Thursday, December 11, 2008

Artikel MBW Edisi Desember 2008 - Januari 2009

FOKUS :

PERANAN PENDETA HKI DALAM KEHIDUPAN BERIMAN WARGA HKI DI ZAMAN INI DAN MENDATANG
Oleh: Pdt. F. Sibarani, M.Th

1. Pendahuluan
Setelah lebih dahulu mengetahui situasi masa kini Kehidupan beriman warga HKI dan pelayanan Pendeta HKI secara umum, segera dilihat dan diakui bahwa peranan Pendeta HKI sangat dan akan semakin strategis dalam kehidupan beriman warga HKI. Dalam hal ini pendeta HKI harus melibatkan diri lebih nyata dalam kehidupan beriman warganya, tidak dalam kepassipan tetapi dalam peran yang aktif dan kreatif. Dari Pendeta HKI zaman sekarang sangat didambakan adanya kesanggupan secara langsung aktif dan efektif melaksanakan peranannya dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan beriman warga HKI.
Tentu ada banyak peranan Pendeta HKI dalam kehidupan beriman warganya. Tetapi disini akan diperhatikan apa peranannya secara lebih khusus berdasarkan beberapa kata kunci. Untuk maksud itu, tulisan ini hanya sedikit teoritis dan lebih bersifat praktis.

2. Peranan Sebagai Bapa, Ibu dan Nenek
Ada panggilan yang sangat istimewa kepada Pendeta HKI dari warganya. Pendeta laki-laki dipanggil “Amang” (Bapa) dan Pendeta wanita dipanggil “Inang” (Ibu). Panggilan itu adalah sebuah peranan, yaitu sebagai bapa di dalam iman dan sebagai ibu di dalam iman. Maka bagi Pendeta HKI, warganya adalah “anak” di dalam iman. Di Alkitab dicatat akan rasul Paulus yang memanggil Timotius sebagai anaknya yang sah di dalam iman (1 Tim 1 : 2).
Pendeta HKI juga mendapat panggilan “Ompung” (nenek) oleh warga jemaatnya. Teringat akan pengalaman saya kali pertama sebagai Pendeta di HKI Resort Tarutung Barat. Sekalipun belum menikah, saya langsung mempunyai ratusan cucu. Anak-anak sekolah minggu HKI bahkan anak-anak Kristen lainnya yang bukan HKI memanggil saya “Ompung”. Awalnya terasa lucu. Ternyata panggilan itu adalah peranan sebagai nenek di dalam iman. Di Alkitab ada disebutkan mengenai Lois nenek kandung Timotius yang juga memerankan peranan sebagai nenek di dalam iman baginya. (2 Tim 1 : 5).
Sejarah pelayanan pendeta HKI mencatat bahwa peranan sebagai bapa, ibu dan nenek di dalam iman menempatkan Pendeta HKI dalam kedudukan yang tinggi, hormat dan mulia di tengah-tengah warga HKI. Kedudukan ini sekaligus juga merupakan wibawa, kekuatan, kesempatan dalam membina kehidupan warga HKI yang beriman.
Melihat kenyataan di zaman ini, dimana warga HKI semakin membutuhkan Pemimpin iman, teladan iman, maka peranan pendeta HKI sebagai bapa, ibu dan nenek dalam iman bagi warga HKI harus dilestarikan dan ditingkatkan menjadi lebih nyata, lebih baik.
3. Peranan Sebagai Saluran Berkat
Kesediaan menjadi Pendeta HKI adalah kesediaan menjadi berkat bagi warga HKI. Kalau pepatah Romawi pernah mengatakan, bahwa manusia bagi sesamanya adalah serigala (homo homini lupus), maka Pendeta HKI tampil mencanangkan dan mengisi seluruh jiwa dan raganya menjadi berkat bagi warga HKI atau sesama (homo homini salus). Perjuangan Pendeta HKI sekali-kali bukan semata memperkaya diri tetapi memperkaya diri demi memperkaya warga HKI. Pendeta HKI boleh kaya, dan itu baik, tetapi jangan lupa akan peranannya sebagai bapa, ibu dan nenek adalah untuk menjadi berkat bagi warga HKI. Artinya, bagi warga HKI yang miskin dan sangat membutuhkan pertolongan baiklah Pendeta HKI membantunya. Walau Pendeta HKI miskin, ia tetap sebagai saluran berkat.
Tentu Pendeta HKI senang dan bersyukur bila mendapat “jalang-jalang”. Baiklah “jalang-jalang” itu diharapkan dan didoakan pada Tuhan agar selalu ada. Baiklah Warga Jemaat selalu bermurah hati memberi “jalang-jalang” kepada pendetanya. Tetapi sebaliknya pendeta HKI harus tergerak belas kasihan sehingga mau dan sukacita memberi “jalang-jalang” kepada warga yang kelaparan, yang sangat susah karena sakit dan tidak ada uang berobat. Ada saat menerima, ada saat memberi. Ya, jadilah Pendeta HKI sebagai saluran berkat dengan meneladani Kristus yang membuat jemaat menjadi kaya oleh (dari) kemiskinannya (2 Kor 8 : 9)
Karena Pendeta HKI adalah saluran berkat maka tak boleh ada yang sedih, menangis maupun menolak ditempatkan di daerah miskin atau desa terpencil. Juga tak boleh ada penundaan penempatan pendeta di suatu Jemaat, Resort, Daerah bila sangat dibutuhkan hanya karena rumah dinas belum tersedia, gaji belum bisa dipenuhi, sarana prasarana belum dilengkapi. Justru sebaliknya, Pendeta harus lebih cepat ditempatkan ke sana untuk membawa berkat, agar ia bersama warga dapat membangun rumah dinas, membuat gaji dapat dipenuhi., sarana prasarana dapat dilengkapi. Bila pendeta HKI ditempatkan di daerah terpencil dan miskin, itu adalah kesempatan berkarya untuk memperkaya warga jemaat setempat. Dengan demikian tidak ada lagi jemaat, resort atau daerah yang menolak penempatan pendeta karena alasan tidak mampu atau miskin. Justru sebaliknyalah yang akan terjadi, karena tidak mampu atau miskin, mereka memerlukan dan memohon penempatan pendeta dengan segera. Pendeta bukan beban yang dipikul jemaat melainkan turut memikul beban jemaat sehingga menjadi lebih ringan.
4. Peranan Sebagai Pendamai
Pendeta HKI mempunyai peranan sebagai tokoh pendamai atau juru damai. Pertama, pendamai bagi warga jemaat terhadap Allah. Abraham adalah tokoh pendamai yang tampak dalam usahanya bagi Sodom dan Gomora. Dia menaikkan doa syafaat untuk keselamatan Sodom dan Gomora yang sangat jahat di mata Tuhan, sekalipun hanya keluarga Lot yang diselamatkan (Kej. 19). Pendeta HKI berperan membawa Warga jemaat HKI yang berdosa untuk berdamai dengan Allah. Contohnya, bila ada warga jemaat yang kaya dari penghasilan yang haram, misalnya korupsi, Pendeta membawanya berdamai kepada Allah, artinya menuntunnya agar bertobat sehingga ia selamat. Jangan karena orang tersebut suka memberi uang ke gereja atau kepada Pendeta sendiri, maka Pendeta membiarkannya bahkan bergembira ria dengan keadaan itu. Hal sedemikian memperlihatkan bahwa Pendeta hanya perlu uangnya bukan keselamatan warganya. Pendeta disini bukan pendamai. Kedua, Pendeta HKI adalah pendamai bagi sesama pendeta. Terlebih di tahun Koinonia HKI 2008 ini, Pendeta HKI di semua struktur atau tingkatan harus membawa damai bagi sesamanya pendeta HKI. Hendaklah peranan pendamaian itu benar, jujur dan tulus demi keutuhan HKI sebagai Tubuh Kristus. Tidak patut ada persahabatan dengan seseorang atau segolongan demi kepentingan diri atau segolongan dengan memusuhi atau mendiskreditkan seseorang atau segolongan lain. Jangan pula ada dusta di dalam persahabatan. Jangan ada persahabatan seperti Herodes dan Pilatus yang demi merealisasikan kehendak atau kepentingan sendiri maupun segolongan menciptakan permusuhan kepada seseorang atau segolongan lain (bnd. Luk 23 : 12). Sesungguhnya damai dalam kehidupan HKI membutuhkan kurban pendamaian. Kurban itu adalah Pendeta HKI yang rela mengorbankan kepentingan diri demi damai di HKI. Peranan pendeta HKI sebagai pendamai terhadap sesama pendeta menjadi teladan damai bagi para pelayan HKI lainnya dan bagi seluruh warga HKI.
5. Peranan Sebagai Penyembah Sejati
Salah satu tujuan yang tidak boleh disepelekan oleh Pendeta HKI dalam melayani adalah agar semua warga HKI menjadi penyembah sejati Allah. Gereja HKI didirikan dan dipelihara oleh Allah untuk menjadi gereja penyembah sejati Allah. Sementara Pendeta HKI ditetapkan oleh Allah untuk menjadi hamba atau pemimpin penyembah sejati Allah.
Sebagai penyembah sejati tidak akan ada Pendeta HKI yang mengambil uang atau harta HKI demi kepentingan diri atau keluarganya. Pendeta HKI tidak akan menyelewengkan uang gereja sekalipun tidak ada uangnya. Pendeta HKI harus meneladani Abraham yang mempersembahkan anaknya Ishak kepada Tuhan (Kej. 22). Penyembah sejati mengorbankan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (bnd. Yoh 15 : 13). Sahabat-sahabat Pendeta HKI adalah warga HKI. Pendeta HKI mengorbankan segenap hati, pikiran, tenaga, apa yang ada padanya dan hidupnya sendiri demi warga HKI.
Sebagai pemimpin penyembah sejati Allah, pendeta HKI harus memimpin warga HKI menjadi gereja penyembah sejati Allah. Salah satu ciri dari gereja penyembah sejati Allah adalah kemandirian dalam memberi persembahan kepada Allah. Artinya memberi persembahan kepada Allah adalah dari apa yang ada padanya, bukan apa yang ada dari pihak lain. Sudah saatnya kita menjadi gereja penyembah sejati Allah dalam pembangunan gereja, penyelenggaraan Sinode, pembinaan warga jemaat dan kegiatan lainnya dengan kemandirian pendanaannya dari HKI. Tidaklah sejati bila biaya pelaksanaan penyembahan (ibadah) pada perayaan Natal, pembagian kasih Natal (seperti sembako) adalah hasil dari meminta-minta dari orang lain, perusahaan yang bukan warga HKI.
6. Penutup
Peranan pendeta HKI sangat strategis, yakni sebagai pemimpin iman, teladan iman, saluran berkat, pendamai bagi warga HKI dan pemimpin warga HKI menjadi penyembah sejati Allah. Sejatinya kehidupan beriman warga HKI yang terberkati, yang penuh sukacita dan damai sejahtera tidak terlepas dari peranan Pendeta HKI. Baiklah tiada Pendeta HKI tanpa peranan yang nyata bagi sekalian warga HKI.

Wawasan

PANDANGAN PROTESTAN TENTANG GEREJA KATOLIK DAN RELEVANSINYA DALAM KERJASAMA OIKUMENE
Oleh : Pdt. Langsung Maruli Sitorus

(Sambungan edisi lalu - Habis)
6. Sikap sekarang yang dilatarbelakangi perubahan pandangan terhadap RK
Semua gereja reformasi di Sumatera Utara tidak ada yang menyangkal keabsahan baptisan yang dilakukan oleh gereja Katolik. Tetapi gereja yang menganjurkan pembaptisan ulang, seperti GKII, menyangkal keabsahan baptisan (terutama baptisan anak dan baptisan percik) yang dilakukan oleh gereja reformasi dan gereja Katolik.
Dulu gereja reformasi masih menganggap kurang lengkap pendidikan konfirmasi yang diperoleh seorang pemuda Kristen dalam pelajaran konfirmasi yang diterimanya semasa dia masih Katolik. Sehingga apabila seorang pemuda/pemudi hendak menikah kepada pemudi atau pemuda di gereja reformasi, pekerja gereja di gereja reformasi masih meminta agar katolik itu harus belajar sidi lagi dan disidikan dalam acara kebaktian minggu. Sikap seperti itu masih berlaku hingga tahun 2000. Tetapi berkat pergaulan umat kedua gereja tersebut (Yang reformasi dan yang Katholik) dan berkat kesadaran bahwa mutu pelajaran konfirmasi dengan mutu pelajaran sidi sudah disadari sebagai tidak terlalu berbeda, kecuali dalam hal ajaran yang memang berbeda, maka gereja-gereja reformasi sudah meninggalkan sikapnya, yang menuntut agar anak Katolik yang hendak nikah di gereja reformasi harus disidikan terlebih dahulu.
Kalau dulu keluarga yang menyetujui anaknya nikah di katolik dan anak yang nikah di katolik diekskomunikasi atau sedikitnya dibuat menjadi anggota yang harus belajar ulang, sekarang ini sikap dan pandangan sedemikian tidak dijalankan lagi. Yang Katolik dan yang protestan sudah dapat lama-lama bersukacita menghantar putra/putri mereka menerima pemberkatan nikah di hadapan altar Tuhan yang di katolik maupun yang di gereja protestan, dan bersuka cita bersama memestakan atau rnengadatkannya. Tetapi memang seperti dicatat di atas, bahwa pendeta gereja protestan dan pastor katolik bersama-sama memberikan pemberkatan nikah untuk sepasang calon suami isteri di gereja protestan belum pernah dilaksanakan sampai sekarang. Mungkin RK sudah lebih maju dalam mengijinkan pastor dan pendeta gereja protestan bersama-sama memberkati pernikahan putra/putri di depan altar katolik.
7. Sampai sekarang gereja-gereja reformasi masih belum dapat menerima pelaksanaan sakramen perjamuan kudus seperti Katolik menjalankan misa atau ekaristi. Dan mungkin sekali gereja Katolik juga masih sangat menolak pelaksanaan perjamuan kudus yang diselenggarakan oleh gereja-gereja reformasi. Tetapi sewaktu gereja Katolik mengizinkan orang non-katolik menerima misa, anggota gereja reformasi tidak terlalu keberatan untuk dapat mengikutinya. Tetapi, apakah di masa depan, bahwa anggota gereja Katholik diizinkan menerima perayaan Perjamuan Kudus yang diselenggarakan gereja-gereja Reformasi. Mungkinkah kedua gereja (Protestan dan Katolik) dapat lebih berani mempercayai bahwa Tuhan Yesus sendiri yang melayankan Perjamuan Kudus itu, dan penerima/peserta Perjamuan Kudus atau Misa, tidak perlu mempersoalkan bagaimana Tuhan-Yesus melayankannya. Yang utama adalah, bahwa anugerah Tuhan yang diberikan melalui perayaan Perjamuan Kudus atau Misa itu yang perlu dinikmati oleh para peserta Perjamuan Kudus atau Misa yang diselenggarakan Tuhan dalam gereja-Nya. Cara Tuhan menjamu peserta perjamuan-Nya tidak dapat membatalkan anugerah Tuhan yang diserahkannya.
8. Pergaulan Protestan dan Katolik
Sudah kenyataan, bahwa umat Kristen yang Protestan dan yang Katolik berbaur di tengah masyarakat, terutama dalam Punguan Marga dan Perkumpulan Serikat Tolong Menolong. Dua organisasi Kristen ini di tengah umat Kristen dan Katolik, mengadakan kebaktian-kebaktian rutin sedikitnya sekali sebulan. Mereka dapat memuji Tuhan bersama, bersukacita bersama, tanpa terusik dengan kekatolikan dan keprotestanan. Kumpulan-kumpulan ini sangat lebih ekumenis dibandingkan dengan gereja protestan dan katolik dalam pergaulan antar gerejawinya. Mungkinkah gereja protestan dan gereja katolik secara bersama-sama mengejar ketertinggalan mereka dibanding masayarakat yang sudah lebih indah pergaulannya?

9. Penutup
Mudah-mudahan catatan singkat mengenai ‘Pandangan Protestan tentang Gereja Katolik dan Relevansinya dalam kerjasama ekumene’, dapat membuka wacana peserta diskusi dan dialog ini untuk saling semakin memahami keadaan yang sebenarnya.

TRAINING HAM:
Gereja dan Penegakan HAM
Peran Gereja: Dimana?

Oleh Eliakim Sitorus
*)

Kita patut senantiasa bersyukur kepada Tuhan, yang telah menyatakan kasih dan pemeliharanNya terhadap umatNya di Sumut, melalui kehadiran Program Konsultansi Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) bagi Gereja Anggota Sekretariat Bersama (Sekber) UEM.
Kegiatan yang baru saja terlaksana adalah Training/Pelatihan tentang Hak Asasi Manusia (HAM) fokus pada hak ekonomi, sosial dan budaya (EKOSOB) juga hak sipil dan politik (SIPOL) bagi para pendeta dan pengerja gereja. Pelatihan ini berlangsung pada tanggal 10 – 14 September 2008, bertempat di training centre atau sopo Perhimpunan KSPPM di Girsang I, Kecamatan Sipangan Bolon Parapat, Simalungun.
Saat peresmian pembukaan pelatihan hadir Ephorus GKPS Pdt. Belman Dasuha, STh mewakili pimpinan Gereja Sekber UEM. Beliau, dalam kotbah pembukaan mendasarkan uraiannya dari Efesus 4 : 2 – 4, “Gereja harus memainkan peranan dalam perjuangan penegakan HAM dengan sikap selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar”. Inilah menjadi pijakan awal dalam seluruh rangkaian training tersebut. Peserta berjumlah 26 orang, berasal dari gereja-gereja anggota Sekber UEM di Sumut juga lembaga mitra, seperti Persekutuan Diakonia Pelangi Kasih (PDPK).
Dari HKI sendiri turut sebagai peserta latih adalah Pdt. Sadaventus Nadapdap dari HKI Tigalingga dan Vik. Pdt. Manamba Pasaribu dari HKI Ajibata. Sesungguhnya Konsultan KPKC Sekber UEM mengundang tiga orang peserta dari tiap gereja.
HAM adalah Pemberian Tuhan.
Pentingnya pelatihan sejenis ini, mengingat realitas perkembangan terkini dalam kehidupan masyarakat kita berbangsa dan bernegara menunjukkan masih terus adanya fenomena pelanggaran HAM. Misalnya pelarangan kegiatan ibadah agama tertentu oleh pihak lain, yang beda agamanya. Pengrusakan rumah ibadah dengan berbagai alasan, yang sering kali tidak masuk akal, melawan hukum dan sentimen agama. Kehidupan masyarakat sangat terganggu ketika pemerintah tidak dengan tegas memberikan perlindungan HAM bagi warganya dan menghukum pelaku pelanggaran HAM tersebut.
Walaupun Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM dan UU NO. 26 tentang Peradilan HAM sudah diberlakukan, maka tidak dengan serta merta pelanggaran HAM berhenti di negara kita. Termasuk juga walaupun konvensi PBB tentang HAK Sipil dan Politik, (SIPOL), Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (EKOSOB) sudah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia ke dalam bentuk undang-undang, namun sekali lagi pelanggaran hak masyarakat masih terus berlangsung.
Karena itulah, HAM yang adalah hak yang diberi oleh Tuhan kepada manusia ciptaanNya, yaitu hak hidup, hak berkeyaknan, hak menentukan pilihan ideologi, dan lain-lain, sesungguhnya sesuatu yang harus disyukuri, sebab itu adalah berkat Tuhan semata, bukan pemberian negara atau pemerintah kepada orang per orang. Jadi HAM melekat dalam diri setiap orang, begitu dia lahir menjadi manusia. Itu sebab disebut HAK ASASI yang tidak bisa dicabut oleh siapapun, termasuk oleh negara.
Turut hadir sebagai narasumber atau pelatihan dalam kesempatan ini antara lain Ibu Saur Tumiur Situmorang, SH. MCD yang memberi masukan tentang Nilai-nilai Kemanusiaan. Ini materi yang sangat menarik, sebab memang nilai kemanusiaan yang bersifat universal menjadi dasar bagi semua umat manusia di planet bumi untuk saling menghargai. Saur Tumiur, yang sehari-hari bekerja sebagai aktivist LSM CREDO juga menambahkan materinya tentang pengenalan secara mendasar apa itu HAM.
Lalu, Bapak Dr. Jayadi Damanik memperkenalkan dengan seksama Institusi Penegakan HAM, baik di tingkat nasional, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), di mana beliau bekerja sebagai staff peneliti, juga di level internasional seperti Dewan atau Komisi Tinggi PBB untuk urusan HAM. Damanik, yang menyelesaikan program doktoral Hukum HAM dari Univeritas Pajajaran Bandung itu, juga memberikan banyak contoh berbagai produk UU dan Peraturan di negera kita yang berpotensi melanggar HAM masyarakat. Berbagai Peraturan Daerah (Perda) berbias syarat Islam misalnya, sesungguhnya adalah pelanggaran HAM bagi warga negara ini yang tidak mensyaratkan syariat seperti itu dalam ajaran agamanya.
Dua pelatih atau narasumber lainnya, masing-masing Arifin Telaumbanua, SH yang adalah Sekretaris Pelaksana Perhimpunan KSPPM melatih asa dan akal kami peserta bagaimana menegakkan HAM di lingkungan kita dan gereja, serta membangun solidaritas sesama. Diikuti oleh Ibu Reantinova Gurusinga, SH, juga staff KSPPM, mengasah sensitivitas peserta latih dengan memberikan contoh-contoh konkrit pelanggaran HAM di sekitar kita. Dalam diskusi yang sangat menarik, peserta menggumuli keberhasilan dan kegagalan penegakan HAM di tengah msyarakat terkhusus hak ekonomi, sosial dan budaya. Peran Gereja: Dimana?
Di samping studi di kelas selama tiga hari, peserta juga melakukan anjangsana atau kunjungan lapangan ke dua tempat, yaitu Desa Siruar, Porsea, Tobasa dan ke Tanah Jawa Simalungun. Di dua tempat yang berbeda tersebut peserta exposure menyaksikan proses pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat negara dan atau pengusaha kepada masyarakat tani atau penduduk di tempat itu.
Ini sangat menarik, sebab selama ini banyak di antara peserta yang adalah pendeta dan pekerja sosial gereja, kurang peka terhadap masalah-masalah riil di lapangan seperti yang dilihat ini. Di bagian akhir proses pelatihan, ada semacam refleksi atas pertanyaan, ’apa yang harus kita lakukan setelah usai dari pelatihan ini?’. Setidaknya peserta berucap, tidak akan menjadi pelanggar HAM orang lain. Juga ada yang bermaksud segara akan mensosialisasikan ilmu pengetahuan tentang HAM yang diperolehnya di pelatihan ini kepada warga gereja dan sesama pelayan di gerejanya. Tentu belum banyak yang sudah diperleh, tetapi itupun jika diterapkan pasti sudah banyak faedahnya dalam pertumbuhan kesadaran warga jemaat.
Itulah memang harapan dari Program KPKC Sekber UEM, sebagaimana disampaikan oleh Eliakim Sitorus – konsultan KPKC Sekber UEM, baik di awal pembukaan maupun saat penutupan pelatihan tersebut. Harapannya adalah agar gereja semakin memainkan perannya dalam penanggulangan pelanggaran HAM yang masih marak di tengah masyarakat. Agar Gereja bisa menjadi pendorong penegakan HAM, maka sudah pasti greja jangan melakukan pelanggaran HAM bagi pekerjanya dan warganya.
Gereja harus berada di pihak korban. Lalu bersama institusi lain gereja menjadi kekuatan penekan bagi para pelaku pelanggaran HAM dan kekerasan lainnya. Hanya saja dalam penegakan HAM gereja harus senantiasa berdasarkan pada kelemahle,mbutan, panjang sabar dan berdasarkan kasih.
Tuhan Sang Raja Gereja kiranya menyertai dan menguatkan setiap jemaat dan pelayan untuk melakukan amat tugas agung:”Beritakanlah Injil (Kabar baik) kepada segala makhluk.” (Markus 16: 15B). HAM adalah salah satu dari antara kabar baik tersebut. Sejauh manakah HKI sudah hadir untuk mangabarkan kabar baik dalam wujud HAM itu? *) Penulis adalah konsultan program KPKC Sekber UEM.

Pentingnya Air Bagi Kehidupan Manusia
Oleh Leonard Simangunsong


Saat masih awal kuliah, saya pernah mendengar celotehan pengamen jalanan yang ada di atas bus kota. Pengamen tersebut mengatakan tentang pentingnya air bagi kehidupan manusia. Dia menyatakan bahwa seorang manusia butuh minum air sedikitnya 8 gelas setiap hari, karena bila tidak akan mempengaruhi kualitas kehidupan manusia tersebut.
Saya tidak ambil pusing dan menganggap itu adalah ilmu biasa yang sudah diketahui oleh semua orang di belahan dunia manapun. Akan tetapi, beberapa minggu yang lalu saya kembali dikejutkan dengan fakta bahwa ternyata air tersebut memang sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia.
Perlu kita ingat, bahwa 80% tubuh manusia terdiri atas air. Kemudian, ternyata ada organ tubuh manusia yang memiliki kadar air lebih dari 80%, bagian tubuh itu adalah: Otak 90%, Darah 95%
Manusia akan dapat hidup normal jika mereka meminum air minimal 8 gelas setiap hari, dan jumlah itu harus ditambah jika kita adalah seorang perokok. Air yang kita masukkan ke dalam tubuh kita itu berfungsi menggantikan cairan yang keluar dari dalam tubuh kita dalam bentuk air seni, keringat, pernafasan dan lain-lain. Apa yang akan terjadi jika kita kurang minum air?
Tentunya tubuh akan mencoba menyeimbangkan kondisinya. Caranya? Tubuh kita akan menyedot air dari tempat-tempat/organ-organ tubuh yang lain, dan yang paling pertama adalah OTAK.

Otak akan dapat bekerja optimal jika tersebut cairan yang cukup di dalamnya. Itulah sebabnya, ada frase yang mengatakan otak encer untuk mereka yang pandai. Kenapa? Ya memang, hanya mereka yang otaknya tercukupi cairan-lah yang dapat bekerja secara optimal dan dapat mencapai tingkat kepandaian maksimal. Pernah melihat kondisi manusia yang terdampar di gurun pasir? Kondisi mereka kering dan sangat kehausan, sehingga akhirnya mereka tidak dapat berpikir rasional, karena otak mereka mengalami kekeringan.
Opsi lainnya, jika kebutuhan cairan tidak dapat terpenuhi, maka kebutuhan itu juga akan diambil melalui DARAH. Darah yang disedot airnya, akan menjadi kental. Kekentalan darah ini menyebabkan darah tidak dapat mengalir dengan lancar, akibatnya akan muncul banyak penyakit.


Saat melewati ginjal, maka ginjal akan bekerja lebih keras untuk menyaring darah. Ginjal memiliki saringan yang halus untuk menyaring darah, darah yang mengental akan menggumpal dan akan menyulitkan ginjal untuk melakukan tugasnya, bahkan tidak jarang terjadi perobekan pada glomerolus ginjal. Jika kondisi ini dibiarkan, maka lambat laun ginjal kita akan rusak dan kita akan mengeluarkan rupiah yang cukup banyak untuk melakukan CUCI DARAH.

Selanjutnya, darah yang tidak lancar akan mengakibatkan suplai makanan dan oksigen ke otak menjadi terhambat sehingga akibatnya otak tidak mendapat nutrisi yang cukup dan akhirnya sel-sel OTAK kita akan MATI.
Bila hal ini dibiarkan, maka yang muncul adalah STROKE. Inilah juga yang menjelaskan bahwa STROKE tidak hanya diderita oleh orang tua tetapi juga mungkin diderita oleh anak-anak, karena kurang cairan yang dikonsumsi.
Jadi... apa yang akan Anda lakukan?
Investasi sekarang dengan mengkonsumsi air minimal 8 gelas sehari,Atau
Menunggu semua terlambat dan Anda harus mengeluarkan setiap rupiah yang telah Anda tabung, untuk sekedar menyambung hidup Anda.
Pilihan ada di tangan Anda...

Leonard Mangunsong (Leonard Simangunsong adalah Pengurus Daerah PNB Daerah VII P. Jawa dan aktif sebagai Guru Sekolah Minggu HKI Taman Mini Resort Jakarta IV ). www.leoriset.blogspot.com
http://yukriset@yahoogroups.com/


HARI NATAL

PENDAHULUAN

Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam Bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Xmas. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Yesus). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci. Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Tidak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus, namun kebanyakan orang Kristen memperingati Hari Natal pada tanggal 25 Desember. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon Natal.

SEJARAH DAN PERAYAAN NATAL DI MASA LALU

Kisah Natal berasal dari Injil Lukas dan Matius dalam Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di mana Yesus berada. Catatan pertama peringatan hari Natal adalah tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember. Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan Kristen) pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal. Pada akhir tahun 300-an Masehi agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi. Di tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi. Pada masa Reformasi, banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali kepada kebiasaan semula. Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas) menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan Natal menjadi semakin penting untuk berbagai bisnis.

PERAYAAN KEAGAMAAN

Bagi kebanyakan orang Kristen, masa Xmas mulai pada hari Minggu yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari ini adalah hari raya Santo Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Kristus. Hari Minggu tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Kata adven berarti datang, dan mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal. Untuk merayakan masa Adven, empat buah lilin, masing-masing melambangkan hari Minggu dalam masa Adven, diletakkan dalam suatu lingkaran daun-daunan. Pada hari Minggu pertama, keluarga menyalakan satu lilin dan bersatu dalam doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap hari Minggu dalam masa Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap kalinya. Sebuah lilin merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan pada lingkaran daun-daunan itu pada Hari Natal. Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa tengah malam atau peringatan keagamaan lain pada malam sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Kebanyakan gereja juga mengadakan perayaan pada hari Natal. Masa Natal berakhir pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani adalah datangnya para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut umat Kristen Timur, hari tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12 hari setelah hari Natal.

TUKAR MENUKAR KADO

Kebiasaan untuk tukar menukar kado pada sanak-saudara dan teman-teman pada hari khusus di musim dingin kemungkinan bermula di Romawi Kuno dan Eropa Utara. Di daerah-daerah tersebut, orang-orang memberikan hadiah pada satu sama lain sebagai bagian dari perayaan akhir tahun. Pada tahun 1100, di banyak negara-negara Eropa, Santo Nikolas menjadi lambang usaha saling memberi. Menurut legenda, Santo Nikolas membawakan hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam sebelum perayaannya, tanggal 6 Desember. Tokoh-tokoh yang bukan keagamaan menggantikan Santo Nikolas di berbagai negara tak lama setelah reformasi, dan tanggal 25 Desember menjadi hari untuk tukar-menukar kado. Kini di Amerika Serikat, Santa Claus membawakan hadiah untuk anak-anak.


MALAM NATAL 24 Desember, Hari libur keagamaan dan sekuler
Karena pada dasarnya malam Natal adalah hari raya keagamaan, hari tersebut tidak dianggap sebagai hari libur resmi. Gereja-gereja mengadakan perayaan pada malam itu. Orang-orang memperhatikan gua Natal (replika dari kandang domba tempat Yesus lahir, dengan patung-patung Yesus, Maria, Yosef, gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal. Orang-orang dewasa minum eggnog, semacam susu telur madu, yaitu campuran krim, susu, gula, telur kocok dan brandy (semacam minuman beralkohol) atau rum. Menurut kisahnya, pada malam Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan untuk mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Untuk mempersiapkan kunjungan Santa, anak-anak Amerika mendengarkan orangtuanya membacakan The Night Before Christmas (Malam Sebelum Natal) sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi tersebut dikarang oleh Clement Moore di tahun 1832.
Dulu, anak-anak menggantungkan stoking atau kaus kaki besar di atas perapian. Santa turun dari cerobong asap dan meninggalkan permen dan hadiah-hadiah dalam kaus kaki itu untuk anak-anak. Kini, tradisi itu tetap diteruskan, namun kaus kakinya digantikan oleh tas kain merah berbentuk kaus kaki. Xmas juga secara tradisi merupakan saat untuk berhenti bertengkar. Hari Raya Natal (Pesta Natal) 25 Desember Hari ini merupakan hari libur keagamaan maupun sekuler. Umat Kristiani merayakan peringatan kelahiran Yesus dari Nazareth.

SEJARAH NATAL
Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam Bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kisah Natal berasal dari Perjanjian Baru dari Alkitab. Seorang malaikat menampakkan diri pada para gembala dan memberitahu mereka bahwa Sang Juru Selamat telah lahir ke dalam keluarga Maria dan Yusuf di sebuah kandang domba di Betlehem. Tiga orang bijak dari Timur, yang disebut para majus, mengikuti bintang istimewa yang menuntun mereka kepada bayi Yesus, yang mereka sembah dan beri hadiah emas, kemenyan dan mur. Tradisi Perayaan Natal diawali oleh Gereja Kristen terdahulu Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).

PERAYAAN NATAL
Karena sebetulnya Natal merupakan hari raya keagamaan, hari tersebut bukan merupakan hari libur resmi. Namun, karena kebanyakan orang Amerika Serikat adalah orang Kristen, hari itu adalah hari di saat kebanyakan bisnis tutup dan hari di mana paling banyak pekerja, termasuk karyawan pemerintah, diliburkan. Pulang ke rumah (termasuk pulang kampung) merupakan kebiasaan yang sangat dihormati. Selain dari tradisi yang sangat bersifat keagamaan, kebanyakan kebiasaan di saat Xmas juga dilakukan oleh orang-orang yang tidak relijius atau tidak memeluk agama Kristen. Biasanya, umat Kristiani merayakan Xmas menurut tradisi gereja mereka masing-masing.
Ada berbagai macam ibadah keagamaan di gereja yang dilakukan oleh keluarga-keluarga sebelum mereka keliling untuk mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman.

Natal menurut tradisi Amerika:
Tukar menukar kado

Mengirim kartu ucapan kepada sanak-saudara dan teman-teman. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Lagu-lagu Natal, yang disebut carol, dinyanyikan dan didengarkan selama masa liburan. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Menghias rumah. Kebanyakan orang Amerika menghias pohon Natal, yaitu pohon cemara atau pohon buatan, di rumah-rumah mereka. Lampu-lampu dan lingkaran daun-daunan dari pohon empat musim, mistletoe dan ucapan Selamat Natal diletakkan di dalam dan di luar banyak rumah. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Makan Malam Natal, seringkali dengan kalkun. Selain itu, banyak yang mengadakan pesta perjamuan persis sebelum dan sesudah Natal.

Santa Claus.
Tokoh ini berasal dari kisah lama tentang seorang Santo Kristiani bernama Nikolas dan dari dewa Norwegia yang bernama Odin. Para imigran membawa Bapa Natal atau Santo Nikolas ke Amerika Serikat. Namanya lambat laun berubah menjadi Santa Claus, dari nama Belanda untuk Bapa Natal abad ke-empat, Sinter Claas. Sekalipun asalnya dari mitologi Norwegia sebelum ajaran Kristen, Santa Claus baru menjadi tokoh yang kita kenal sekarang di Amerika Serikat. Orang Amerika memberikannya janggut berwarna putih, mendandaninya dengan baju merah dan menjadikannya seorang tua yang riang dengan pipi yang merah dan sinar di matanya. Santa Claus adalah tokoh mitos yang dikatakan tinggal di Kutub Utara, di mana beliau membuat mainan sepanjang tahun Amal. Natal juga merupakan saat di mana orang Amerika menunjukkan kemurahan hati kepada orang-orang yang kurang beruntung. Uang dikirimkan ke rumah sakit dan panti asuhan atau dibuat dana khusus untuk membantu fakir miskin. Xmas secara tradisi merupakan saat untuk menghentikan segala macam pertempuran dan pertikaian.