Thursday, December 11, 2008

KESAKSIAN


“Kehendak Mu Bukan Kehendak ku”

Saya adalah warga jemaat HKI yang menjadi anggota Jemaat HKI Depok, Resort Depok, Daerah VII P.Jawa. Sebagai umat Kristus dan warga HKI saya merasa terpanggil untuk ikut serta membangun iman percaya umat Tuhan secara khusus saudara-saudara seiman yang berada di lingkungan HKI melalui pengalaman-pengalaman pribadi bersama Tuhan. Untuk itu dibawah ini saya ingin membagi satu pengalaman yang sungguh luar biasa yang tidak dapat saya bayangkan, dan inilah keyakinan saya bahwa PERTOLONGAN TUHAN TIDAK AKAN PERNAH TERLAMBAT, DAN KASIHNYA TETAP MENGALIR KEPADA SETIAP ORANG YANG DI KASIHINYA.

Kisah ini bermula dari perjalanan kami dari Cibitung menuju Cikarang, Bekasi. Saat itu Rabu, 17 Pebruari 1999, sudah pukul 06.30 wib, sebetulnya keberangkatan kami menuju Cikarang tempat kami bekerja sudah terlambat, sementara kami masuk kerja jam 07.00 wib. Ini di sebabkan karena sopir yang akan membawa kami ke Cikarang belum tiba. Akhirnya dengan yakin salah satu teman rombongan kami menawarkan diri untuk menyetir kendaraan tersebut. Saudara perlu saya informasikan kami adalah satu perusahaan dan kendaraan yang akan membawa kami tersebut adalah kendaraan antar jemput karyawan yang berupa kendaraan Mini Bus.

Kami berangkat. Awalnya saya duduk di bagian tengah, tetapi di tengah perjalanan salah satu teman yang duduk di depan turun dan tidak meneruskan perjalanan dan saya mengambil inisiatif untuk menggantikan posisinya, duduk di depan. Kami melanjutkan perjalanan. Dengan kecepatan +/- 80 km/jam kami meluncur menuju Cikarang, tempat kami bertugas.

Awalnya semua tenang, tidak ada tanda-tanda, tidak ada firasat, kami masih dapat tertawa dan bercanda. Jalan yang kami lalui adalah jalur lambat dan tergolong sepi kecuali jalur cepat yang agak merayap meskipun kedua jalur ini akan memasuki pintu tol Cibitung.

Saat yang mengerikan
Kurang lebih 15 menit dari keberangkatan kami tadi, kami sudah berada kira-kira 200 meter dari pintu tol Cibitung. Saya tidak tahu persis berapa jaraknya, tiba-tiba di depan kami tampak sebuah mobil box besar yang baru keluar dari pintu tol Cibitung dan tiba-tiba masuk ke jalur kami dan melintang persis di hadapan kendaraan kami. Pada saat itu, saya tidak tahu apa-apa lagi. Saya tidak sadar. Tiba-tiba pandangan saya gelap, dan pada saat itulah kecelakaan maut itu terjadi. Kami ada 13 orang.

Saya baru sadar ketika sudah di Rumah Sakit, di ruang UGD, sepintas terdengar suara yang mengatakan : “Pak, celana panjang Bapak kita gunting ya?” hanya itu dan kembali saya tidak sadar, hingga esok harinya dan saya sudah berada di ruang ICU. Saya berada di ruang ICU selama 4 hari. Pada saat itulah saya tahu, bahwa saya telah mengalami musibah besar yang sungguh luar biasa. Saudara, akibat dari kecelakaan ini saya mengalami : Tulang paha sebelah kiri patah 2 titik, Tulang kecil pergelangan kaki sebelah kanan dan kiri patah, Pembuluh darah betis sebelah kiri putus, Tengkorak telapak kaki sebelah kiri (hasil rontgent) tampak tidak beraturan, Tulang pinggul ( mungkin Soit=bhs batak) bergeser dari posisinya dan gigi atas bawah patah 10 buah. Saya tidak pernah membayangkan musibah ini terjadi.

Hari kelima saya di perbolehkan meninggalkan ruang ICU yang saya pikir sangat angker itu. Rasanya saya terbebas dari rasa takut yang menyelimuti setiap malam.

Hari itu tepat hari Minggu. menjelang siang, begitu banyak kerabat, saudara dan teman-teman seiman yang datang menjenguk saya, jam 19.00 wib baru mereka pamit pulang. Tinggallah kami, saya, orang tua dan istri saya (pada saat kejadian itu, istri saya sedang mengandung 2 bulan). Saya tidak tahu mengapa, tiba-tiba tubuh saya terasa dingin yang luar biasa, tetapi saya juga merasakan deman yang tinggi. Saya kembali meronta, saya tidak kuat, antara sadar dan tidak sadar saya melihat wajah-wajah orang yang saya kasihi, dan sekeliling tempat itu adalah seperti di liputi salju dan kapas.

Apakah ini Penglihatan ?
Saya tidak tahu, apakah ini mimpi, apakah karena rasa sakit dan deman yang tinggi ? pada saat itu saya seolah sedang berlari dan mengelilingi keluarga saya hingga saya tidak dapat menghentikan lari saya, kemudian, tampak bagi saya seolah saya sedang bermain ayunan dan tangan saya berpegangan pada besi yang melintang di atas kepala saya. Sama seperti waktu berlari tadi, saya tidak dapat menghentikannya sampai saya terus berputar layaknya sebuah baling-baling. Saya tidak kuat, tangan saya terlepas dan saya tidak terjatuh tetapi terlempar ke atas, jauh, terus dan semakin tinggi dengan posisi kepala diatas hanya sekali-kali saya melihat kebawah yang di sana tampak anggota keluarga dan kerabat dekat, diantara mereka ada yang mengatakan “Sudahlah Inang, kita relakan saja kepergian lae itu”.

Saudara-saudara, pada saat itu selama saya terlempar keatas, cuma satu kata yang saya ucapkan : YESUS...YESUS..YESUS...Saudara dari sekian kerabat yang saya lihat adalah seorang yang beragama Islam, dia mengatakan : “Kamu jangan sebut nama itu, kamu tidak akan selamat”. Tapi saya tetap menyebut nama itu, hingga pada satu saat yang menegangkan, ketika saya melihat keatas, tampak oleh saya sebuah titik, kecil, tetapi semakin dekat semakin jelas, semakin terang, bahkan terkesan silau dan berbentuk sebuah lingkaran dan lama-kelamaan terang itu berubah seolah-olah berwana hijau ke biru-biruan. Hampir saja saya sampai di titik terang itu, dan tiba-tiba kembali saya tidak tahu lagi apa yang terjadi, dan peristiwa itu pun lenyap begitu saja.

Keesokan harinya saya sudah berada di ruang Isolasi, selama satu hari saya berada di sana dan esok harinya kembali saya menjadi penghuni ruang ICU, selama satu minggu saya merasakan dinginnya dan angkernya suasana ruang itu.

Setelah itu, baru saya dapat menjalani perawatan biasa di ruang umum, hal itu berlangsung selama 2 bulan. Tetapi siksaan terhadap badan saya belum berakhir, selama 30 hari saya harus tidur dengan posisi terlentang, segala aktifitas saya lakukan dengan posisi terlentang dan itupun harus dengan bantuan orang lain. Sakit rasanya. Badan saya seperti di Press tidak bisa berbuat apa-apa, ini di karenakan luka yang luar biasa dan patah tulang sehingga pihak dokter berbuat sedemikian rupa seolah-olah badan saya menyatu dengan tempat tidur. 30 hari saya lalui, Saudara dapat bayangkan, kulit punggung saya seolah-olah terbakar dan kulit melepuh, kulit ari terkelupas, mungkin karena panasnya busa tempat tidur yang saya pakai.

Kehendak Mu bukan kehendak ku
Saudara, setelah saya dinyatakan selamat, saya mulai menjalani perawatan sebagaimana pasien lainnya. Terapi, belajar berjalan ( mungkin ada rasa takut, pada awalnya saya tidak dapat melangkahkan kaki, saya tidak punya keberanian untuk melangkah bahkan saya ragu bagaimana caranya melangkah, karena mungkin karena total 1,5 bulan saya hanya bisa tidur di tempat tidur.) Pada saat itulah saya tahu bahwa sebelumnya pihak Dokter melalui para atasan tempat saya bekerja mengatakan, bahwa kemungkinan saya selamat hanya 20% saja, ini mereka ceritakan setelah mereka tahu saya sudah mulai pulih dan siap untuk mendengar pernyataan itu.

Ternyata Tuhan berkendak lain, Ia menyatakan saya harus sembuh dan pernyatakan dokter tersebut Dia balikkan 180%. Berlahan tapi pasti kesembuhan itu datang, meskipun saya harus kembali mengalami rawat jalan selama 5 bulan lagi. Selama perawatan ini saya menghadapi 4 kali operasi.

Melaui kesaksian ini, saya ingin mengatakan bahwa segala sesuatu yang kita hadapi, alami adalah atas kehendak Tuhan. Bukan kehendak kita, bukan kehendak dokter. Untuk itu, apapun yang kita hadapi, aminkan itu dalam hati, dan yakini bahwa Tuhan ada didalamnya. Yang terpenting sekarang, cari tahu apa maksud dan rencana dari semua itu, sehingga Tuhan mengijinkan hal itu terjadi pada hidup kita.
Kiranya pengalaman saya bersama Tuhan ini pun boleh menjadi berkat dan menguatkan Iman kita kepada Tuhan Yesus, bahwa Dia lah Juru Selamat, Penolong dan Penyelamat kita. Tuhan memberkati.


Bakti Marudut Tua Gultom, Kel.Sukatani RT.03/03 Cimanggis Depok, HKI Depok