Thursday, February 14, 2008

Artikel Pembinaan Warga Gereja

Berpacaran Untuk Muda-Mudi Kristen
(Oleh : Pdt. Hopol M.Sihombing, STh - Bandung)
Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia ..... (Kidung Agung 2:16)
Happy Valentineday 2008

Moment Valentineday 14 Pebruari, termasuk termasuk muda-mudi Kristen sangat kerap dirayakan sebagai hari yang berbunga-bunga. Bahkan sudah menjadi umum jika hari itu seolah dikhususkan bagi orang yang sedang berpacaran. Walaupun kadang juga dipakai oleh Bapak dan Ibu yang sudah berkeluarga sebagai hari bernostalgia tentang cinta. Atau kasih sayang Ibu kepada anak-anaknya. Tetapi pada kesempatan ini, saya mau khususkan; valentin kepada kaum muda/i gereja.
Memang dalam ensiklopedia Roma Katolik dicatat tentang valentin. Tetapi pernah juga saya baca dalam buku lain, hari valentin diambil dari nama Valentinus seorang pemuda yang sangat mencintai seseorang gadis. Pemuda itu sebenarnya adalah pastor, sehingga tidak mungkin menikah. Maka rasa cintanya itu dia tulis sendiri dalam selembar surat pada saat dia akan meninggal demikian; “Kasih sayangku untukmu - dari Valentinus.” Tulisan itu membuktikan, cinta dan setianya tak berubah sampai dia mati.
Bagaimana dengan Anda, hai pemuda/i Kristen? Anda tahu ’kan Romeo dan Juliet? Ini pun kisah cinta yang indah untuk dibaca atau ditonton filmnya. Saya juga teringat dengan film yang dibintangi oleh Rahul (Sarukhan), Tina dan Angely. Film India tahun 1999 ini sangat menghebohkan dan populer apalagi dengan jawaban Rahul di sebuah Perguruan Tinggi (college) atas pertanyaan ibu dosennya; “Apa itu cinta?” Di kelas itu Rahul menjawab; “Kuch, kuch hota hai” (Love is friendship = Cinta adalah persahabatan). Benar, cinta bukan melulu bercerita tentang seks bahkan dalam tahap berpacaran tidak boleh melakukan hubungan badan (persetubuhan) karena diartikan sebagi perzinahan. Cinta bukan juga melulu sekitar kisah asmara bermesra-mesraan tak kepayang seolah orang lain sekedar penumpang di planet bumi ini. Tetapi cinta adalah di dalamnya terdapat kisah persahabatan, pertemanan dan keakraban.

Berpacaran Untuk Menikah
Pengertian saya pada tulisan ini, berpacaran adalah hubungan cinta dan kasih sayang bagi pemuda/i dan (memiliki kehendak, niat) selanjutnya untuk menikah. Jadi bukan dimaksudkan bagi yang mempunyai hubungan kasih sayang lalu putus dan cari yang lain. Istilah muda/i ’gonta-ganti’ pasangan. Atau juga sering disebut; “mata keranjang”. Atau juga certa tentang kisah seseorang yang bangga memiliki sekian banyak mantan kekasih. Tidak! Tetapi bagi kamu-kamu yang mempunyai hubungan asmara dan hendak menikah atau berkeluarga.
Tentu bagi orang berpacaran cepat atau lambat memang harus mengambil keputusan! Pada umumnya persoalan yang dihadapi yakni memastikan bahwa seorang kekasih adalah pasangan hidup yang tepat. Nah, memastikan inilah yang sering kali menjadi masalah, sebab ada kalanya hari ini merasa yakin, besoknya malah merasa bingung. Untuk mereka seperti ini termasuk dalam kategori “ya-bing” (ya yakin, ya bingung). Tetapi bagaimana pun juga harus memastikan bahwa kekasihnya adalah calon teman hidupnya.
Memang adalah tidak berlebihan bila sampai sekarang kita percaya urusan jodoh adalah dalam kuasa Tuhan yang menciptakan laki-laki dan perempuan. Untuk itu perlu bimbingan Tuhan di dalam menentukan pacar dan pasangan sehingga kuasa dan godaan iblis tidak menyesatkan muda/i krsitiani zaman ini. Karena itu, saya ingin membagikan beberapa petunjuk kiranya dapat berguna bagi kaum muda/i - generasi gereja.

PERTAMA, Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang mengasihi Tuhanmu.
Kembali saya mau katakan, maksud saya tentang berpacaran disini adalah hubungan cinta bagi yang akan dan menikah. Mari kita mulai; Beberapa hal dalam kasus ini, misalkan sengaja untuk berpacaran dan menikah dengan orang yang bukan seiman. Entah apapun itu kepercayaannya (baca: agama) selain Kristen, pastikan jangan memulai berpacaran dengan dia. Mungkin saja dia ganteng/cantik, punya duit, mobil dan rumah mewah, tutur kata yang manis dan menggoda, hei..... hati-hati jangan mulai menaruh hati kepadanya atau main mata dengannya. Banyak kisah, awalnya biasa-biasa saja, tapi makin lama makin jauh dan makin dalam. Akhirnya tak terelakkan dan terbawa arus hingga lupa bahkan kepada Yesus Penyelamat. Contoh lain; awalnya sekedar makan siang di restoran karena memang satu kantor, tetapi makin lama, wah..... tak terlupakan gambar wajahnya lalu-lalang dalam hayalan. Atau karena takut tak punya jodoh, akhirnya harus pindah agama. Dan gereja? Ya.... Good bye!!!
Memang tidak salah memiliki hubungan sosial kepada siapapun dengan latarbelakang kepercayaannya. Tetapi itu hanya sekedar pertemanan sebagai mahluk sosial dan kita berharap tidak seperti itu akhir ceritanya,yaitu akan menikah dan pindah agama, ya ’kan?
Karena itu bagi kaum muda/i gereja mulailah mempunyai komitmen yang sangat fanatik untuk memiliki pacar adalah seorang yang seiman. Jangan ambil langkah yang menyulitkanmu, Anda sekarang bukan dipilih menjadi seorang missioner (penginjil) pada zending, Anda sedang mau memilih jodoh dan berkeluarga, sadarilah itu! Kita mempunyai batasan-batasan dalam tujuan-tujuan hidup kita. Yah, tidak apa-apa kalau memang muda/i gereja juga mempunyai kesempatan atau pilihan untuk menyampaikan Injil dan mentobatkan orang lain menjadi Kristen. Tetapi tugas pentobatan itu harus murni, dan jangan memperalat perjodohan. Lagi pula tugas Anda pada kesempatan ini atau dalam topik ini bukan untuk menjadi tenaga missi pentobatan tetapi untuk mewujudkan firman Tuhan dalam Kej. 2:18, yaitu pasangan yang sepadan. Pada 2 Kor. 6:14 juga disebut “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”
Berikut, jika seorang pacarmu adalah seorang Kristen pun, ajaklah dan yakinkan pacar Anda sebelum menikah bukan sekedar mengaku bahwa ia seorang Kristen, melainkan seseorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budinya. Alangkah baiknya jika Anda dengan dia bisa bersama dalam ibadah kebaktian gereja, perayaan rohani, atau dalam pelayanan apapun itu bentuknya di gereja bagi kaum muda. Janganlah dia sama sekali tidak pernah tahu soal gereja, kebaktian, doa dan kerohanian.

KEDUA; Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang benar dan sungguh Anda cintai.
Bagi beberapa orang memang terjadi bahwa awalnya tidak begitu cinta, tetapi cinta bertumbuh setelah menikah. Itu adalah pengecualian saja. Tetapi lebih baik jika sejak awal bahwa seseorang harus memastikan pacarnya, pasangannya adalah orang yang paling dia cintai. Masih ingat ’kan “Kawin Paksa”; Siti Nurbaya menikah dengan datuk Meriggih seorang yang tidak dia cintai. Dalam cerita itu berakhir dengan kesedihan (sick ending) padahal kita ingin perjalanan hidup kita berakhir dengan bahagia (happy ending). Begitu juga dengan hidup seputar percintaan. Jangan kelak setelah berkeluarga terdengar bahwa seorang dari mereka berkata pasangannya bukan orang yang dia cintai. Jika begini, amburadul sudah pernikahan. Boleh jadi kasus ini berdampak pula pada perselingkuhan, padao-padao (pisah ranjang), gampang terjadi pecekcokan/ perkelahian. Karena itu cegahlah sedini mungkin keluarga yang berantakan (broken home ) dengan berawal dari menikahi orang yang sungguh dan benar-benar Anda cintai.
Pada setiap melakukan konseling pra nikah yaitu sebelum dan sesudah martumpol, saya selalu menanyakan hal ini kepada pasangan muda/i yang akan menikah. Jangan-jangan mereka menikah karena paksa, karena hutang. Jadi saya sebagai pendeta yang akan melakukan acara pemberkatan pernikahannya nanti, juga harus memastikan bahwa mereka berdua adalah pasangan yang saling mencintai.
Mari perhatikan juga salah satu episode kisah “Return of The Condor Heroes”, si Gadis Naga Kecil berkata kepada Yoko, “Asalkan aku dapat bersamamu, aku akan bahagia.” (kira-kira itulah intinya). Sudah tentu ungkapan seperti ini adalah salah satu akibat dari perasaan tatkala sedang mengasihi seseorang. Namun, ungkapan ini sekali-kali bukanlah kasih itu sendiri, itu adalah hanya kata-kata.
Atau jelasnya begini, bedakanlah kedua makna pernyataan ini. 1) “Karena saya mengasihimu, maka saya ingin hidup bersamamu.” 2) “Saya ingin hidup bersamamu, oleh sebab itu saya akan mengasihimu.” Kedua kalimat ini tidaklah sama meskipun secara sepintas terdengar serupa.
Kalimat pertama menunjukkan bahwa keinginan hidup bersama timbul dari kasih; jadi kasih dahulu setelah itu baru muncul keinginan untuk hidup bersama. Sedangkan kalimat kedua memperlihatkan bahwa keinginan hidup bersama mendahului kasih dan kasih seolah-olah dianggap pasti ada, oleh karena adanya keinginan hidup bersama.
Menurut saya, yang sehat adalah yang pertama; “Berhasrat untuk hidup bersamanya dalam mahligai pernikahan karena mengasihinya.”

KETIGA: Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang mengasihi diri Anda dan keluarga Anda.
a) Coba pelajari, apakah pacar Anda berkata; “Aku cinta kamu” karena harta orang tuamu. Atau jangan-jangan karena kemewahan yang ada padamu. Ini perlu Anda tahu atau Anda rubah. Banyak hal terjadi, sebenarnya ia pacaran hanya untuk sekedar harta warisan atau dan lain sejenisnya. Dalam hati, mumpung bisa menjadi tempat bersandar, itu saja.
b) Sangat menyakitkan pula bagi seseorang dengan istilah cinta sebelah atau bertepuk tangan sebelah. Dayung tak bersambut, apa boleh buat walau selalu menunjukkan perasaan hati dan cinta, tetapi selalu ditolak dan tidak dihiraukan. Oke, lebih baik saja realis, lebih baik mencintai orang yang mencintai Anda. Ingat, karena hasilnya lebih manis dan lebih indah. Coba pikirkan alangkah indahnya, jika Anda memiliki pacar yang mencitai Anda, pacar yang mau mendoakan, menolong dan memberikan kesejukan apalagi saat Anda sedang menghadapi kesulitan. Bahagia rasanya jika Ia mau berbagi dan peduli.
Jangan takut, Anda harus percaya, Tuhan akan menolongmu jika Anda sungguh memohon petunjuk dan pertolonganNya. Jangan ragu sedikit pun, pacar atau jodohmu Tuhan tahu dan Dia sediakan yang terbaik bagimu. Mulailah berdoa supaya Tuhan mempertemukan orang yang menjadi pacarmu atau pasangan yang sungguh dan benar-benar mencitai Anda. Oke?
c) Tentang mengasihi keluarga Anda. Anda pasti senang jika pacarmu bersahabat dan diterima oleh keluarga. Tentu untuk ini perlu adaptasi dan keterbukaan hati. Jadi bercinta sebagai muda/i gereja baiknya jangan hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga sekelilingmu, salah satunya adalah keluarga Anda, Bapak – Ibu, Saudara dan sepupu. Dia juga harus dapat bergaul dan menerima keluarga Anda, jangan hanya Anda saja. Karena bagaimana pun, Anda dan keluarga adalah orang-orang yang bertumbuh di dalam kasih sejak lama. Jadi tidak boleh dipisahkan hanya karena kehadiran pacar atau pasangan Anda. Bayangkan jika nanti, pasangan Anda tidak bisa menerima, tidak ada kecocokan dengan semua anggota keluarga besar Anda, bagaimana? Saya yakin Anda tidak siap untuk memiliki pacar/ pasangan yang tidak mengasihi keluargamu, ya ’kan? Karena itu pastikan bahwa pacarmu juga mengasihi keluarga besar.

KEEMPAT, Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang dapat mengasihi dirinya.
Bukan maksud saya, jika seorang mengasihi dirinya lalu lupa mengasihi orang lain. Karena point ketiga diatas saya sebutkan orang yang mengasihi diri Anda dan keluarga Anda. Lalu bagaimana dia mengasihi dirinya dan Anda?
Maksud saya begini, ada banyak orang memiliki “omong besar” dan berkata; aku mencintaimu, padahal dirinya sendiri tidak diurus, tidak disayangi. Mungkin tidak berlebihan bila saya katakan; banyak orang sejak muda suka mabuk-mabuk, judi, begadang, gaya hidup tak karuan, pola makan tak teratur. Mungkinkah dia mampu mencintai Anda sedang dirinya tidak ia cintai?
Tetapi sebaliknya, seseorang yang mengutamakan kepentingannya belaka ialah seseorang yang egois dan serakah. Keseimbangan antara mengutamakan orang lain dan mengutamakan diri sendiri memang harus dijaga dengan hati-hati. Namun, yang jelas orang yang dapat menghargai dirinya barulah bisa menjadi orang yang menghargai orang lain. Tanpa penghargaan diri, penghargaan terhadap orang lain merupakan kewajiban semata-mata atau keluar dari rasa kurang aman secara paksa dan tidak tulus.
Singkat kata, nikahilah seseorang yang hidup dalam perintah dan firman Tuhan. Barulah setelah itu Anda dapat menikmati pernikahan yang agung.

Perlu Anda Tahu Ketika Berpacaran.
1. Hendaknya jangan memakai kesempatan di gereja dan lokasi gereja untuk berpacaran. Walau Anda satu gereja atau bersama-sama ke gereja misalnya beribadah Minggu, belajar koor, PA, olah raga dan kegiatan lainnya, tetapi janganlah pakai lokasi gereja menjadi lokasi berpacaran, lokasi bercinta-cinta.
2. Jika tidak keberatan, beritahukan perjalanan atau lika-liku hubungan asmara Anda kepada pendeta juga minta dukungan dan doa.
3. Minta petunjuk dan nasehat dari orang tua Anda, dan/ atau dari keluarga, kawan-kawan.
4. Jangan pernah melakukan hubungan badan (persetubuhan) pada masa berpacaran. Ingat keluarga kristiani adalah keluarga yang dimulai dengan pemberkatan pernikahan di gereja. Ada waktunya untuk semua itu, tentu setelah Anda menikah.
6. Pada masa pacaran harus disempatkan untuk saling adaptasi, belajar, saling mengetahui beberapa hal kesukaan dan selera, mencari cara terbaik bagaimana pemecahan masalah dan lain-lain menuju yang terbaik.
7. Pada masa berpacaran perlu juga ada canda-tawa dan waktu untuk rekerasi bersama.
8. Jika mau menikah, selesaikan terlebih dahulu perkuliahan Anda bagi yang masih kuliah.
9. Jika akan menikah persiapkan kematangan diri dan mental termasuk hal-hal yang perlu di dalam mendukung keutuhan keluarga secara ekonomi dengan memiliki pekerjaan yang jelas.

Peran orang tua perlu Anda perhitungkan.
Pasti ada sekian banyak nasehat yang dapat diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya saat akan atau saat berpacaran. Tetapi dua hal ini sangat perlu Anda perhatikan dari orang tua Anda.
1) Bilamana orang tua Anda menyediakan suatu sarana pertemuan para pemuda/i Kristen atau pemuda gereja, jangan merasa tabu. Hal ini boleh saja salah satu cara orang tua untuk mempertemukan anak-anak muda Kristen dan seiman kalau-kalau di sana Anda boleh melihat calon pacarmu. Saya pikir bahwa di zaman ini sudah saatnya juga supaya orang tua memiliki peran dan mau memberikan waktu untuk membantu anak-anak gereja menemukan pacarnya. Karena ada sekian banyak orang tua akhirnya uring-uringan setelah mengetahui bahwa anaknya pacaran dan akan menikah dengan orang tak seiman, atau dengan orang yang sifat/sikapnya tak jelas. Karena itu, orang tua dan anak boleh saling tukar pikiran dalam hal ini walau tanpa harus mendikte anaknya. Karena bagaimanapun pemuda/i harus diyakini adalah seorang yang sedang bertumbuh dan mempunyai wawasan.
2) Soal waktu pernikahan supaya Anda membicarakannya secara matang dengan orang tua Anda. Jangan terlalu memaksakan diri. Demikian juga dengan bentuk dan aksesoris pesta pernikahan supaya disesuaikan dengan dana/ kemampuan.
Kiranya tulisan ini dapat menolong Saudara/i, kaum muda/i sebagai penerus gereja. Tuhan memberkati.

Salam: Pdt. Hopol M. Sihombing, STh.
HP. 08159834189, Rumah. 022-7509786, Kantor. 022-7564037
E-mail:
Hopolrev@yahoo.com)