Tuesday, June 16, 2009

Kepemimpinan dipandang dari Perspektif Alkitab.

Disajikan Pada Pembinaan Pendeta Gereja Metodist Indonesia (GMI) Wilayah I
Tanggal 29 Nopember 2008
Oleh : Pdt Dr. B. Purba


I. Kepemimpinan dari Perspektif Alkitab.

Dalam Alkitab, kita menemukan pemimpin-pemimpin pemerintahan(raja-raja) dan pemimpin sipiritual (nabi-nabi dan rasul-rasul). Akan tetapi, kita belum menemukan teori kepemimpinan yang menguraikan jenis-jenis kepemimpinan, gaya kepemimpinan, metode memimpin, dsb, atau bentuk-bentuk organisasi dengan tipe-tipe kepemimpinan tertentu, seperti yang kita kenal sekarang ini. Pemimpin-pemimpin Negara yang diberitakan di dalam Alkitab adalah pemimpin-pemimpin yang berhubungan langsung dengan Allah (Theokrasi) dan pemimpin-pemimpin sipiritual (nabi-nabi dan rasul-rasul) adalah juga pemimpin-pemimpin yang dipilih langsung oleh Allah dengan caraNya sendiri. Namun demikian, bukan berarti tidak ada model atau gaya kepemimpinan di dalam Alkitab. Model dan gaya kepemimpinan itu diajarka n oleh Allah sendiri di dalam FirmanNya dan dilaksanakan oleh Yesus di masa hidupNya di dunia ini.

1. Kepemimpinan menurut teladan Yesus.
Berdasarkan kasih Allah yang selalu berkenan memilih orang-orang dari antara umatNya menjadi pemimpin dan rentannya pemimpin itu jatuh kepada penyelewengan dari kehendak Allah yang memilihnya, maka Allah mengutus AnakNya Yang Tungggal Yesus Kristus yang tidak hanya mengajarkan teori kepemimpinan baru, tetapi melaksanakannya dengan setia.
Kepemimpinan yang diajarkan dan dilaksanakan oleh Yesus semasa hidupNya adalah benar-benar baru, belum pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat kita baca dalam Injil Markus 10:42-45 demikian:
"Kami tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang".
Bagi Yesus, memimpin adalah melayani, bukan menguasai. Memang benar, kepemimpinan selalu diikuti dengan otoritas tertentu. Para Rasul juga diberikan Yesus otoritas untuk mengajar dan membabtiskan. Akan tetapi, otoritas itu harus dilaksanakan dengan kerendahan hati. Memimpin bukan dengan kuasa atau kekerasan, tetapi dengan kasih; bukan dengan kata-kata, tetapi dengan teladan; bukan dengan paksa, tetapi dengan persuasi. Bahaya utama yang terkandung dalam kepemimpinan ialah keangkuhan1. Yesus melayani dengan penuh kasih dan kerendahan hati. Dia membasuh kaki murid-muridNya, dan di dalam pelayanannya, Dia memberikan seluruh hidupnya.

Model kepemimpinan Yesus ini diuraikan oleh Rasul Paulus dalam suratnya ke Jemaat Filippi. Dalam suratnya ini, Rasul Paulus menjadikan Kristus sebagai teladan kepemimpinan. Rasul Paulus menulis, bahwa Kristus memiliki kekuasaan "rupa Allah" (Fil 2:6). Akan tetapi, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba...merendahkan diriNya dan taat sampai mati"(Fil 2:6-8). Di sini Rasul Paulus bersaksi tentang kualitas kepemimpinan Kristus, yaitu tidak mempertahankan kekuasaan dan mengosongkan diri dari kekuasaan.

2. Kepemimpinan yang melayani.

Kepemimpinan Yesus sebagaimana diberitakan di dalam Alkitab, yaitu kepemimpinan yang melayani, adalah menjadi dasar dari kepemimpinan Kristiani sepanjang zaman.

a. Sifat Kepemimpinan yang Melayani.
  1. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mampu menyangkal diri sendiri dan mendahulukan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya, dan bila diperlukan, dia harus mampu mengambil risiko untuk tujuan itu. Di sinilah diperlukan kepribadian yang kuat, keyakinan yang tangguh dan iman yang tidak tergoyahkan dari seorang Pimpinan.
  2. Pemimpin yang melayani adalah Pemimpin yang mampu memberdayakan (empowering) dan memampukan (to enable) orang-orang yang dipimpinnya.
  3. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang tidak takut disaingi atau kalah dari mereka yang dipimpinnya. Pemimpin harus memiliki percaya diri yang besar.
  4. Pemimpin yang melayani harus menjadi contoh dan teladan dalam sikap dan perilaku, jujur dan konsisten dalam kata dan perbuatan, satunya kata dan perbuatan.
  5. Pemimpin yang melayani berfungsi sebagai teladan (1 Tim 4:12; 6:11; 1 Kor 11:1; 2 Tes 3:7; penatalayan (2 Tim 1:14; 1 Kor 4:1-2); gembala yang memelihara, menuntun dan memperlengkapi (Yoh 10:11; 1 Ptr 5:2; Kis 20:28) mereka yang dipimpinnya.

b. Kehidupan Spritulitas Pemimpin yang Melayani.

Pemimpin yang melayani tidaklah mudah. Oleh sebab itu, maka dia harus memiliki hubungan pribadi yang intens dengan Tuhan. Hubungan yang intens ini merupakan hubungan iman yang didorong oleh ketaatan kepada Tuhan. Melalui ketaatannya kepada Allah, tidak hanya dalam hal kemampuan untuk mengendalikan nafsu-nafsu duniawi, akan tetapi yang istimewa ialah ketaatannya untuk berharap hanya pada Allah di dalam melaksanakan tugas panggilannya sebagai pemimpin yang melayani.3 Hanya Allah yang dapat memberi kekuatan kepada yang lemah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.


Pemimpin yang merasa dirinya kuat karena mengandalkan kebolehannya sendiri, adalah pemimpin yang paling lemah. Hanya mereka yang mengetahui dan mengakui kelemahannya, dapat menjadi kuat dengan kekuatan yang datang dari Tuhan.

III. Kesimpulan.

Kepemimpinan menurut perspektif Alkitab adalah Kepemimpinan yang melayani. Kepemimpinan yang melayani adalah Kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin berdasarkan otoritas dan kewibawaan yang diberikan oleh Allah. Otoritas dan kewibawaan itu harus dilaksanakan dengan kasih dan kerendahan hati.

Footnotes:

  1. Yesus menghardik orang-orang Farisi dan Ahli Taurat
    yang menyenangi perbedaan tingkat dengan sebutan "Bapak", "Guru", "Rabbi" dengan mengatakan bahwa pekerjaan mereka itu adalah penghinaan terhadap Allah (Mat 23:1-12).
  2. John Stott mengatakan, Kepemimpinan Kristiani memiliki lima unsur, yaitu: (1)Visi; (2) Kerajinan bekerja; (3) Ketekunan; (4)Pelayanan; (5) Disiplin (John Stott, Issu-Issu Global , terjemahan GMA. Nainggolan, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000, hal 461-479.
  3. Musa mencari Allah, dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya. Daud yang melihat kepada Allah sebagai Gembalanya, terang dan keselamatannya, batu karangnya, benteng hidupnya, dan dalam masa-masa sulit "Ia menemukan kekuatan dalam Allah, Tuhannya. Rasul Paulus yang sedang mangalami kelemahan fisik, "Ia mendengar Yesus berkata kepadanya,"Cukuplah kasih karuniaKu bagimu", sehingga dia belajar mengetahui bahwa "ketiak ia lemah, di situlah ia kuat". Yesus, telada agung kita, selalu meluangkan waktu untuk berdoa kepada Bapa di Sorga. Secara khusus, pada saat Dia menuju salib, Dia berdoa sendirian di Getsemane di mana murid-muridNya sedang tidur. Sesudah itu, Dia berjalan menuju salib dengan penuh ketenangan.