).

Beberapa cendekiawan meragukan apakah Yesaya menulis seluruh kitab ini. Mereka menentukan pasal 1-39 (Yes 1:1-39:8) saja yang ditulis Yesaya dari Yerusalem; mereka beranggapan pasal 40-66 (Yes 40:1-66:24) berasal dari seorang atau beberapa orang pengarang lain sekitar satu atau satu setengah abad kemudian. Akan tetapi, tidak ada data alkitabiah yang mengharuskan kita menolak Yesaya sebagai penulis seluruh kitab ini. Nubuat-nubuat Yesaya dalam pasal 40-66 (Yes 40:1-66:24) untuk para buangan Yahudi di Babel jauh setelah kematiannya menekankan kemampuan Allah untuk menyatakan berbagai peristiwa khusus di masa depan melalui para nabi-Nya (Yes 53:1-12). Jikalau seorang dapat menerima perwujudan penglihatan dan penyataan kenabian (bd. Wahy 1:1; Wahyu 4:1-22:21), maka lenyaplah sudah halangan utama untuk percaya bahwa Yesaya menulis seluruh kitab ini. Bukti-bukti pendukung positif cukup banyak dan tergolong di bawah dua bagian yang luas. Pertama, bukti dari dalam kitab ini sendiri mencakup pernyataan pembukaan (Yes 1:1) (yang berlaku untuk seluruh kitab) dan banyak kesamaan ungkapan dan pikiran yang mencolok di antara kedua bagian utama kitab ini. Salah satu contoh terkenal ialah ungkapan "Yang Mahakudus, Allah Israel" yang muncul 12 kali dalam pasal 1-39 (Yes 1:1--39:8) dan 14 kali dalam pasal 40-66 (Yes 40:1-66:24), dan hanya enam kali di seluruh bagian PL lainnya. Tidak kurang dari 25 bentuk kata Ibrani muncul dalam kedua bagian utama Yesaya, tetapi tidak terdapat di kitab nubuat yang lain di PL. Kedua, bukti dari luar kitab ini mencakup kesaksian Talmud Yahudi dan PB sendiri, yang menghubungkan seluruh bagian kitab ini dengan nabi Yesaya (mis. bd. Mat 12:17-21 dengan Yes 42:1-4; Mat 3:3 dan Luk 3:4 dengan Yes 40:3; Yoh 12:37-41 dengan Yes 6:9-10 dan Yes 53:1; Kis 8:28-33 dengan Yes 53:7-9; Rom 9:27 dan Yes 10:16-21 dengan Yes 10:1-34; Yes 53:1-12; Yes 65:1-25).

Nubuat ini menggambarkan pemerintahan sebagaimana dicita-citakan dan yang serupa dengan pemerintahan Mesias, bdk Yes 11:3-4; 29:18; 35:5; Yer. 23:5-6. Bagian ini sastera kebijaksanaan dan terutama mengingatkan beberapa bagian dari Kitab Amsal. Boleh jadi ayat-ayat ini ciptaan seorang berhikmat yang disisipkan ke dalam kitab Yesaya sebagai penjelasan pada Yes 32:5, yang menyebutkan "orang bebal" dan "orang yang berbudi luhur", bdnYes 32:6,8. Bukan pemimpin saja (Yes 32:1-2) tapi djuga rakyat akan sama sekali berubah hatinya; tidak degil dan keras kepala (mata tidak berlengket; telinga mendengar: bahasa kiasan), melainkan akan memperhatikan apa jang dikatakan nabi (yang dahulu diperlakukan sebagai orang gagap, yang tidak dapat dimengerti, tapi sekarang sebagai orang yang delas bicaranya). Puncak Keselamatan Israel dan Pemulihan Rohaninya, kehancuran pasukan Asyur secara nubuat menunjuk pada konflik terakhir di dunia sebelum pemerintahan Kristus, Sang Raja Israel yang sempurna. Kerajaan Kristus akan menggenapi cita-cita Allah mengenai satu persemakmuran yang kudus, yang melaksanakan keadilan sempurna di seluruh bumi. Raja yang adalah Allah ini akan memberikan perteduhan sempurna kepada semua orang yang mencari perlindungan kepada-Nya, dan Dia akan memuaskan jiwa-jiwa mereka yang haus dengan air kehidupan. Dia akan menganugerahkan kepada orang-orang percaya kuasa rohani untuk melihat dan mendengar yang tidak akan pernah melemah, dan suatu hati yang mengerti serta kesaksian yang jelas yang merupakan hasil dari perubahan sempurna karena kelahiran baru. Di bawah pemerintahan dan pengaruh-Nya manusia tidak akan lagi disesatkan oleh sang raja dusta, melainkan akan dapat melihat secara jelas perbedaan antara hikmat yang bermoral dengan kebebalan, dengan menyadari betapa dungunya suatu kehidupan yang bertumpu pada kejahatan. Standar penilaian Allah pada akhirnya akan dipakai oleh manusia.

Beberapa waktu lalu, kita telah memilih para pimpinan kita di mulai dari legislatif hingga kepala daerah, dan di beberapa daerah masih berlangsung. Orang kristen berdoa agar rakyat Indonesia memilih orang yang Tuhan pilih, dan agar orang yang dipilih melaksanakan kehendak Tuhan. Kita mengharapkan terjadinya perubahan positif di berbagai segi kehidupan bangsa Indonesia. Demikianlah, Nabi Yesaya yang menyaksikan pemerintahan empat raja Yehuda (Yes 1:1), memperoleh penglihatan tentang kemunculan seorang "Raja yang adil" yang akan memerintah menurut kebenaran. Raja adil ini membawa pengaruh kepada para pemimpin di bawahnya. Kebenaran dan keadilan para pemimpin ini digambarkan bagaikan "Tempat perlindungan dari angin ribut, aliran-aliran air di tempat kering, dan naungan batu yang besar di tanah tandus". Maksudnya rakyat memperoleh perlindungan dan rasa aman. Hati yang merencanakan kejahatan, akal yang merancang perbuatan keji terhadap orang lemah akan terbongkar dan tidak lagi ditutup-tutupi. Siapakah "Raja yang adil" ini? Tidak satu pun raja-raja Israel atau Yehuda yang sepenuhnya menggenapi gambaran ini. Dalam terang Perjanjian Baru, Yesus Kristuslah sang Raja Adil itu. Di dalam-Nya Roh tercurah penuh. "Roh dari atas" ini akan mengubah "Padang gurun menjadi kebun buah, dari tempat kering menjadi subur", menyebabkan keadilan berlaku di semua tempat bahkan di padang gurun, menimbulkan damai sejahtera, ketenangan, dan ketentraman. Bangsa yang dipimpin "Raja yang adil" ini akan tinggal di tempat yang damai, tentram, dan aman. Membuat setiap penduduknya dapat bekerja dengan aman tanpa merasa takut untuk berkarya. Apakah kita rindu pemerintah Indonesia berlaku seperti "Raja yang adil" ini? Kita perlu berdoa agar pemerintah kita tunduk kepada prinsip-prinsip Sang Raja Sejati, memberlakukan kebenaran dan keadilan. Seluruh bangsa di muka bumi mendambakan seorang pemimpin atau raja yang adil; yang mampu menjalankan pemerintahan dengan benar; dan mampu memberikan kesejahteraan lahir-batin kepada rakyatnya. Mungkin ayat 1-8, diucapkan sehubungan dengan naiknya Hizkia sebagai raja Israel saat itu. Tetapi, rupanya Hizkia tidak sepenuhnya berhasil memenuhi keinginan rakyat. Bacaan ini menyiratkan nubuatan janji Mesianis. Sekitar dua ribu tahun yang lalu, nubuat itu tergenapi dalam diri Yesus Kristus. Dia adalah Raja yang benar; bahkan Dia sendiri adalah kebenaran (Yoh. 14:6). Karena itu "di mana ada kebenaran, di situ tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran adalah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya" (Yes. 32:17). Adil dan benar yang dunia tawarkan baru dapat diberlakukan jika kuasa dan harta campur tangan. Itulah konsep keadilan dan kebenaran yang dunia tawarkan. Bayangkan bila orang-orang yang berkuasa dan berharta saja yang memperoleh perlakuan itu; sedangkan rakyat jelata yang tak berharta atau berkuasa hanya menjadi korban kebuasan penguasa lalim! Harus pupuskah perjuangan demi keadilan dan kebenaran? Yesus Kristus yang adalah "Kebenaran dan Hidup", membuka tangan menawarkan keadilan yang sesungguhnya. Berbahagialah yang menyambutnya

Pdt. Jansen Simanjuntak, STh
Kehadiran raja yang adil mengarah kepada perubahan menuju yang lebih baik. Dari pesimis menjadi optimis, itulah yang diharapkan dari kita dalam menjalankan tugas dan kewajiban kita. Kehadiran raja yang adil, itulah Yesus Kristus membawa kita kepada perubahan mulai cara berpikir dan tindakan. Pilkada yang sudah berlalu dan yang masih berlangsung, semua masyarakat mengharapkan hadirnya pimpinan yang mensejahterakan rakyat, akan tetapi sebagai masyarakat kita tidak bisa berpangku tangan menantikannya untuk terealisasi. Bahkan banyak pimpinan yang kemudian mengecewakan rakyat yang memilihnya, untuk itu sama seperti peringatan Yesaya kepada raja Yehuda, Ahas, agar tidak bergantung kepada Asyur, melainkan cukup hanya kepada Tuhan, kita diingatkan agar kita jangan sekali-kali mengandalkan dan berharap kepada kekuatan manusia, tetapi senantiasa mengandalkan Tuhan.

St. Raja PS. Janter Aruan, SH, MH
Perikop ini juga mengisahkan keadaan bangsa Israel yang mengharapkan kehadiran raja yang membawa mereka keluar dari pelbagai masalah dan penderitaan bangsa mereka. Dan nubuatan ini kemudian digenapi oleh kehadiran Yesus Sang Mesias. Dengan kehadiran Yesus, perubahan yang ditawarkannya ternyata tidak seperti yang diharapkan bangsa Israel di bawah pemerintahan Romawi. Perubahan dengan jalan perang untuk membebaskan mereka dari jajahan Romawi, melainkan perubahan yang mengarah pada pribadi bangsa itu. Perubahan itu juga yang diharapkan dari kita, di masa Advent I menjelang kelahiran Yesus, kita diajak untuk mempersiapkan diri dengan melakukan perubahan diri menuju yang lebih baik. Misalnya, dengan memberikan nilai lebih dari kinerja kita di kantor pusat HKI sesuai dengan tugas kita masing-masing.

Pdt. Edwin JP. Manullang, STh
Hanya dengan kuasa Tuhan kita dapat melakukan perubahan dalam diri dan juga lingkungan kita.

Pdt. Jansen Simanjuntak
Tentang penderitaan dan sukacita, Allah dapat memakai keduanya untuk menyapa manusia agar menyadari hubungannya dengan Tuhan, bahkan perantaraan orang lain sekalipun. Perihal menjadi pemimpin, lewat hidup Yesus kita belajar bahwa menjadi pemimpin tidak harus duduk di tahtanya, melainkan seorang pemimpin juga dapat memimpin dengan berada langsung di tengah-tengah rakyatnya, bahkan dengan cara kedua tersebut transformasi di tengah-tengah masyarakat lebih cepat terwujud. Melalui masa Advent I ini, kita diharapkan untuk mempersiapkan diri kita dengan melakukan transformasi diri dalam terang kasih Kristus.

(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Pdt. Edwin JP. Manullang, STh)