Bina Warga HKI adalah Majalah Dwi Bulanan yg diterbitkan oleh Kantor Pusat Huria Kristen Indonesia (HKI) yg berkedudukan di P. Siantar-INDONESIA. Bina Warga HKI berdiri dan edar cetak sejak Juni 1981. Majalah ini merupakan bagian dari program PWG yang setiap edisi Cetaknya berisikan Bahan Khotbah & Epistel, berita kegiatan, wawasan, IPTEK, & Ruang Teologia.
Friday, February 29, 2008
Thursday, February 14, 2008
Porfil Bina Warga HKI
Berdiri sejak Juni 1981 – Terbit 1 kali dua Bulan.
Penerbit: HURIA KRISTEN INDONESIA
Pembina Utama: Ephorus HKI dan Sekretaris Jenderal HKI
Pemimpin Umum: Sekretaris Jenderal HKI–Pdt.M.P.Hutabarat, STh
Pemimpin Redaksi / Penanggung Jawab: Pdt. Marudut Lumban Gaol, STh
Redaktur Pelaksana:
a. Pdt. Marhasil Hutasoit, MTh
b. Pdt. Jansen Simanjuntak, STh
c. Pdt. Tigor P. Sihombing, STh
d. Pdt. Tony Hutagalung, MSc
Sekretaris Redaksi: Pdt. Happy Pakpahan
Staff Ahli:
1. Pdt. Dr. Langsung Sitorus
2. Pdt. Dr. Batara Sihombing
3. St. Ir. Erwin Napitupulu
4. St. John R.P Hutabarat, SE, MA
5. St. Ir. Meman Marpaung, MSIE
6. St. R.P.S Janter Aruan, SH
7. St. Paluko Hutagalung, SH
Perwakilan Daerah: Praeses di Masing-masing Daerah
Koresponden: Semua Sekretaris Resort
Urusan Sirkulasi / Distributor: P.Br. Simangunsong
Tata Usaha: T.B. Silalahi
Urusan Keuangan: St.L. Butarbutar
Alamat Redaksi :
Jl. Melanthon Siregar No. 111
Pematang Siantar, K.P 21128
Telp. +62.622 7436476 – Fax. +62.622 23238
Email : redaksi_binawarga@hki-online.or.id, binawargahki@gmail.com
e-magazine : http://binawargahki.blogspot.com/
Web Site HKI : http://www.hki-online.or.id/, http://www.zarfat.de/
Penerbit: HURIA KRISTEN INDONESIA
Pembina Utama: Ephorus HKI dan Sekretaris Jenderal HKI
Pemimpin Umum: Sekretaris Jenderal HKI–Pdt.M.P.Hutabarat, STh
Pemimpin Redaksi / Penanggung Jawab: Pdt. Marudut Lumban Gaol, STh
Redaktur Pelaksana:
a. Pdt. Marhasil Hutasoit, MTh
b. Pdt. Jansen Simanjuntak, STh
c. Pdt. Tigor P. Sihombing, STh
d. Pdt. Tony Hutagalung, MSc
Sekretaris Redaksi: Pdt. Happy Pakpahan
Staff Ahli:
1. Pdt. Dr. Langsung Sitorus
2. Pdt. Dr. Batara Sihombing
3. St. Ir. Erwin Napitupulu
4. St. John R.P Hutabarat, SE, MA
5. St. Ir. Meman Marpaung, MSIE
6. St. R.P.S Janter Aruan, SH
7. St. Paluko Hutagalung, SH
Perwakilan Daerah: Praeses di Masing-masing Daerah
Koresponden: Semua Sekretaris Resort
Urusan Sirkulasi / Distributor: P.Br. Simangunsong
Tata Usaha: T.B. Silalahi
Urusan Keuangan: St.L. Butarbutar
Alamat Redaksi :
Jl. Melanthon Siregar No. 111
Pematang Siantar, K.P 21128
Telp. +62.622 7436476 – Fax. +62.622 23238
Email : redaksi_binawarga@hki-online.or.id, binawargahki@gmail.com
e-magazine : http://binawargahki.blogspot.com/
Web Site HKI : http://www.hki-online.or.id/, http://www.zarfat.de/
Varia HKI, Majalah Bina Warga HKI Edisi Februari - Maret 2008
Penahbisan Pendeta di HKI Sibuntuon Resort Lintong Ni Huta Berlangsung Hikmat & Meriah
Setelah menjalani pelayanan sebagai Vicariat Pendeta dan telah melewati LPP I s.d LPP III, maka pada hari Minggu 9 Desember 2007, bertempat di HKI Sibuntuon Resort Lintong Ni Huta-Humbahas, 7 Orang Calon Pendeta menerima Penahbisan sebagai Pendeta. Mereka yang menerima Penahbisan Pendeta adalah : Adventus Nadapdap, STh ; Amran Simangunsong, STh ; Berton Silaban, STh ; Harianto Harianja, SH, M.Min ; Hendry Sihotang, STh ; Lamhot Hasibuan, STh ; Sehat Panjaitan, STh. Ibadah Penahbisan dipimpin Ephorus HKI, Pdt. Dr. B. Purba, dengan Liturgist Pdt. R. Simanjuntak, BD (Sekretaris Jenderal HKI). Dalam Khotbah Ibadah Penahbisan, Pdt. Dr. B. Purba menyampaikan bahwa Tohonan KePendetaan adalah berasal dari TUHAN Allah sehingga harus dilakukan sebaik mungkin dan kemudian dapat dipertanggungjawabkan kepada TUHAN Allah yang memberikan Tohonan. Setiap Pendeta harus melayani secara “full timer”, dan harus tetap menghayati dan melakukan 7 Janji Tohonan Pelayanan Pendeta yang diterima pada saat Penahbisan.
Setelah Ibadah Penahbisan yang berlangsung hitmat, acara kemudian dilanjutkan rangkaian Sambutan - Makan Bersama – Ramah Tamah/Hiburan. Hadir memberikan sambutan yaitu Harry Sihombing, SPd (Anggota DPRD Humbahas-Ketua Pelaksana Panitia), St. Bangun Hutasoit – (Wakil Ketua DPRD Humbahas), St. Drs. Maddin Sihombing, MSi (Bupati Humbahas), Pdt. Firman Sibarani, MTh (Ketua Konven Pendeta HKI), Perwakilan BKAG Kab. Humbang Hasundutan dan sambutan dari Pucuk Pimpinan HKI, Pdt. R. Simanjuntak, BD (Sekretaris Jenderal).
Hadir dalam kesempatan ini, Ephorus HKI Pdt. Dr. B. Purba & Ibu ; Sekretaris Jenderal HKI, Pdt. R. Simanjuntak, BD & Ibu ; Bupati Humbang Hasundutan St. Maddin Sihombing, MSi & Ibu - beserta Jajaran Muspika Humbahas; Pdt. Firman Sibarani, MTh (Ketua Konven Pendeta HKI) ; Pdt. H. Simangunsong, BD (Mantan Ephorus HKI – Majelis Pusat HKI) ; Pdt. Marhasil Hutasoit, MTh (Majelis Pusat HKI), Pdt. M. Saragi (Praeses Daerah I SumTim. I) ; Pdt. T. Sihombing, STh (Praeses Daerah II Silindung Pangaribuan) ; Pdt. S.Br. Nainggolan, STh (Praeses Daerah III Tobasa Humbahas) ; Pdt. M. Lumban Gaol, STh (Ka.Dep. Marturya) ; Pdt. Tony Hutagalung, MSc (Ka.Dep. Koinonia) ; Pdt. Happy Pakpahan (Sekretaris Pucuk Pimpinan HKI) dan Para Pendeta HKI lainnya, Parhalado & Jemaat HKI Se Resort Lintong Ni Huta, serta keluarga para Pendeta yang ditahbiskan dan Rombongan Koor tempat pelayanan para Calon Pendeta yang menerima tahbisan. Harapan dan Doa kita bersama, kiranya Para Pendeta yang baru ditahbiskan ini semakin menguatkan pelaksanaan Amanah Agung yang ditugaskan Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja kepada Umat Kristen dan Gereja HKI secara khusus. (hp,-)
Setelah menjalani pelayanan sebagai Vicariat Pendeta dan telah melewati LPP I s.d LPP III, maka pada hari Minggu 9 Desember 2007, bertempat di HKI Sibuntuon Resort Lintong Ni Huta-Humbahas, 7 Orang Calon Pendeta menerima Penahbisan sebagai Pendeta. Mereka yang menerima Penahbisan Pendeta adalah : Adventus Nadapdap, STh ; Amran Simangunsong, STh ; Berton Silaban, STh ; Harianto Harianja, SH, M.Min ; Hendry Sihotang, STh ; Lamhot Hasibuan, STh ; Sehat Panjaitan, STh. Ibadah Penahbisan dipimpin Ephorus HKI, Pdt. Dr. B. Purba, dengan Liturgist Pdt. R. Simanjuntak, BD (Sekretaris Jenderal HKI). Dalam Khotbah Ibadah Penahbisan, Pdt. Dr. B. Purba menyampaikan bahwa Tohonan KePendetaan adalah berasal dari TUHAN Allah sehingga harus dilakukan sebaik mungkin dan kemudian dapat dipertanggungjawabkan kepada TUHAN Allah yang memberikan Tohonan. Setiap Pendeta harus melayani secara “full timer”, dan harus tetap menghayati dan melakukan 7 Janji Tohonan Pelayanan Pendeta yang diterima pada saat Penahbisan.
Setelah Ibadah Penahbisan yang berlangsung hitmat, acara kemudian dilanjutkan rangkaian Sambutan - Makan Bersama – Ramah Tamah/Hiburan. Hadir memberikan sambutan yaitu Harry Sihombing, SPd (Anggota DPRD Humbahas-Ketua Pelaksana Panitia), St. Bangun Hutasoit – (Wakil Ketua DPRD Humbahas), St. Drs. Maddin Sihombing, MSi (Bupati Humbahas), Pdt. Firman Sibarani, MTh (Ketua Konven Pendeta HKI), Perwakilan BKAG Kab. Humbang Hasundutan dan sambutan dari Pucuk Pimpinan HKI, Pdt. R. Simanjuntak, BD (Sekretaris Jenderal).
Hadir dalam kesempatan ini, Ephorus HKI Pdt. Dr. B. Purba & Ibu ; Sekretaris Jenderal HKI, Pdt. R. Simanjuntak, BD & Ibu ; Bupati Humbang Hasundutan St. Maddin Sihombing, MSi & Ibu - beserta Jajaran Muspika Humbahas; Pdt. Firman Sibarani, MTh (Ketua Konven Pendeta HKI) ; Pdt. H. Simangunsong, BD (Mantan Ephorus HKI – Majelis Pusat HKI) ; Pdt. Marhasil Hutasoit, MTh (Majelis Pusat HKI), Pdt. M. Saragi (Praeses Daerah I SumTim. I) ; Pdt. T. Sihombing, STh (Praeses Daerah II Silindung Pangaribuan) ; Pdt. S.Br. Nainggolan, STh (Praeses Daerah III Tobasa Humbahas) ; Pdt. M. Lumban Gaol, STh (Ka.Dep. Marturya) ; Pdt. Tony Hutagalung, MSc (Ka.Dep. Koinonia) ; Pdt. Happy Pakpahan (Sekretaris Pucuk Pimpinan HKI) dan Para Pendeta HKI lainnya, Parhalado & Jemaat HKI Se Resort Lintong Ni Huta, serta keluarga para Pendeta yang ditahbiskan dan Rombongan Koor tempat pelayanan para Calon Pendeta yang menerima tahbisan. Harapan dan Doa kita bersama, kiranya Para Pendeta yang baru ditahbiskan ini semakin menguatkan pelaksanaan Amanah Agung yang ditugaskan Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja kepada Umat Kristen dan Gereja HKI secara khusus. (hp,-)
7 Orang Dinyatakan Lulus LPP I & 10 Orang Dinyatakan Lulus LPP II 11-14 Des 2007, Di Kantor Pusat HKI
Dalam rangka Rekruting/Penerimaan Calon Pendeta HKI dan Pembekalan bagi Calon Pendeta HKI, maka mulai tanggal 11 s.d 14 Desember 2007, bertempat di Kantor Pusat HKI, dilaksanakan Latihan Persiapan Pelayanan (LPP ) I dan II. Ada 7 Orang yang mengikuti Ujian Seleksi Penerimaan Calon Pendeta - LPP I yaitu Binton Simanjuntak, STh ; Dudi Napitupulu, STh ; Herwin Edy Harianja, STh ; Patar Manalu, STh ; Rosida Wati Sianturi, STh ; Rotua Silitonga, STh ; dan Rudy Edward Nababan, STh. Peserta LPP II ada 10 orang Calon Pendeta, yaitu Ance Idris Simanjuntak, STh ; Andar Lubis, STh ; Benjamin Saragi, STh ; Cica Nababan, STh ; Darwin Saragi, STh ; Manamba Pasaribu, STh ; Parlindungan Sitorus, STh ; Riston Eirene Sihotang, SSi ; Ronald Sihombing,. STh ; Sry Astati Tampubolon, STh. Kegiatan dimulai pada hari Selasa, 11 Desember 2007 dan dibuka oleh Pdt. R. Simanjuntak, BD (Sekretaris Jenderal HKI). Hadir juga dalam Pembukaan LPP I dan II, Pdt. M. Lumban Gaol, STh (Ka. Dep. Marturya), Pdt. Tony Hutagalung, MSc (Ka. Dep. Koinonia), Pdt. M. Saragi (Praeses HKI Daerah I Sum.Tim I-Sebagai Tim Pembekalan) dan Pdt. Happy Pakpahan (Sekretaris PP HKI). Setelah mengikuti Rangkaian Ujian Gerejawi, Psiko Test, dan Pembekalan Pelayanan, akhirnya pada hari Jumat, 14 Desember 2007, Hasil Rapat Dewan Penguji-Pembekalan yang dipimpin Pucuk Pimpinan HKI, memutuskan bahwa 7 Orang peserta LPP I dinyatakan LULUS dan diterima menjadi Calon Pendeta HKI. Kemudian 10 Peserta LPP II dinyatakan LULUS untuk kemudian melanjutkan Pelayanannya sebagai Calon Pendeta HKI ditempat yang ditentukan oleh Pucuk Pimpinan HKI. Setelah Pengumuman Kelulusan, Rangkaian Kegiatan Ujian Gerejawi – LPP I dan LPP II Tahun 2007 kemudian ditutup oleh Ephorus HKI, Pdt. Dr. B. Purba. Hadir juga dalam Penutupan, Pdt. R. Simanjuntak, BD (Sekretaris Jenderal HKI), Pdt. M. Lumban Gaol, STh (Ka. Dep. Marturya), Pdt. Tony Hutagalung, MSc (Ka. Dep. Koinonia), Pdt. M. Saragi (Praeses HKI Daerah I Sum.Tim I-Sebagai Tim Penguji-Pembekalan), Pdt. Marhasil Hutasoit, MTh (Sebagai Tim Penguji-Pembekalan) dan Pdt. Happy Pakpahan (Sekretaris PP HKI). Melalui LPP ini diharapkan, bahwa para Peserta sebagai Calon Pendeta di HKI, Motivasi Pelayanannya semakin dikuatkan dan memiliki ketrampilan pelayanan yang lebih baik. Sehingga melalui pelaksanaan Amanah Agung di Lapangan Pelayanan masing-masing, nama Tuhan semakin dipermuliakan. (hp,-)
Ephorus HKI & Panitia Sinode ke 58 HKI BerAudiensi ke Kajatisu.
Berkaitan dengan pelaksanaan Sinode ke 58 HKI - Tahun 2008, maka pada hari Jumat, 7 Desember 2007, Ephorus HKI, Pdt. Dr. B. Purba dan Panitia Sinode ke 58 HKI mengadakan Audiensi ke Kantor Kajatisu di Jl. A.H Nasution Medan. Audiensi diterima Kajatisu, G. Marbun, SH.
Dalam audiensi dibicarakan bahwa Sinode ke 58 HKI Tahun 2008 adalah Sinode Kerja yang memiliki arti yang sangat strategis, dimana akan membahas Evaluasi Pelayanan dan Perencanaan Program Pelayanan HKI 5 tahun ke depan, didalam melaksanakan Tritugas Panggilan Gereja ditengah berbangsa dan bertanah air di Indonesia. Untuk itu, dalam upaya Penggalangan Dana, Panitia Sinode Ke 58 HKI akan melaksanakan Malam Jamuan Kasih, yang akan dilaksanakan February 2008. Pada kesempatan Audiensi ini, Panitia meminta kesediaan Kajatisu menjadi Penasehat Panitia Malam Jamuan Kasih dimaksud.
Berkaitan dengan pelaksanaan Sinode ke 58 HKI - Tahun 2008, maka pada hari Jumat, 7 Desember 2007, Ephorus HKI, Pdt. Dr. B. Purba dan Panitia Sinode ke 58 HKI mengadakan Audiensi ke Kantor Kajatisu di Jl. A.H Nasution Medan. Audiensi diterima Kajatisu, G. Marbun, SH.
Dalam audiensi dibicarakan bahwa Sinode ke 58 HKI Tahun 2008 adalah Sinode Kerja yang memiliki arti yang sangat strategis, dimana akan membahas Evaluasi Pelayanan dan Perencanaan Program Pelayanan HKI 5 tahun ke depan, didalam melaksanakan Tritugas Panggilan Gereja ditengah berbangsa dan bertanah air di Indonesia. Untuk itu, dalam upaya Penggalangan Dana, Panitia Sinode Ke 58 HKI akan melaksanakan Malam Jamuan Kasih, yang akan dilaksanakan February 2008. Pada kesempatan Audiensi ini, Panitia meminta kesediaan Kajatisu menjadi Penasehat Panitia Malam Jamuan Kasih dimaksud.
NATAL BERSAMA PEGAWAI KANTOR PUSAT DAN PANTI ASUHAN ZARFAT
Menjadi kegiatan tahunan dari Pegawai kantor Pusat bersama keluarga untuk melangsungkan perayaan Bersama. Perayaan kali ini dilaksanakan pada tanggal 22 Desember mulai pukul 17.00 WIb di Gereja HKI Bah Sampuran yang di hadiri oleh penatua punguan Ina jemaat HKI Bah Sampuran juga para Pendeta HKI yang melayani di sekitar Pematangsiantar.
Pada perayaan Natal ini, semua para pelayan di Kantor Pusat (tak terkecuali Ephorus dan Sekjend) turut berliturgi bersama anak-anak dari panti Asuhan Zarfat. Namun kali ini perayaan Natal tersebut tidak dapat diikuti oleh bapak Ephorus bersama keluarga sehubungan dengan meninggalnya abang dari bapak Ephorus.
Seusai Kebaktian, semua yang hadir makan malam bersama di aula Panti Asuhan. Acara ini semakin semarak dengan ditampilkannya tari-tarian dan vokal group dari anak-anak panti yang dilatih oleh salah satu pengasuh, yaitu Diak. T. br. Lumbantobing. Sebelum acara ditutup, bapak Sekretaris Jenderal HKI membagikan amplop Natal kepada seluruh anak-anak panti dengan harapan mereka tetap dapat bersukacita meski orangtua kandung mereka tidak dapat bersama-sama mereka. (mlg)
Departemen Diakonia Huria Kristen Indonesia (HKI) Mengadakan Pelatihan Peternakan Secara Organik di Lumban Julu.
Pada tanggal 26 – 27 November 2007, bertempat di Sionggang-Lumban Pea – Lumban Julu, Kepala Departemen Diakonia HKI Pdt. Tigor Sihombing kembali mengadakan pelatihan peternakan babi & ikan secara organik. Pelatihan diikuti 25 orang anggota masyarakat. Pelatihan ini diprakarsai oleh Praeses HKI Daerah II Tobasa – Humbahas Pdt. S. Br. Nainggolan dan Pdt. Dormen Pasaribu, STh ( Pendeta HKI Resort Patane Porsea). Ada sekitar 25 orang yang mengikuti Pelatihan yang terdiri dari anggota jemaat lintas Gereja ( HKI, HKBP, dll ).
Materi dalam pelatihan adalah : 1. Teori Peternakan secara Organik 2). Praktek : Pemamfaatan Indegenous Microorganism (IMO), 3. Fermentasi Kangkung Juice (FKJ), 4. Fermentasi Pepaya Juice (FPJ), 5. Fermentasi Pisang Juice (FPsJ), 6. Pembuatan Kandang Babi organik, 7). Tehnik pemeliharaan Ikan Mas secara Organik. Sebagai hasil pelatihan disepakati bahwa Peternakan yang ada dilokasi Sionggang ini akan dikembangkan dengan pengawasan Departemen Diakonia Huria Kristen Indonesia (HKI) sebagai Percontohan peternakan secara Organik di Daerah Tobasa – Humbahas.
Bagi jemaat yang berminat mendapatkan informasi dan mengadakan pelatihan cara peternakan secara organik ( Babi, Ikan, Kambing, Lembu, Unggas, dll ) dapat menghubungi Departemen Diakonia HKI di Kantor Pusat HKI atau melalui email : dep.diaconia@hki-online.or.id. Departemen Diakonia HKI juga mengajak kepada seluruh warga HKI menjadi pelopor beternak dan bercocok tanam selaras lingkungan. (hp,-).
SUKACITA NATAL DI HKI SIMPANG DUA - SIANTAR II
Sudah menjadi tradisi di HKI Simpang Dua, menjelang perayaan Natal selalu mengadakan Makan bersama seluruh anggota jemaat bersama parhalado. Namun kali ini, majelis dan parhalado sepakat untuk membuat kejutan bagi anggota jemaat. Panitia menyiapkan kado Natal dan acara hiburan dengan mengundang Musik Keyboard untuk menghibur dan memberi kesempatan bagi anggota jemaat untuk bernyanyiria. Selesai acara makan bersama, tampak ketegangan dengan perasaan harap-harap cemas dari semua yang hadir menunggu giliran mencabut Lukcy Draw yang hadiah utamanya adalah satu buah TV Colour 21”. Praeses Daerah I Sum. Timur I, Pdt. M. Saragi yang terdaftar sebagai anggota jemaat di HKI Simpang Dua cukup beruntung karena memperoleh salah satu bingkisan hadiah Lucky Draw tersebut. (MHs)
HASIL KONGRES PERSATUAN AMA (PA) HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI) SE-INDONESIA
15-17 NOPEMBER 2007 DI P. SIANTAR, SUMATERA UTARA
Sebagai bagian dari program gereja HKI dalam membina kaum Bapak (Ama), maka pada tanggal 15-17 Nopember 2007 dilaksanakan Kongres Persatuan Ama HKI Se-Indonesia di Kantor Pusat HKI – Pematangsiantar, Sumatera Utara. Kongres terlaksana dengan ke Panitiaan yang dibentuk Pengurus Pusat PA HKI priode 2000-2005 : yang di Ketuai oleh Kompol Robert Simanjuntak dan Sekretaris : St. Drs. M. Sitohang, Bendahara : St. D. Simanjuntak, dibantu beberapa Seksi.
Kongres yang berthemakan “Memperlengkapi Orang-orang Kudus Bagi Pekerjaan Pelayanan dan Pembangunan Tubuh Kristus” (Efesus 4: 12) ini, diawali Ibadah Pembukaan dengan Pengkotbah Pdt. R. Simanjuntak, BD (Sekretaris Jenderal HKI), dan dibuka secara resmi oleh Pdt. Dr. B. Purba (Ephorus HKI). Proses Kongres dipimpin oleh Majelis Persidangan yang terdiri dari St. Ir. Erwin Napitupulu, St. Drs. R. Tambun dan Robinsar Simanullang, SE. Ada beberapa Materi Kongres yaitu :
1. Study Meeting :
1). Ceramah : Peranan Kaum Bapak HKI Dalam Bergereja dan Bernegara
2). Seminar Narkoba Oleh Polresta Pematang Siantar.
3). Seminar dan Diskusi tentang HIV AIDS : Oleh Dr. Aphinus R. Kambodji, Programme Developer HIV AIDS - UEM Asia.
Menjadi kegiatan tahunan dari Pegawai kantor Pusat bersama keluarga untuk melangsungkan perayaan Bersama. Perayaan kali ini dilaksanakan pada tanggal 22 Desember mulai pukul 17.00 WIb di Gereja HKI Bah Sampuran yang di hadiri oleh penatua punguan Ina jemaat HKI Bah Sampuran juga para Pendeta HKI yang melayani di sekitar Pematangsiantar.
Pada perayaan Natal ini, semua para pelayan di Kantor Pusat (tak terkecuali Ephorus dan Sekjend) turut berliturgi bersama anak-anak dari panti Asuhan Zarfat. Namun kali ini perayaan Natal tersebut tidak dapat diikuti oleh bapak Ephorus bersama keluarga sehubungan dengan meninggalnya abang dari bapak Ephorus.
Seusai Kebaktian, semua yang hadir makan malam bersama di aula Panti Asuhan. Acara ini semakin semarak dengan ditampilkannya tari-tarian dan vokal group dari anak-anak panti yang dilatih oleh salah satu pengasuh, yaitu Diak. T. br. Lumbantobing. Sebelum acara ditutup, bapak Sekretaris Jenderal HKI membagikan amplop Natal kepada seluruh anak-anak panti dengan harapan mereka tetap dapat bersukacita meski orangtua kandung mereka tidak dapat bersama-sama mereka. (mlg)
Departemen Diakonia Huria Kristen Indonesia (HKI) Mengadakan Pelatihan Peternakan Secara Organik di Lumban Julu.
Pada tanggal 26 – 27 November 2007, bertempat di Sionggang-Lumban Pea – Lumban Julu, Kepala Departemen Diakonia HKI Pdt. Tigor Sihombing kembali mengadakan pelatihan peternakan babi & ikan secara organik. Pelatihan diikuti 25 orang anggota masyarakat. Pelatihan ini diprakarsai oleh Praeses HKI Daerah II Tobasa – Humbahas Pdt. S. Br. Nainggolan dan Pdt. Dormen Pasaribu, STh ( Pendeta HKI Resort Patane Porsea). Ada sekitar 25 orang yang mengikuti Pelatihan yang terdiri dari anggota jemaat lintas Gereja ( HKI, HKBP, dll ).
Materi dalam pelatihan adalah : 1. Teori Peternakan secara Organik 2). Praktek : Pemamfaatan Indegenous Microorganism (IMO), 3. Fermentasi Kangkung Juice (FKJ), 4. Fermentasi Pepaya Juice (FPJ), 5. Fermentasi Pisang Juice (FPsJ), 6. Pembuatan Kandang Babi organik, 7). Tehnik pemeliharaan Ikan Mas secara Organik. Sebagai hasil pelatihan disepakati bahwa Peternakan yang ada dilokasi Sionggang ini akan dikembangkan dengan pengawasan Departemen Diakonia Huria Kristen Indonesia (HKI) sebagai Percontohan peternakan secara Organik di Daerah Tobasa – Humbahas.
Bagi jemaat yang berminat mendapatkan informasi dan mengadakan pelatihan cara peternakan secara organik ( Babi, Ikan, Kambing, Lembu, Unggas, dll ) dapat menghubungi Departemen Diakonia HKI di Kantor Pusat HKI atau melalui email : dep.diaconia@hki-online.or.id. Departemen Diakonia HKI juga mengajak kepada seluruh warga HKI menjadi pelopor beternak dan bercocok tanam selaras lingkungan. (hp,-).
SUKACITA NATAL DI HKI SIMPANG DUA - SIANTAR II
Sudah menjadi tradisi di HKI Simpang Dua, menjelang perayaan Natal selalu mengadakan Makan bersama seluruh anggota jemaat bersama parhalado. Namun kali ini, majelis dan parhalado sepakat untuk membuat kejutan bagi anggota jemaat. Panitia menyiapkan kado Natal dan acara hiburan dengan mengundang Musik Keyboard untuk menghibur dan memberi kesempatan bagi anggota jemaat untuk bernyanyiria. Selesai acara makan bersama, tampak ketegangan dengan perasaan harap-harap cemas dari semua yang hadir menunggu giliran mencabut Lukcy Draw yang hadiah utamanya adalah satu buah TV Colour 21”. Praeses Daerah I Sum. Timur I, Pdt. M. Saragi yang terdaftar sebagai anggota jemaat di HKI Simpang Dua cukup beruntung karena memperoleh salah satu bingkisan hadiah Lucky Draw tersebut. (MHs)
HASIL KONGRES PERSATUAN AMA (PA) HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI) SE-INDONESIA
15-17 NOPEMBER 2007 DI P. SIANTAR, SUMATERA UTARA
Sebagai bagian dari program gereja HKI dalam membina kaum Bapak (Ama), maka pada tanggal 15-17 Nopember 2007 dilaksanakan Kongres Persatuan Ama HKI Se-Indonesia di Kantor Pusat HKI – Pematangsiantar, Sumatera Utara. Kongres terlaksana dengan ke Panitiaan yang dibentuk Pengurus Pusat PA HKI priode 2000-2005 : yang di Ketuai oleh Kompol Robert Simanjuntak dan Sekretaris : St. Drs. M. Sitohang, Bendahara : St. D. Simanjuntak, dibantu beberapa Seksi.
Kongres yang berthemakan “Memperlengkapi Orang-orang Kudus Bagi Pekerjaan Pelayanan dan Pembangunan Tubuh Kristus” (Efesus 4: 12) ini, diawali Ibadah Pembukaan dengan Pengkotbah Pdt. R. Simanjuntak, BD (Sekretaris Jenderal HKI), dan dibuka secara resmi oleh Pdt. Dr. B. Purba (Ephorus HKI). Proses Kongres dipimpin oleh Majelis Persidangan yang terdiri dari St. Ir. Erwin Napitupulu, St. Drs. R. Tambun dan Robinsar Simanullang, SE. Ada beberapa Materi Kongres yaitu :
1. Study Meeting :
1). Ceramah : Peranan Kaum Bapak HKI Dalam Bergereja dan Bernegara
2). Seminar Narkoba Oleh Polresta Pematang Siantar.
3). Seminar dan Diskusi tentang HIV AIDS : Oleh Dr. Aphinus R. Kambodji, Programme Developer HIV AIDS - UEM Asia.
2. Organization Meeting
1). Laporan Kerja Pengurus Pusat PA Priode 2000-2005 & Pembahasan
2). Komisi dan Pleno
3). Pemilihan Pengurus Pusat PA Periode 2005-2010.
Dan Melalui Proses yang demokratis, akhirnya terpilih Pengurus Pusat Persatuan Ama HKI Periode 2005 – 2010, dengan susunan sebagai berikut :
Ketua Umum : St. Ir. Marasal Hutasoit (foto 4)
Ketua Bidang Organisasi : Ben Tobing
Ketua Bidang Penatalayanan : St. G.R Sitanggang
Ketua Bidang Litbang : St. Karmel Sinaga, SE
Sekretaris Umum : St. Drs. M. Sitohang
Sekretaris Bid. Organisasi : Robinsar Simanullang, SE
Sekretaris Bid. Penatalayanan: St. J. Silitonga
Sekretaris Bid. Litbang : CSt. T.H Simanjuntak
Bendahara : St. M.D Siregar
Anggota :
St. Drs. R. Tambun (Daerah I) ; St. E. Hutabarat (Daerah II) ; CSt. J. Tambunan (Daerah III) ; St. M. Pardede (Daerah IV) ; St. L. Sihotang (Daerah V) ; St. A. Sibarani (Daerah VI) ; Richard Hutapea, SE (Daerah VII) ; P. Sinaga (Daerah VIII).
1). Laporan Kerja Pengurus Pusat PA Priode 2000-2005 & Pembahasan
2). Komisi dan Pleno
3). Pemilihan Pengurus Pusat PA Periode 2005-2010.
Dan Melalui Proses yang demokratis, akhirnya terpilih Pengurus Pusat Persatuan Ama HKI Periode 2005 – 2010, dengan susunan sebagai berikut :
Ketua Umum : St. Ir. Marasal Hutasoit (foto 4)
Ketua Bidang Organisasi : Ben Tobing
Ketua Bidang Penatalayanan : St. G.R Sitanggang
Ketua Bidang Litbang : St. Karmel Sinaga, SE
Sekretaris Umum : St. Drs. M. Sitohang
Sekretaris Bid. Organisasi : Robinsar Simanullang, SE
Sekretaris Bid. Penatalayanan: St. J. Silitonga
Sekretaris Bid. Litbang : CSt. T.H Simanjuntak
Bendahara : St. M.D Siregar
Anggota :
St. Drs. R. Tambun (Daerah I) ; St. E. Hutabarat (Daerah II) ; CSt. J. Tambunan (Daerah III) ; St. M. Pardede (Daerah IV) ; St. L. Sihotang (Daerah V) ; St. A. Sibarani (Daerah VI) ; Richard Hutapea, SE (Daerah VII) ; P. Sinaga (Daerah VIII).
Selanjutnya Kegiatan dilanjutkan dengan rangkaian acara Perlombaan antara lain Festival Koor Ama (yang diikuti 6 Kontingen - Daerah VIII dan Daerah II tidak mengirim Utusan), Lomba Marumpasa, Catur dan Tarik Tambang yang diikuti kontingen dari Daerah-daerah pelayanan HKI.
Dan akhirnya Kongres ditutup dalam rangkaian Acara : Ibadah Penutupan dengan Pengkotbah Pdt. Dr. B. Purba (Ephorus HKI) – Pelantikan Pengurus Pusat PA HKI Periode 2005-2010 – Serah terima - Kata Sambutan - Pembacaan serta pemberian Hadiah bagi Pemenang rangkaian acara perlombaan - Penutupan.
Daftar Hasil Perlombaan adalah sbb :
I. Festival Paduan Suara
Juara I : Kontingen HKI Daerah VII Pulau Jawa
Juara II : Kontingen HKI Daerah I Sumatera Timur I
Juara III : Kontingen HKI Daerah VI Sumatera Timur II
II. Marumpasa (Lomba Cipta & Melantunkan Umpama)
Juara I : Daerah III Tobasa Humbahas
Juara II : Daerah I Sumatera Timur I
Juara III : Daerah VII Pulau Jawa
III. Catur
Juara I : Daerah III Tobasa – Humbahas
Juara II : Daerah IV Dairi Kotacane Tanah Karo
Juara III : Daerah I Sumatera Timur I
IV. Tarik Tambang
Juara I : Daerah III Tobasa – Humbahas
Juara II : Daerah IV Dairi Kotacane Tanah Karo
Juara III : Daerah V Tapteng – Tapsel
Selamat buat Pengurus PA Periode 2005-2010 dalam mengambil bagian pelaksanaan Tri Tugas panggilan Gereja yang diemban orang Percaya (secara khusus Gereja Huria Kristen Indonesia - HKI ). TUHAN Yesus memberkati. Wassalam. ( hp,- )
Dan akhirnya Kongres ditutup dalam rangkaian Acara : Ibadah Penutupan dengan Pengkotbah Pdt. Dr. B. Purba (Ephorus HKI) – Pelantikan Pengurus Pusat PA HKI Periode 2005-2010 – Serah terima - Kata Sambutan - Pembacaan serta pemberian Hadiah bagi Pemenang rangkaian acara perlombaan - Penutupan.
Daftar Hasil Perlombaan adalah sbb :
I. Festival Paduan Suara
Juara I : Kontingen HKI Daerah VII Pulau Jawa
Juara II : Kontingen HKI Daerah I Sumatera Timur I
Juara III : Kontingen HKI Daerah VI Sumatera Timur II
II. Marumpasa (Lomba Cipta & Melantunkan Umpama)
Juara I : Daerah III Tobasa Humbahas
Juara II : Daerah I Sumatera Timur I
Juara III : Daerah VII Pulau Jawa
III. Catur
Juara I : Daerah III Tobasa – Humbahas
Juara II : Daerah IV Dairi Kotacane Tanah Karo
Juara III : Daerah I Sumatera Timur I
IV. Tarik Tambang
Juara I : Daerah III Tobasa – Humbahas
Juara II : Daerah IV Dairi Kotacane Tanah Karo
Juara III : Daerah V Tapteng – Tapsel
Selamat buat Pengurus PA Periode 2005-2010 dalam mengambil bagian pelaksanaan Tri Tugas panggilan Gereja yang diemban orang Percaya (secara khusus Gereja Huria Kristen Indonesia - HKI ). TUHAN Yesus memberkati. Wassalam. ( hp,- )
HKI Maranatha Membangun
Gereja HKI Marantha Resort Siantar III terletak ditempat yang strategis untuk pengembangan HKI ke depan. Berkat semangat dan kerja keras parhalado dan juga warga jemaat HKI Martoba, maka pada tanggal 6 Mei 2001 berdirilah gereja HKI Marnatha yang terletak di Jln. Sidomulyo, Kel. Naga Pita dengan bentuk bangunan semi permanen. Untuk pengembangan HKI, maka pada saat ini warga jemaat dan Parhalado HKI Maranatha dan didukung Warga jemaat dan Parhalado Resort Siantar III sedang menggalakkan pembangunan gereja yang baru untuk mengganti gedung gereja yang lama.
Dengan semangat yang tinggi dari warga jemaat yang masih jumlah 60 KK, pada saat ini telah dilaksanakan pembangunan secara bertahap, yaitu telah berdiri gedung gereja HKI Maranatha yang baru dengan ukuran 12 X 24 M. Pada saat ini pembangunan yang telah terlaksana pemasangan batu, kosen jendela dan pintu. Karena keterbatasan dana maka pembangunan gereja belum dapat terlaksana.
Melalui Bina Warga yang kita cintai ini, kami dengan kerendahan hati mengharapkan dukungan bapak/ibu/saudara/i baik secara doa maupun materi untuk terwujudnya pembangunan gedung gereja HKI Maranatha yang baru. Bagi bapak/ibu/saudara/i yang tergerak hatinya untuk membantu pembangunan gereja tersebut secara materi, dapat mengirimkannya ke No. Rekening Bank BRI Cabang P. Siantar No: 0113-01-034067-50-2, atas nama Eni Artati Purba. Syalom (Lap. Cln. Pdt. Darwin Saragi, S.Th)
Gereja HKI Marantha Resort Siantar III terletak ditempat yang strategis untuk pengembangan HKI ke depan. Berkat semangat dan kerja keras parhalado dan juga warga jemaat HKI Martoba, maka pada tanggal 6 Mei 2001 berdirilah gereja HKI Marnatha yang terletak di Jln. Sidomulyo, Kel. Naga Pita dengan bentuk bangunan semi permanen. Untuk pengembangan HKI, maka pada saat ini warga jemaat dan Parhalado HKI Maranatha dan didukung Warga jemaat dan Parhalado Resort Siantar III sedang menggalakkan pembangunan gereja yang baru untuk mengganti gedung gereja yang lama.
Dengan semangat yang tinggi dari warga jemaat yang masih jumlah 60 KK, pada saat ini telah dilaksanakan pembangunan secara bertahap, yaitu telah berdiri gedung gereja HKI Maranatha yang baru dengan ukuran 12 X 24 M. Pada saat ini pembangunan yang telah terlaksana pemasangan batu, kosen jendela dan pintu. Karena keterbatasan dana maka pembangunan gereja belum dapat terlaksana.
Melalui Bina Warga yang kita cintai ini, kami dengan kerendahan hati mengharapkan dukungan bapak/ibu/saudara/i baik secara doa maupun materi untuk terwujudnya pembangunan gedung gereja HKI Maranatha yang baru. Bagi bapak/ibu/saudara/i yang tergerak hatinya untuk membantu pembangunan gereja tersebut secara materi, dapat mengirimkannya ke No. Rekening Bank BRI Cabang P. Siantar No: 0113-01-034067-50-2, atas nama Eni Artati Purba. Syalom (Lap. Cln. Pdt. Darwin Saragi, S.Th)
Artikel : Hak Perempuan di Lingkungan Gereja
Hak Perempuan di Lingkungan Gereja
Oleh Eliakim Sitorus
Oleh Eliakim Sitorus
Dalam bidang penghormatan terhadap martabat kaum perempuan, gereja ketinggalan dibandingkan dengan Negara dan masyarakat tertentu. Dalam hal ini yang penulis tuju adalah gereja bernuansa etnis setidaknya yang tergabung dalam persekutuan gereja-gereja anggota Sekretariat Bersama United Evangelical Mission (SEKBER UEM). Jika Negara Republik Indonesia yang direpresentasikan oleh pemerintah Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat RI sudah mempunyai aturan baku dalam bentuk undang-undang yang memberi tempat hormat kepada kaum Hawa maka beda dengan gereja kita yang masih setengah hati untuk menerapkan emansipasi perempuan dalam kehidupannya. Mengapa?
Tulisan pendek ini, akan menunjukkan hal tersebut dan secara ringkas hendak mengusulkan perubahan sikap (mind set) yang semestinya diambil seluruh komponen gereja dalam menanggapi isu penting tersebut. Tentu saja ini bukan soal baru, sebab secara global persekutuan gereja-gereja sedunia sudah mendeklarasikan bahwa dekade ini adalah dekade penghapusan kekerasan terhadap perempuan (Decade to Overcome the Violence on Women). Sayangnya anggota Sekber UEM dan gereja sejenisnya kurang banyak memberi hati dan tak mempunyai kegiatan yang programatis serta sistematis untuk mengimplementasikan tema sentral persekutuan orang percaya dan seiman seplanet bumi itu. Malah di sana sisi, terjadi dekandensi moral para pelayan, khususnya kaum laki-laki terhadap kaum perempuan, baik di lingkungan keluarga umat Kristen juga di dalam lingkungan organisatoris gerejani.
Tiga buah undang-undang yang sudah disahkan dan diberlakukan oleh Negara Indonesia mengacu kepada penghormatan atas peran dan kedudukan perempuan. Tentu belum sempurna, tetapi setidaknya instrumen hukumnya sudah tersedia. Pertama, Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang lazim disingkat PKDRT. Jika dulu, kekerasan yang terjadi didalam lingkup rumah tangga dianggap masalah privat, maka sejak diundangkannya UU ini, kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah publik. Kedua, malah sudah relatif lebih lama, yaitu Undang-undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita. Dari judulnya saja sudah jelas undang-undang ini memaparkan maknanya dan artinya yakni pengesahan konvensi internasional tentang Convention on Elimination of all Forms of Discrimination Against Women. Yang ketiga, Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan (Hak) Anak.
Masalah Akut dan Krusial
Manakala kita simak dengan seksama, di tiga UU tersebut, banyak pasal dan ayat yang dengan terang benderang berpihak terhadap kaum perempuan. Hal ini bisa kits mengerti, oleh karena sudah cukup lama waktunya, bahwa baik Negara, organisasi sosial kemasyarakatan dan lembaga non pemerintah, termasuk gereja-gereja yang progresif sudah menyadari ketertinggalannya dalam bidang jender - persamaan hak dan peran antara laki-laki dan perempuan dalam semua aspek kehidupan nyata. Menyepelekan aspek jender ini sama saja dengan membiarkan api dalam sekam di lingkungan gereja kita atau bom waktu yang sesewaktu kelak boleh meledak tak terkendali. Anda bisa tidak percaya tetapi simaklah lingkungan sekitar Anda, akan terlihat gejalanya. Kehadiran kaum umat perempuan dalam kebaktian minggu misalnya di hampir semua gereja, jauh mendominasi kehadiran kaum lekaki. Namun dalam hal pengambilan keputusan, selalu saja kaum perempuan dinomorduakan atau disisihkan.
Sekalipun masih banyak di antara kaum Adam pengurus teras gereja enggan untuk mengagendakan diskusi (discourse, wacana) atau pembahasan tentang tema-tema jender dan penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, sesungguhnya secara universal, sudah diraih begitu banyak progres dalam bidang promosi dan perlindungan hak-hak kaum perempuan. Hak Perempuan adalah Hak Asasi Manusia (HAM).
Betul, bahwa sejak dini, entah kapan, gereja-gereja di luar aliran Katolik sudah membuka peluang bagi kaum perempuan untuk tampil menjadi pelayan. Itulah sebabnya sudah sejak lama dikenal tradisi bibelvrouw, penginjil wanita dan diakoness di gereja-gereja kita. Gereja-gereja anggota Sekber UEM sudah seluruhnya bersedia menahbis perempuan menjadi pendeta. Apakah pendeta perempuan diperlakukan sama dengan pendeta laki-laki? Itu tema bahasan yang lain pula. Namun selama berabad-abad, bahkan satu millenium, sukar sekali terjadi terobosan yang membuat kaum perempuan tampil berdampingan dengan para lelaki memimpin organisasi gereja. Sehingga timbul semacam “pemberontakan” di kalangan perempuan pelayan. Ini harus direspons. Gereja tidak bisa tetap selamanya menjadi gerejanya kaum lelaki, khususnya di dalam lingkup keluarga UEM sudah tiba masanya menjadi gereja yang menghapus dinding pemisah pelayan laki-laki dan perempuan. Pengambilan keputusan yang bias jender pun tidak bisa kita biarkan terus berlangsung. Zaman akan menggilas gereja yang tak perduli terhadap isu ini. Gerakan teologi feminis sudah menjadi gerakan sosial yang mengglobal.
Konstruksi sosial yang sudah berlangsung berabad-abad dalam lingkungan masyarakat berciri paternalistik atau patriarchat dicopy paste oleh gereja, bahwa perempuan hanya sekedar pendamping atau pembantu bagi kaum lelaki dalam pelaksanaan pelayanan rohani bagi umat sudah waktunya ditinjau ulang atau didekonstruksi. Gereja harus menjadi milik bersama dan diurus bersama secara setara antara laki-laki dan perempuan. Untuk itu mestinya ada kerelaan, bukan keterpaksaan, meninjau ulang landasan teologis hubungan laki-laki dan perempuan, terutama dalam tumah tangga. Misalnya liturgi perkawinan seharusnya diperbaharui direvisi dan dikembangkan sedemikian rupa, searas dengan perkembangan global.
Realitas bahwa jumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) dari waktu ke waktu lebih banyak perempuan daripada laki-laki harus ditanggapi dengan arif. Kelak suatu masa jumlah pelayan perempuan tertahbis (ordained women) akan sebanding atau lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Untuk itu hanya pemimpin gereja yang memiliki perspektif jender-lah yang mampu memahami fenomena itu dengan baik. Sementara mereka para pendeta laki-laki yang anti emansipasi, anti jender akan tetap pada pendirian konvensionalnya bahwa perempuan hanya sekedar pembantu di dalam roda organisasi gereja. Para pelayan (baca pendeta) laki-laki yang menyepelekan sesamanya pelayan tetapi berjenis kelamin perempuan, adalah cerminan dari sikapnya di dalam rumah tangganya. Sang pendeta cenderung bersifat amat paternalistik bahkan anti emansipasi di keluarganya. Sebaliknya seorang pendeta laki-laki yang sangat hormat kepada isteri dan puterinya di rumah. Maka akan tercermin dalam sikap dan perangainya di dalam organisasi gereja, mulai dari jemaat, resort, klasis/wilayah, juga mereka yang berkarya di lembaga pendidikan. Ini bersifat universal, bukan hanya berlaku bagi pendeta, sesungguhnya juga warga dengan beraneka ragam profesinya.
Sukar membuka hati untuk meninjau ulang semua tatanan gerejani menyangkut aspek emansipasi perempuan. Saya sebut ini masalah akut dan krusial, sebab sudah nyata di depan mata kita persoalan jender menimbulkan gejolak di jemaat. Kita tidak boleh pura-pura tidak tahu, bahwa seolah tidak terjadi apa-apa, baik di dalam keluarga-keluarga rumah tangga Kristen anggota gereja kita, maupun di dalam struktur organisasi gereja kita sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Anak PGI W Sumatera Utara tahun 2005, dengan topik “Elemen-elemen Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kristen Warga Jemaat Gereja Anggota PGI WSU” seharusnya sangat merisaukan. Mengapa? Sebab mayoritas dari antara rumah tangga Kristen responden penelitian mengaku terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh kaum bapak atau laki-laki. Elemen kekerasannya bervarasi dari yang paling halus (tidak memberi nafkah, caci maki) sampai sangat kasar (pemukulan). Penelitian mengambil lokasi di kota madya Medan.
Saya agak berani menduga apabila cakupan area penelitian akan diperluas, maka akan ditemukan keragaman kekerasan dalam rumah tangga Kristen yang lebih mengkhawatirkan. Dalam hal kekerasan dalam keluarga dan rumah tangga Kristen hampir tidak punya nilai lebih positif dibandingkan dengan rumah tangga umat bukan Kristen. Ini bukan semata terbaca dari laporan penelitian, namun pengamatan empiris kita sehari-hari pun menunjukkan gereja demikian. Memang perceraian di antara pasangan suami isteri keluarga Kristen tidak sesarkastis perceraian umat agama lain, tetapi bukan berarti kekerasan yang mengancam keutuhan rumah tangga tak terjadi.
Sayang sekali hasil penelitian itu tidak (baca: belum) ditindak lanjuti atau diulangi dan diperluas. Tetapi sebagaimana telah saya singgung di atas tanpa penelitian tersebut pun, lewat pengamatan kita sehari-hari, pembacaan kita atas media masa cetak dan serta pemirsa media elektronik, kita saksikan kekerasan terhadap perempuan dan anak di tengah komunitas Kristiani semakin hari semakin meningkat. Ini adalah gambaran dari kondisi kekerasan terhadap kaum perempuan di lingkungan dan struktur gereja kita.
Tawaran Upaya
Saya sangat sadar bahwa tidak mungkin harus menunggu sampai semua petinggi organisasi gereja (terutama laki-laki) sadar jender dulu, baru diprogramkan kegiatan yang mencakup pemajuan atau promosi hak perempuan di lingkungan gereja. Tidak! Setiap orang yang sudah memiliki kesadaran jender bisa berbuat dimulai dari dirinya sendiri, lalu dari keluarganya untuk memberi tempat penghormatan atas emansipasi perempuan. Bahwa pandangan kolot seolah perempuan hanya berada di samping kaum lelaki, karena diambil dari tulang rusuk lelaki, seturut teks cerita penciptaan, harus direinterpretasi ulang dengan mengkritisi konteks saat teks itu ditulis pengarangnya. Perempuan pun bisa di depan dalam menjalankan roda organisasi. Pendeta perempuan pun bisa menjadi ephorus, sekjen, bishop, ketua klasis (praeses) dan kepala departemen asal mampu dan memiliki kapabilitas untuk itu.
Sikap emansipasi perempuan yang sudah dengan jelas ditulis dalam sejarah Bangsa Indonesia, antara lain yang dilakonkan oleh Raden Ajeng Kartini bisa menjadi sumber inspirasi bagi gereja untuk maju melangkah memperbaiki relasi antara laki-laki dan perempuan dalam kepengurusan gereja kita. Oleh karena pengurus gereja, baik pendeta dengan jabatan ephorus adalah manusia yang berkecenderungan untuk bersikap anti jender bahkan bukan mustahil bisa berperilaku kasar dan kekerasan terhadap kaum perempuan, maka seyogianya ada panduan atau code of conduct yang berisi tatacara penghindaran hal tersebut dan ada aturan legal bagaimana penyelesaian kasus kekerasan terhadap perempuan di lingkungan gereja seandainya terjadi. Kita tak boleh naif lagi hanya mengandalkan semacam hukum siasat gereja atau Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon (RPP) yang sudah sangat kadaluarsa yang sangat usang apalagi penerapannya sangat diskriminatif. Apalagi jika dikatakan, RPP bias diterapkan jika sudah ada pengakuan bersalah dari mulut si pelaku. Mana ada pelaku kejahatan mengaku dengan sendirinya? Jika itu terjadi, amanlah dunia.
Langkah konkrit lainnya yang harus segera diambil oleh gereja kita sebagaimana dianjurkan oleh UU, yaitu pembentukan lembaga pengamanan perempuan (dan anak) korban kekerasan, yang lazim disebut women crisis centre (WCC). Kita memberi apresiasi kepada GBKP yang sudah mendirikan rumah aman bagi korban di Brastagi dan GKPS dengan WCC-nya di Pematang Siantar. Mudah-mudahan tidak lama lagi akan segera diikuti oleh gereja-gereja anggota Sekber UEM lainnya.
Akhirnya jangan tunggu perempuan memusuhi organisasi gerejanya sendiri karena aspirasinya tidak tertampung, sekalipun di rapat para pendeta mereka sudah berteriak agar ada perhatian gereja yang lebih memadai kepada mereka. Jika pemerintah dan Negara sudah sepakat ada kuota 30 % anggota DPR RI adalah perempuan, mengapa pula gereja kita tidak memikirkan sekian persen dari pendeta resort seharusnya perempuan? Demikian pula para praeses. Bahkan pimpinan puncak di kantor sinode. Perempuan memimpin, kenapa laki-laki harus gusar? Hanya lakilaki yang gemar melecehkan perempuan saja yang takut hal itu menjadi kenyataan. Tuhan memberkati manusia laki-laki dan perempuan. Selamat Tahun Baru 2008.
(Penulis adalah konsultan program KPKC untuk gereja anggota Sekber UEM, berdomisili di Medan.)
Tulisan pendek ini, akan menunjukkan hal tersebut dan secara ringkas hendak mengusulkan perubahan sikap (mind set) yang semestinya diambil seluruh komponen gereja dalam menanggapi isu penting tersebut. Tentu saja ini bukan soal baru, sebab secara global persekutuan gereja-gereja sedunia sudah mendeklarasikan bahwa dekade ini adalah dekade penghapusan kekerasan terhadap perempuan (Decade to Overcome the Violence on Women). Sayangnya anggota Sekber UEM dan gereja sejenisnya kurang banyak memberi hati dan tak mempunyai kegiatan yang programatis serta sistematis untuk mengimplementasikan tema sentral persekutuan orang percaya dan seiman seplanet bumi itu. Malah di sana sisi, terjadi dekandensi moral para pelayan, khususnya kaum laki-laki terhadap kaum perempuan, baik di lingkungan keluarga umat Kristen juga di dalam lingkungan organisatoris gerejani.
Tiga buah undang-undang yang sudah disahkan dan diberlakukan oleh Negara Indonesia mengacu kepada penghormatan atas peran dan kedudukan perempuan. Tentu belum sempurna, tetapi setidaknya instrumen hukumnya sudah tersedia. Pertama, Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang lazim disingkat PKDRT. Jika dulu, kekerasan yang terjadi didalam lingkup rumah tangga dianggap masalah privat, maka sejak diundangkannya UU ini, kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah publik. Kedua, malah sudah relatif lebih lama, yaitu Undang-undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita. Dari judulnya saja sudah jelas undang-undang ini memaparkan maknanya dan artinya yakni pengesahan konvensi internasional tentang Convention on Elimination of all Forms of Discrimination Against Women. Yang ketiga, Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan (Hak) Anak.
Masalah Akut dan Krusial
Manakala kita simak dengan seksama, di tiga UU tersebut, banyak pasal dan ayat yang dengan terang benderang berpihak terhadap kaum perempuan. Hal ini bisa kits mengerti, oleh karena sudah cukup lama waktunya, bahwa baik Negara, organisasi sosial kemasyarakatan dan lembaga non pemerintah, termasuk gereja-gereja yang progresif sudah menyadari ketertinggalannya dalam bidang jender - persamaan hak dan peran antara laki-laki dan perempuan dalam semua aspek kehidupan nyata. Menyepelekan aspek jender ini sama saja dengan membiarkan api dalam sekam di lingkungan gereja kita atau bom waktu yang sesewaktu kelak boleh meledak tak terkendali. Anda bisa tidak percaya tetapi simaklah lingkungan sekitar Anda, akan terlihat gejalanya. Kehadiran kaum umat perempuan dalam kebaktian minggu misalnya di hampir semua gereja, jauh mendominasi kehadiran kaum lekaki. Namun dalam hal pengambilan keputusan, selalu saja kaum perempuan dinomorduakan atau disisihkan.
Sekalipun masih banyak di antara kaum Adam pengurus teras gereja enggan untuk mengagendakan diskusi (discourse, wacana) atau pembahasan tentang tema-tema jender dan penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, sesungguhnya secara universal, sudah diraih begitu banyak progres dalam bidang promosi dan perlindungan hak-hak kaum perempuan. Hak Perempuan adalah Hak Asasi Manusia (HAM).
Betul, bahwa sejak dini, entah kapan, gereja-gereja di luar aliran Katolik sudah membuka peluang bagi kaum perempuan untuk tampil menjadi pelayan. Itulah sebabnya sudah sejak lama dikenal tradisi bibelvrouw, penginjil wanita dan diakoness di gereja-gereja kita. Gereja-gereja anggota Sekber UEM sudah seluruhnya bersedia menahbis perempuan menjadi pendeta. Apakah pendeta perempuan diperlakukan sama dengan pendeta laki-laki? Itu tema bahasan yang lain pula. Namun selama berabad-abad, bahkan satu millenium, sukar sekali terjadi terobosan yang membuat kaum perempuan tampil berdampingan dengan para lelaki memimpin organisasi gereja. Sehingga timbul semacam “pemberontakan” di kalangan perempuan pelayan. Ini harus direspons. Gereja tidak bisa tetap selamanya menjadi gerejanya kaum lelaki, khususnya di dalam lingkup keluarga UEM sudah tiba masanya menjadi gereja yang menghapus dinding pemisah pelayan laki-laki dan perempuan. Pengambilan keputusan yang bias jender pun tidak bisa kita biarkan terus berlangsung. Zaman akan menggilas gereja yang tak perduli terhadap isu ini. Gerakan teologi feminis sudah menjadi gerakan sosial yang mengglobal.
Konstruksi sosial yang sudah berlangsung berabad-abad dalam lingkungan masyarakat berciri paternalistik atau patriarchat dicopy paste oleh gereja, bahwa perempuan hanya sekedar pendamping atau pembantu bagi kaum lelaki dalam pelaksanaan pelayanan rohani bagi umat sudah waktunya ditinjau ulang atau didekonstruksi. Gereja harus menjadi milik bersama dan diurus bersama secara setara antara laki-laki dan perempuan. Untuk itu mestinya ada kerelaan, bukan keterpaksaan, meninjau ulang landasan teologis hubungan laki-laki dan perempuan, terutama dalam tumah tangga. Misalnya liturgi perkawinan seharusnya diperbaharui direvisi dan dikembangkan sedemikian rupa, searas dengan perkembangan global.
Realitas bahwa jumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) dari waktu ke waktu lebih banyak perempuan daripada laki-laki harus ditanggapi dengan arif. Kelak suatu masa jumlah pelayan perempuan tertahbis (ordained women) akan sebanding atau lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Untuk itu hanya pemimpin gereja yang memiliki perspektif jender-lah yang mampu memahami fenomena itu dengan baik. Sementara mereka para pendeta laki-laki yang anti emansipasi, anti jender akan tetap pada pendirian konvensionalnya bahwa perempuan hanya sekedar pembantu di dalam roda organisasi gereja. Para pelayan (baca pendeta) laki-laki yang menyepelekan sesamanya pelayan tetapi berjenis kelamin perempuan, adalah cerminan dari sikapnya di dalam rumah tangganya. Sang pendeta cenderung bersifat amat paternalistik bahkan anti emansipasi di keluarganya. Sebaliknya seorang pendeta laki-laki yang sangat hormat kepada isteri dan puterinya di rumah. Maka akan tercermin dalam sikap dan perangainya di dalam organisasi gereja, mulai dari jemaat, resort, klasis/wilayah, juga mereka yang berkarya di lembaga pendidikan. Ini bersifat universal, bukan hanya berlaku bagi pendeta, sesungguhnya juga warga dengan beraneka ragam profesinya.
Sukar membuka hati untuk meninjau ulang semua tatanan gerejani menyangkut aspek emansipasi perempuan. Saya sebut ini masalah akut dan krusial, sebab sudah nyata di depan mata kita persoalan jender menimbulkan gejolak di jemaat. Kita tidak boleh pura-pura tidak tahu, bahwa seolah tidak terjadi apa-apa, baik di dalam keluarga-keluarga rumah tangga Kristen anggota gereja kita, maupun di dalam struktur organisasi gereja kita sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Anak PGI W Sumatera Utara tahun 2005, dengan topik “Elemen-elemen Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kristen Warga Jemaat Gereja Anggota PGI WSU” seharusnya sangat merisaukan. Mengapa? Sebab mayoritas dari antara rumah tangga Kristen responden penelitian mengaku terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh kaum bapak atau laki-laki. Elemen kekerasannya bervarasi dari yang paling halus (tidak memberi nafkah, caci maki) sampai sangat kasar (pemukulan). Penelitian mengambil lokasi di kota madya Medan.
Saya agak berani menduga apabila cakupan area penelitian akan diperluas, maka akan ditemukan keragaman kekerasan dalam rumah tangga Kristen yang lebih mengkhawatirkan. Dalam hal kekerasan dalam keluarga dan rumah tangga Kristen hampir tidak punya nilai lebih positif dibandingkan dengan rumah tangga umat bukan Kristen. Ini bukan semata terbaca dari laporan penelitian, namun pengamatan empiris kita sehari-hari pun menunjukkan gereja demikian. Memang perceraian di antara pasangan suami isteri keluarga Kristen tidak sesarkastis perceraian umat agama lain, tetapi bukan berarti kekerasan yang mengancam keutuhan rumah tangga tak terjadi.
Sayang sekali hasil penelitian itu tidak (baca: belum) ditindak lanjuti atau diulangi dan diperluas. Tetapi sebagaimana telah saya singgung di atas tanpa penelitian tersebut pun, lewat pengamatan kita sehari-hari, pembacaan kita atas media masa cetak dan serta pemirsa media elektronik, kita saksikan kekerasan terhadap perempuan dan anak di tengah komunitas Kristiani semakin hari semakin meningkat. Ini adalah gambaran dari kondisi kekerasan terhadap kaum perempuan di lingkungan dan struktur gereja kita.
Tawaran Upaya
Saya sangat sadar bahwa tidak mungkin harus menunggu sampai semua petinggi organisasi gereja (terutama laki-laki) sadar jender dulu, baru diprogramkan kegiatan yang mencakup pemajuan atau promosi hak perempuan di lingkungan gereja. Tidak! Setiap orang yang sudah memiliki kesadaran jender bisa berbuat dimulai dari dirinya sendiri, lalu dari keluarganya untuk memberi tempat penghormatan atas emansipasi perempuan. Bahwa pandangan kolot seolah perempuan hanya berada di samping kaum lelaki, karena diambil dari tulang rusuk lelaki, seturut teks cerita penciptaan, harus direinterpretasi ulang dengan mengkritisi konteks saat teks itu ditulis pengarangnya. Perempuan pun bisa di depan dalam menjalankan roda organisasi. Pendeta perempuan pun bisa menjadi ephorus, sekjen, bishop, ketua klasis (praeses) dan kepala departemen asal mampu dan memiliki kapabilitas untuk itu.
Sikap emansipasi perempuan yang sudah dengan jelas ditulis dalam sejarah Bangsa Indonesia, antara lain yang dilakonkan oleh Raden Ajeng Kartini bisa menjadi sumber inspirasi bagi gereja untuk maju melangkah memperbaiki relasi antara laki-laki dan perempuan dalam kepengurusan gereja kita. Oleh karena pengurus gereja, baik pendeta dengan jabatan ephorus adalah manusia yang berkecenderungan untuk bersikap anti jender bahkan bukan mustahil bisa berperilaku kasar dan kekerasan terhadap kaum perempuan, maka seyogianya ada panduan atau code of conduct yang berisi tatacara penghindaran hal tersebut dan ada aturan legal bagaimana penyelesaian kasus kekerasan terhadap perempuan di lingkungan gereja seandainya terjadi. Kita tak boleh naif lagi hanya mengandalkan semacam hukum siasat gereja atau Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon (RPP) yang sudah sangat kadaluarsa yang sangat usang apalagi penerapannya sangat diskriminatif. Apalagi jika dikatakan, RPP bias diterapkan jika sudah ada pengakuan bersalah dari mulut si pelaku. Mana ada pelaku kejahatan mengaku dengan sendirinya? Jika itu terjadi, amanlah dunia.
Langkah konkrit lainnya yang harus segera diambil oleh gereja kita sebagaimana dianjurkan oleh UU, yaitu pembentukan lembaga pengamanan perempuan (dan anak) korban kekerasan, yang lazim disebut women crisis centre (WCC). Kita memberi apresiasi kepada GBKP yang sudah mendirikan rumah aman bagi korban di Brastagi dan GKPS dengan WCC-nya di Pematang Siantar. Mudah-mudahan tidak lama lagi akan segera diikuti oleh gereja-gereja anggota Sekber UEM lainnya.
Akhirnya jangan tunggu perempuan memusuhi organisasi gerejanya sendiri karena aspirasinya tidak tertampung, sekalipun di rapat para pendeta mereka sudah berteriak agar ada perhatian gereja yang lebih memadai kepada mereka. Jika pemerintah dan Negara sudah sepakat ada kuota 30 % anggota DPR RI adalah perempuan, mengapa pula gereja kita tidak memikirkan sekian persen dari pendeta resort seharusnya perempuan? Demikian pula para praeses. Bahkan pimpinan puncak di kantor sinode. Perempuan memimpin, kenapa laki-laki harus gusar? Hanya lakilaki yang gemar melecehkan perempuan saja yang takut hal itu menjadi kenyataan. Tuhan memberkati manusia laki-laki dan perempuan. Selamat Tahun Baru 2008.
(Penulis adalah konsultan program KPKC untuk gereja anggota Sekber UEM, berdomisili di Medan.)
Rubrik : HIDUP SEHAT DI TAHUN 2008
(Oleh : Pdt. Hopol M.Sihombing, STh)
“Pendeta HKI Resort Bandung & Tim Doa Rumah Sakit Immanuel Bandung”
"Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat......(" Lukas 7:21)
“Pendeta HKI Resort Bandung & Tim Doa Rumah Sakit Immanuel Bandung”
"Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat......(" Lukas 7:21)
Menyimak beberapa hal dari pengalaman menjadi tim doa di Rumah Sakit; ternyata begitu banyak uang harus dikeluarkan seseorang atau keluarga karena sakit. Ada juga orang yang menjual harta miliknya yang didapat dengan susah payah dalam jangka waktu lama namun dalam waktu singkat terpaksa harus habis untuk melunasi pengobatannya. Juga bahwa karena sakit ada begitu banyak penderitaan dan kesakitan yang luar biasa. Ada yang menjerit-jerit, maraung-raung, meronta-ronta dan menangis karena kesakitannya. Kesusahan itu juga ditambah dengan berbagai pengorbanan perasaan, waktu dan tenaga. Bukan hanya si sakit tetapi juga bagi orang-orang yang mengasihinya dan keluarganya. Karena sakit, keluarganya harus menunggu dengan sabar di rumah sakit. Maka dari sisi pertama ini, kita dapat bayangkan betapa banyaknya penderitaan dan kesusahan yang ditimbulkan oleh penyakit.
Kedua, sebagai seorang pelayan dan umat Tuhan/ anggota jemaat, kita harus menjaga kesehatan untuk melayani Tuhan. Sebaiknya kita tidak terhalang melayani karena alasan kurang sehat. Sebaiknya pula jemaat Tuhan tidak tertunda untuk melakukan tugas, profesi di kantor, di sekolah sebagai guru atau dimana pun itu karena kurang sehat.
Berikut dan ketiga; kesehatan harus kita jaga sebagai bentuk kasih kepada orang yang kita cintai. Misalnya seorang bapak harus menjaga kesehatannya untuk memberikan cinta dan suka cita bagi isterinya, anak-anak dan keluarga sampai pada masa tua. Demikian juga seorang isteri harus menjaga kesehatannya sebagai bentuk cinta kepada suami, anak-anak dan keluarga, sampa ia pun melihat cucu-cucunya. Anak-anak pun demikian, harus menjaga kesehatannya sebagai bentuk cinta dan mendatangkan suka cita bagi bapa-ibu dan keluarganya.
Untuk itu, lewat tulisan ini saya mau berbagi kepada semua pembaca; mumpung Anda dan kita masih sehat, jagalah kesehatan! Sebab mencegah pasti lebih baik dari pada mengobati. Memang, menurut saya ada tiga sumber penyakit yaitu:
1) Penyakit yang dibuat-buat (nabinaen-baen): Artinya secara fisik tidak sakit tetapi dia mengatakan bahwa dia sedang sakit perut, sakit gigi, kepala, dll. Padahal itu dia lakukan hanya alasan karena malas dan tidak suka saja.
2) Sakit karena dibuat (nabinaenna); ada dua; yaitu: (a) karena dosa dan kejahatannya. Miryam sakit kusta karena dimurkai oleh Tuhan atas dosanya telah mengatai (memfitnah) saudaranya Musa hamba Allah (Bil. 12:10). (b) karena kelalaian, kesembronoan dan keserakahan. Ada banyak orang jatuh sakit dan setelah diperiksa (diagnosa) ternyata penyakit disebabkan oleh kebanyakan kolesterol, gula, asam, cabe, merokok, alkohol. dll. Artinya penyakit itu tidak datang dan masuk begitu saja ke dalam tubuh seseorang tetapi karena dikonsumsi.
3) Penyakit yang tidak dibuat (na so binaen). Panyakit ini datang sendiri atau juga sebagai bagian dari proses alami. Ya. memang wajar sebagai manusia pernah sakit, setiap orang pasti pernah mengalaminya dalam waktu dan keparahan yang berbeda.
Dari percakapan-percakan dengan pasien (orang sakit) ternyata paling tidak ada 10 hal yang perlu kita lakukan untuk komit menjaga kesehatan dan hidup sehat di tahun 2008, a.l:
1) Istirahat dan Tidur
Di zaman sekarang, yah... memang harus pintar-pintar soal mengatur istrahat dan tidur. Belum lagi masalah tidak bisa tidur. Mengapa? Zaman modern seolah-olah dunia terasa tak pernah tidur sepanjang 24 jam. Tetapi bagaimanapun juga kita harus sadar kalau kita adalah manusia yang memerlukan istirahat dan tidur yang baik. Tidak mungkin terus bekerja. Bahkan Tuhan pun membuat satu hari untuk istirahat dari menciptaNya (Kej. 2:2).
Dalam satu tulisan kesaksian, saya membaca. Seorang itu menuliskan kisahnya bahwa ketika dia usia muda dan sehat, tak peduli apakah itu siang maupun malam, selagi ada pekerjaan dia terus bekerja. Dia juga sering diundang ke luar kota bahkan ke luar negeri membawa seminar dan menghadiri pertemuan-pertemuan. Segala pekerjaan dia lakukan tanpa menghiraukan saat istirahat dan tidur. Memang dia mendapatkan impiannya; banyak uang dan harta. Namun pada masa tuanya ia jatuh sakit dan sangat parah; lalu ia katakan; “Ketika aku muda aku menjual kesehatan untuk mendapatkan harta dan uang, tetapi ketika aku tua aku harus menjual semua harta dan uang itu untuk membeli dan mendapatkan kembali kesehatanku. Dan sekarang aku tidak punya apa-apa.”
Kesaksian ini harus mengingatkan kita untuk mempergunakan waktu juga untuk istirahat. Istirahat bukan berarti; tidak tahu mempergunakan waktu, tidak menghargai waktu, atau istirahat bukan berarti disebut orang malas. Justru dalam istirahat kita mendapatkan kembali kekuatan, kesegaran bahkan inspirasi baru. Bahkan menurut Mzm. 127:2 B, saat tidur, kita juga mendapatkan berkat “...sebab Ia memberikannya (roti) kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”
Tidur yang cukup menurut medis sebaiknya tidak kurang dari 8 jam setiap hari. Dan paling utama jangan lupakan tidur di antara jam 22.00–02.00 karena di jam-jam itu sel darah merah (Hemoglobin) akan dibentuk dengan baik. Rasakanlah tidur dan istirahat yang enak, badan pun akan segar dan sehat.
2) Konsumsi (makanan dan minuman)
Masalah konsumsi juga harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. Katanya di dunia Arab pada zaman dulu ada satu keheranan. Seseorang pernah memberikan 3 orang sebagai hadiah kepada Amran (samaran) seorang yang dia hormati. Hadiah itu ialah: seorang pembantu, seorang dokter, seorang akuntan. Dalam pekerjaan hari-harinya, pembantu dan akuntan selalu terisi dan sangat sibuk. Tetapi seorang dokter itu ongkang-ongkang saja tidak bekerja. Lalu seorang yang memberi hadiah bertanya;
+ Tuan, mengapa Tuan tidak mempekerjakan dokter yang saya beri, apakah kurang baik menurut Tuan?
- Oh.. tidak, dia baik bahkan sangat baik
+ Lalu, ada apa Tuan?
- Di wilayah ini, tidak ada orang sakit yang perlu diobati
+ Wah.. luar biasa, rakyat juga tidak ada yang sakit? Bagaimana caranya itu bisa terjadi Tuan?
- Caranya; kami makan hanya secukupnya. Kami makan bila lapar saja dan ketika makan pun kami tidak pernah makan sampai berlebihan.
Saya dengar bahwa dahulu bagi orang Batak Toba mengatakan “Mokkus do mula ni mokmok” atau “Godang pangan asa sehat ho” (banyak makan maka akan gemuk dan sehat). Menurut saya; kalau dulu mottonya “Makan banyak atau memakan semua supaya engkau sehat” tetapi sekarang yang baik justru; “Jaga dulu kesehatanmu supaya engkau bisa makan banyak/ semua.” Jadi pertama menjaga kesehatan dan selanjutnya silahkan makan banyak atau semua.
Yesus pun mengajar murid dan umatNya, untuk makan secukupnya pada setiap hari. Tidak perlu berlebihan kuantitas maupun gizinya. Harus secukupnya, sebab dalam doa Bapa kami (Mat.6:11) “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” adalah pola makan yang sehat.
3) Olah raga atau fitness
Bagaimanapun juga soal olah raga (berat atau ringan) harus kita lakukan. Sesibuk apapun kita, kita harus sisihkan waktu untuk olah raga. Apakah itu jalan santai, lari, permainan dan atletik, gerakan-gerakan dengan alat-alat olah raga electric, dsb. Kita juga hendaknya olah raga menurut kemampuan masing-masing tanpa harus memaksakan diri jenis olah raga harus sama dengan orang lain.
Kita dapat terima jikalau ada pendapat mengatakan penumpukan karbohidrat, energi, gizi. Benar, tetapi itu bisa diatasi dengan pembakaran melalui olah raga. Bahkan dengan olah raga dapat menyembuhkan banyak penyakit seperti penyakit gula, darah tinggi-kolesterol, rematik, tremor, jantung, obesitas (kegemukan), osteporosis (pengapuran tulang), dll.
4) Pengelolaan dan mengatasi masalah/ konflik
Kita harus menyadari bahwa semua orang mempunyai masalah/ konflik hidup. Bedanya hanya terletak pada daya tahan dan pengelolaan masalah bagi setiap orang. Apakah itu masalah keluarga, isntansi, profesi semua ada resiko. Singkatnya bukan hanya Anda punya masalah, temanmu juga. Anda tidak perlu stress. Karena itu kita harus mengelolanya dan mengarahkan masalah kepada satu titik terang kemudian kita pecahkan. Jangan gegabah, tetap tenang, pikiran jernih, tidak mengumpat. Cari penyembabnya dan temukan solusinya. Bila perlu minta bantuan kepada orang yang dapat dipercaya. Atau juga bicarakan baik-baik dan sama-sama mengambil kesimpulan atau penyelesaian. Tentu juga perlu pengorbanan harga diri, jangan menang sendiri dan jangan bertahan (marsigol-gol). Lebih baik lagi jika kita memberikan pengampunan dan rasa maaf kepada diri sendiri dan orang lain. Jangan katakan, “tolema, sabar iba, alai hancit roha” Oh.. tidak demikian, kita harus tulus mengampuni. Hasilnya, Ok ! Kita menang dan kita sama-sama menang (win-win solution).
5) Berpikir positif
Pada kitab Amsal 17:22 dikatakan “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Hati gembira juga dapat dihasilkan oleh berpikir positif. Hati gembira bukan selalu dihasilkan kalau ada banyak harta dan uang, tetapi bagaimana secara positif menanggapi dan mensyukuri harta dan uang. Bagaimana secara positif menanggapi permasalahan. Positifnya adalah pasti bahwa di dalam kemelut ada pasti nilai dan maksud baik. Pada konteks berpikir seperti itu kita dapat melihat dan merasakan bahwa Tuhan mau menolong Saudara. Percayalah, “... Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan.... (2 Petrus 2: 9)
Berpikir ositif terhadap sekitar, tetangga dan teman juga menjadi pendukung untuk selalu hidup sehat. Tiada sungut-sungut dan menggerutu membuat hati nyaman dan susah jatuh sakit.
6) Komitmen dan keteraturan waktu
A) Komitmen, prinsip dan kedisplinan yang baik secara timbal balik (si A dan B, atasan dan bawahan, diri dan teman) sangat berguna untuk menopang kesehatan pikiran dan jasmani. Kemitmen kepada diri sendiri juga harus diusahakan menepatinya. Bayangkan kalau suatu penyakit juga bisa dilahirkan dari ketidakpedulian terhadap komitmen, persetujuan dan kesepakatan. Komitmen pada janji, tugas, program, rencana dan cita-cita.
B) Keteledoran dan kelalaian sering menghasilkan kerugian dan penyesalan. Tidak ada keteraturan pun sering membuat sistem rusak misalnya tubuh dan memori otak kacau akhirnya menimbulkan penyakit sebagai akibat tidak teratur dalam waktu. Tidak teratur waktu tidur, makan, dsb.
7) Menghindari kontak radikal
Menghindar diri dari kontak radikal terhadap udara, suhu berlebihan (ekstrim= sangat dingin atau sangat panas), situasi memanas - perkelahian - bentrok dan anarkhis, gas dan uap perlu dipahami akibat-akibatnya. Karena dengan demikian kita boleh sigap menghindar dari bencana seperti itu. Tak boleh dipungkiri, bila masalah seperti itu sangat fatal. Bukan berarti bila Anda menghindari dari situasi seperti itu maka Anda disebut penakut. Tidak! Hal itu adalah usaha penyelamatan nyawa dan usaha menjaga kesehatan. Hal lain, kita harus menghindari kontak radikal dengan benda-benda atau pun dengan bahan berbahaya, seperti bahan kimia, racun, benda keras dan tajam.
8) Menjaga udara dan lingkungan bersih
Kepedulian akan udara dan lingkungan bersih boleh kita mulai dari lingkungan yang terkecil yaitu keluarga. Lingkungan bersih dapat meminimalkan kemungkinan timbulnya penyakit. Termasuk kebersihan makanan, pakaian, alat-alat, kebersihan badan dan pekarangan dengan membuang sampah tidak sembarangan. Kepedulian lingkungan hendaknya kita juga ikut mensukseskan pengamanan terhadap pemanasan global (Global Warming) dengan menanam bunga dan pohon misalnya (penghijauan lingkungan) sebagaimana dicetuskan di KTT PBB pada tanggal 3-12 Desember 2007 di Nusa Dua Bali.
Udara yang bersih juga harus selalu kita jaga, contoh sederhana: pentilasi yang baik, tidak merokok di dalam rumah sebab merokok juga dapat mencemarkan udara. Boleh kita simak; menurut PP. No. 19 thn. 2003 Ttg. Pengamanan Rokok bagi kesehatan; Pasal 22 ditulis; “Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tempat proses belajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok.”
9) Ceck kesehatan dan menerima imun (kekebalan)
Tiba-tiba ada banyak orang kaget, “Lho dia ’kan sehat, kenapa tiba-tiba dibawa ke rumah sakit dan begitu parah.” Dokter juga bilang; “Wah.... sayang, sudah terlambat.” Mendengar pernyataan itu, pasti bagaikan disambar petir di siang hari.
Bagi kita dan Anda dan anak yang masih sehat, sekarang harus bertanya kepada dokter tentang kesehatan. Anda harus ceck dan kalau boleh menerima suntikan atau obat kekebalan (imunisasi). Lihat ada banyak penyakit menular dan tidak menular yang dapat dicegah jauh-jauh sebelumnya. Mis. HiB-Hepatitis, BCG-TBC, DPT-Tetanus, MMR, dll juga tanpa suntikan imunisasi seperti jantung, gula, getah bening, ginjal, asam urat, dll..
Jangan takut ceck up, jangan trauma atau menjadi down karena mendengar penyakit. Justru dengan mengatahui siapa kita, maka kita dapat mengantisipasi dan mengatasi persoalan sekitar penyakit.
10) Berdoa dan percaya
Baik untuk pencegahan maupun dalam pengobatan, kita harus selalu berdoa dan percaya untuk pertolongan, bimbingan, pemeliharaan dan kesembuhan dari Tuhan. Jangan sarupa dengan dunia ini, mereka pergi ke dukun (paranormal)
Saat kita akan pergi memulai perjalanan dan pekerjaan, baiklah kita terlebih dahulu berdoa dan memohon penyertaanNya supaya dijauhkan dari mara bahaya. Demikian juga ketika kita di rumah istirahat dan akan tidur, senantiasalah berdoa. Mungkin kita semua pernah menyanyikan Buku Ende No. 316:4-5. Lagu malam ini memohon supaya dijaga dari api, atau juga dari bencana lain seperti banjir, gempa, angin puting-beliung, dan sijahat.
Demikian juga kalau sedang sakit, berdoalah kepadaNya; Tuhan adalah Penolong dan Penyembuh yang ajaib. Perhatikan baik-baik, dari ayat di atas (Lukas 7:21 B) dua hal perlu kita percaya (a)Yesus menyembuhkan banyak orang (b) dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat.
Arti sederhana dari saya begini; Yesus menyembuhkan termasuk engkau sebab dikatakan “banyak orang yang disembuhkan”. Dan penyakitmu akan dibuang sebab dikatakan “dari segala penyakit” bukan satu macam penyakit. Itu berarti bahwa Yesus dapat menyembuhkan engkau walaupun mungkin penyakitmu tidak ada dituliskan dalam Alkitab. Tetapi kata “dari segala penyakit” memastikan termasuk penyakitmu, segala macam dan jenis penyakit.
Itu berbeda dengan seorang spesialis, mungkin saja mampu menyembuhkan banyak orang dari satu macam penyakit. Tidak demikian dengan Tuhan, sebab Dia mampu menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit termasuk penyakit di zaman sekarang. Apakah Saudara percaya? Jadilah itu kebenaran bagimu! Dan oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh (1 Ptr. 2: 24 B).Kamu menjadi orang yang sehat Karena itu senantiasalah berdoa dan percaya kepada kuasa Tuhan Yesus Kristus, amin.
Pdt. Hopol M. Sihombing, STh.
HP. 08159834189,Rumah. 022-7509786. Kantor. 022-7564037. E-mail:hopolrev@yahoo.com)
Artikel Paskah
DISALIBKAN MATI DAN TAK PERNAH BANGKIT
(Oleh: Pdt. HOPOL M.Sihombing, STh- Bandung)
”Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6)
Kecuali golongan orang Saduki, peristiwa salib dan kematian Yesus dianggap sebagai akhir dari semua pelayanan dan pekerjaanNya. Inilah pandangan mereka bahwa orang yang mati tak akan pernah bangkit lagi (Mat. 22:23). Namun sayang pandangan yang cukup lama menjadi landasan ajarannya, tanpa harus kita tentangpun telah harus luluh dengan kebangkitan Yesus pada hari pertama Minggu itu (Mrk. 16). Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome menjadi saksi pertama bahwa Yesus telah bangkit dari kubur. Yesus hidup dan memenangkan umatNya dari kuasa kematian.
Tepatnya, untuk apakah kita katakan “disalibkan mati dan tak pernah bangkit lagi?”. Paulus mengatakan, ayat ini bukan ditujukan untuk salib dan kematian Yesus. Mati dan tak pernah bangkit justru ditujukan kepada dosa kita. Oleh salibNya, telah menyalibkan manusia lama kita sehingga dosa kita mati dan tak perlu bangkit lagi. Biarkan dosa itu mati untuk selamanya dan tak perlu diungkit. Maka dari nats ini beberapa hal perlu kita renungkan sebagai arti salib di zaman sekarang:
A. Manusia Lama menjadi Manusia Baru
Menurut kitab Efesus 4:22, bahwa manusia lama diidentikkan dengan hidup dalam dosa, hidup dalam nafsu duniawi kemudian akan menerima ganjaran kebinasaan disebutkan “....manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,” Jika menurut kitab Yohanes; hidup baru diperoleh dengan lahir kembali, oleh Paulus dari kitab Roma 6:6 menyebut umat Tuhan menerima hidup baru dengan salib. Salib Yesus telah menyalibkan manusia lama yang hidup dalam dosa, maka dengan demikian kita telah dirubah menjadi mansia baru dan akan menerima hidup kekal di sorga.
Guna pembaharuan hidup kita harus dibayar dengan nyawa dan darah Yesus. Dan itu pun akan terjadi jikalau kita menerima salib itu. Salib jangan dianggap sebagai kutukan tetapi bentuk cinta kasih yang sangat-sangat besar. Tiada orang rela berkorban, mengorbankan diriNya, hidupNya bagi orang yang berdosa, kecuali Yesus. Itu adalah cinta sorgawi dan cinta yang kudus bagi kita semua.
B. Tubuh Dosa hilang kuasanya
Kemampuan tentu didasari oleh kuasa yang dimiliki. Jelasnya demikian; Kuasa-kuasa dunia melakukan hal-hal duniawi, sedangn kuasa Roh melakunan hal rohani. Sehingga tidak berlebihan jika saya sebut “jangan benci orang berdosa tetapi bencilah dosa!” Bolehkah kita pisahkan dosa dengan orang berdosa? Sepintas sulit sekali, tetapi kita perlu untuk menyimak lebih baik. Contoh, seorang berdosa lalu kita benci karena dia berdosa (alasan dosanya), bukankah kita juga menjadi orang berdosa? Sedang membenci dosa adalah menjadikan hidup benar di hadapan Tuhan.
Karena dosa itu tentu dari iblis yang bersarang di dalam tubuh manusia. Salib harus berdiri di sana supaya tubuh kita bukan lagi sarang iblis dan istana setan. Jangan memberikan tubuh untuk tempat berpesta bagi si jahat. Tetapi menjadi bait Allah (Roh) dengan demikian tubuh akan berbuat hal-hal rohani (bnd. 1 Kor.6:19 tubuhmu adalah bait Roh Kudus)
C. Hamba Bagi Allah bukan hamba iblis
Menghambakan diri dan menjadi hamba bagi Allah adalah kebalikan dari menghambakan diri kepada dosa (iblis). Dari konsep ini, bagaimana pun, dan di manapun di dunia ini manusia tetap disebut sebagai hamba. Hanya kita memilih hamba siapa. Hamba Allah atau hamba iblis. Dan hamba berhubungan dengan tuan. Jika seorang adalah hamba bagi Allah maka tuannya (Tuhan) adalah Tuhan Allah, sdangn jika hamba iblis (dosa) tuannya adalah iblis.
Hamba bagi Alah tugasnya akan melakukan pekerjaan Allah dan kehendakNya dan akan mendapat upah (dari) Allah dalam Yesus (Kol. 3:23-24). Demikian juga, orang yang menghambakan diri bagi iblis tugasnya akan melakukan tipu daya iblis dan akan mendapat upah maut (bnd. Rom. 6:23, Kol. 3:25)
Peristiwa salib, sekarang harus kita terima di dalam hidup kita pada saat ini. Salib di Golgata pada umur Yesus 30 tahun (dua ribuan tahun lalu) telah menyalibkan manusia lama dan dosa kita di segala zaman. Dosa-dosa itu biarlah mati dan tak perlu dibangkitkan lagi. Keburukan itu tidak perlu berulang lagi sebab kita telah memiliki manusia baru di dalam tubuh kita yang dipenuhi kuasa Roh Kudus. Biarkan dosa, kejahatan dan keburukan mati dan tak pernah dibangkitkan lagi. Karena itu marilah sungguh-sungguh hidup menjadi hamba bagi Allah.
(Oleh: Pdt. HOPOL M.Sihombing, STh- Bandung)
”Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6)
Kecuali golongan orang Saduki, peristiwa salib dan kematian Yesus dianggap sebagai akhir dari semua pelayanan dan pekerjaanNya. Inilah pandangan mereka bahwa orang yang mati tak akan pernah bangkit lagi (Mat. 22:23). Namun sayang pandangan yang cukup lama menjadi landasan ajarannya, tanpa harus kita tentangpun telah harus luluh dengan kebangkitan Yesus pada hari pertama Minggu itu (Mrk. 16). Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome menjadi saksi pertama bahwa Yesus telah bangkit dari kubur. Yesus hidup dan memenangkan umatNya dari kuasa kematian.
Tepatnya, untuk apakah kita katakan “disalibkan mati dan tak pernah bangkit lagi?”. Paulus mengatakan, ayat ini bukan ditujukan untuk salib dan kematian Yesus. Mati dan tak pernah bangkit justru ditujukan kepada dosa kita. Oleh salibNya, telah menyalibkan manusia lama kita sehingga dosa kita mati dan tak perlu bangkit lagi. Biarkan dosa itu mati untuk selamanya dan tak perlu diungkit. Maka dari nats ini beberapa hal perlu kita renungkan sebagai arti salib di zaman sekarang:
A. Manusia Lama menjadi Manusia Baru
Menurut kitab Efesus 4:22, bahwa manusia lama diidentikkan dengan hidup dalam dosa, hidup dalam nafsu duniawi kemudian akan menerima ganjaran kebinasaan disebutkan “....manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,” Jika menurut kitab Yohanes; hidup baru diperoleh dengan lahir kembali, oleh Paulus dari kitab Roma 6:6 menyebut umat Tuhan menerima hidup baru dengan salib. Salib Yesus telah menyalibkan manusia lama yang hidup dalam dosa, maka dengan demikian kita telah dirubah menjadi mansia baru dan akan menerima hidup kekal di sorga.
Guna pembaharuan hidup kita harus dibayar dengan nyawa dan darah Yesus. Dan itu pun akan terjadi jikalau kita menerima salib itu. Salib jangan dianggap sebagai kutukan tetapi bentuk cinta kasih yang sangat-sangat besar. Tiada orang rela berkorban, mengorbankan diriNya, hidupNya bagi orang yang berdosa, kecuali Yesus. Itu adalah cinta sorgawi dan cinta yang kudus bagi kita semua.
B. Tubuh Dosa hilang kuasanya
Kemampuan tentu didasari oleh kuasa yang dimiliki. Jelasnya demikian; Kuasa-kuasa dunia melakukan hal-hal duniawi, sedangn kuasa Roh melakunan hal rohani. Sehingga tidak berlebihan jika saya sebut “jangan benci orang berdosa tetapi bencilah dosa!” Bolehkah kita pisahkan dosa dengan orang berdosa? Sepintas sulit sekali, tetapi kita perlu untuk menyimak lebih baik. Contoh, seorang berdosa lalu kita benci karena dia berdosa (alasan dosanya), bukankah kita juga menjadi orang berdosa? Sedang membenci dosa adalah menjadikan hidup benar di hadapan Tuhan.
Karena dosa itu tentu dari iblis yang bersarang di dalam tubuh manusia. Salib harus berdiri di sana supaya tubuh kita bukan lagi sarang iblis dan istana setan. Jangan memberikan tubuh untuk tempat berpesta bagi si jahat. Tetapi menjadi bait Allah (Roh) dengan demikian tubuh akan berbuat hal-hal rohani (bnd. 1 Kor.6:19 tubuhmu adalah bait Roh Kudus)
C. Hamba Bagi Allah bukan hamba iblis
Menghambakan diri dan menjadi hamba bagi Allah adalah kebalikan dari menghambakan diri kepada dosa (iblis). Dari konsep ini, bagaimana pun, dan di manapun di dunia ini manusia tetap disebut sebagai hamba. Hanya kita memilih hamba siapa. Hamba Allah atau hamba iblis. Dan hamba berhubungan dengan tuan. Jika seorang adalah hamba bagi Allah maka tuannya (Tuhan) adalah Tuhan Allah, sdangn jika hamba iblis (dosa) tuannya adalah iblis.
Hamba bagi Alah tugasnya akan melakukan pekerjaan Allah dan kehendakNya dan akan mendapat upah (dari) Allah dalam Yesus (Kol. 3:23-24). Demikian juga, orang yang menghambakan diri bagi iblis tugasnya akan melakukan tipu daya iblis dan akan mendapat upah maut (bnd. Rom. 6:23, Kol. 3:25)
Peristiwa salib, sekarang harus kita terima di dalam hidup kita pada saat ini. Salib di Golgata pada umur Yesus 30 tahun (dua ribuan tahun lalu) telah menyalibkan manusia lama dan dosa kita di segala zaman. Dosa-dosa itu biarlah mati dan tak perlu dibangkitkan lagi. Keburukan itu tidak perlu berulang lagi sebab kita telah memiliki manusia baru di dalam tubuh kita yang dipenuhi kuasa Roh Kudus. Biarkan dosa, kejahatan dan keburukan mati dan tak pernah dibangkitkan lagi. Karena itu marilah sungguh-sungguh hidup menjadi hamba bagi Allah.
Artikel Pembinaan Warga Gereja
Berpacaran Untuk Muda-Mudi Kristen
(Oleh : Pdt. Hopol M.Sihombing, STh - Bandung)
Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia ..... (Kidung Agung 2:16)
Happy Valentineday 2008
Moment Valentineday 14 Pebruari, termasuk termasuk muda-mudi Kristen sangat kerap dirayakan sebagai hari yang berbunga-bunga. Bahkan sudah menjadi umum jika hari itu seolah dikhususkan bagi orang yang sedang berpacaran. Walaupun kadang juga dipakai oleh Bapak dan Ibu yang sudah berkeluarga sebagai hari bernostalgia tentang cinta. Atau kasih sayang Ibu kepada anak-anaknya. Tetapi pada kesempatan ini, saya mau khususkan; valentin kepada kaum muda/i gereja.
Memang dalam ensiklopedia Roma Katolik dicatat tentang valentin. Tetapi pernah juga saya baca dalam buku lain, hari valentin diambil dari nama Valentinus seorang pemuda yang sangat mencintai seseorang gadis. Pemuda itu sebenarnya adalah pastor, sehingga tidak mungkin menikah. Maka rasa cintanya itu dia tulis sendiri dalam selembar surat pada saat dia akan meninggal demikian; “Kasih sayangku untukmu - dari Valentinus.” Tulisan itu membuktikan, cinta dan setianya tak berubah sampai dia mati.
Bagaimana dengan Anda, hai pemuda/i Kristen? Anda tahu ’kan Romeo dan Juliet? Ini pun kisah cinta yang indah untuk dibaca atau ditonton filmnya. Saya juga teringat dengan film yang dibintangi oleh Rahul (Sarukhan), Tina dan Angely. Film India tahun 1999 ini sangat menghebohkan dan populer apalagi dengan jawaban Rahul di sebuah Perguruan Tinggi (college) atas pertanyaan ibu dosennya; “Apa itu cinta?” Di kelas itu Rahul menjawab; “Kuch, kuch hota hai” (Love is friendship = Cinta adalah persahabatan). Benar, cinta bukan melulu bercerita tentang seks bahkan dalam tahap berpacaran tidak boleh melakukan hubungan badan (persetubuhan) karena diartikan sebagi perzinahan. Cinta bukan juga melulu sekitar kisah asmara bermesra-mesraan tak kepayang seolah orang lain sekedar penumpang di planet bumi ini. Tetapi cinta adalah di dalamnya terdapat kisah persahabatan, pertemanan dan keakraban.
Berpacaran Untuk Menikah
Pengertian saya pada tulisan ini, berpacaran adalah hubungan cinta dan kasih sayang bagi pemuda/i dan (memiliki kehendak, niat) selanjutnya untuk menikah. Jadi bukan dimaksudkan bagi yang mempunyai hubungan kasih sayang lalu putus dan cari yang lain. Istilah muda/i ’gonta-ganti’ pasangan. Atau juga sering disebut; “mata keranjang”. Atau juga certa tentang kisah seseorang yang bangga memiliki sekian banyak mantan kekasih. Tidak! Tetapi bagi kamu-kamu yang mempunyai hubungan asmara dan hendak menikah atau berkeluarga.
Tentu bagi orang berpacaran cepat atau lambat memang harus mengambil keputusan! Pada umumnya persoalan yang dihadapi yakni memastikan bahwa seorang kekasih adalah pasangan hidup yang tepat. Nah, memastikan inilah yang sering kali menjadi masalah, sebab ada kalanya hari ini merasa yakin, besoknya malah merasa bingung. Untuk mereka seperti ini termasuk dalam kategori “ya-bing” (ya yakin, ya bingung). Tetapi bagaimana pun juga harus memastikan bahwa kekasihnya adalah calon teman hidupnya.
Memang adalah tidak berlebihan bila sampai sekarang kita percaya urusan jodoh adalah dalam kuasa Tuhan yang menciptakan laki-laki dan perempuan. Untuk itu perlu bimbingan Tuhan di dalam menentukan pacar dan pasangan sehingga kuasa dan godaan iblis tidak menyesatkan muda/i krsitiani zaman ini. Karena itu, saya ingin membagikan beberapa petunjuk kiranya dapat berguna bagi kaum muda/i - generasi gereja.
PERTAMA, Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang mengasihi Tuhanmu.
Kembali saya mau katakan, maksud saya tentang berpacaran disini adalah hubungan cinta bagi yang akan dan menikah. Mari kita mulai; Beberapa hal dalam kasus ini, misalkan sengaja untuk berpacaran dan menikah dengan orang yang bukan seiman. Entah apapun itu kepercayaannya (baca: agama) selain Kristen, pastikan jangan memulai berpacaran dengan dia. Mungkin saja dia ganteng/cantik, punya duit, mobil dan rumah mewah, tutur kata yang manis dan menggoda, hei..... hati-hati jangan mulai menaruh hati kepadanya atau main mata dengannya. Banyak kisah, awalnya biasa-biasa saja, tapi makin lama makin jauh dan makin dalam. Akhirnya tak terelakkan dan terbawa arus hingga lupa bahkan kepada Yesus Penyelamat. Contoh lain; awalnya sekedar makan siang di restoran karena memang satu kantor, tetapi makin lama, wah..... tak terlupakan gambar wajahnya lalu-lalang dalam hayalan. Atau karena takut tak punya jodoh, akhirnya harus pindah agama. Dan gereja? Ya.... Good bye!!!
Memang tidak salah memiliki hubungan sosial kepada siapapun dengan latarbelakang kepercayaannya. Tetapi itu hanya sekedar pertemanan sebagai mahluk sosial dan kita berharap tidak seperti itu akhir ceritanya,yaitu akan menikah dan pindah agama, ya ’kan?
Karena itu bagi kaum muda/i gereja mulailah mempunyai komitmen yang sangat fanatik untuk memiliki pacar adalah seorang yang seiman. Jangan ambil langkah yang menyulitkanmu, Anda sekarang bukan dipilih menjadi seorang missioner (penginjil) pada zending, Anda sedang mau memilih jodoh dan berkeluarga, sadarilah itu! Kita mempunyai batasan-batasan dalam tujuan-tujuan hidup kita. Yah, tidak apa-apa kalau memang muda/i gereja juga mempunyai kesempatan atau pilihan untuk menyampaikan Injil dan mentobatkan orang lain menjadi Kristen. Tetapi tugas pentobatan itu harus murni, dan jangan memperalat perjodohan. Lagi pula tugas Anda pada kesempatan ini atau dalam topik ini bukan untuk menjadi tenaga missi pentobatan tetapi untuk mewujudkan firman Tuhan dalam Kej. 2:18, yaitu pasangan yang sepadan. Pada 2 Kor. 6:14 juga disebut “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”
Berikut, jika seorang pacarmu adalah seorang Kristen pun, ajaklah dan yakinkan pacar Anda sebelum menikah bukan sekedar mengaku bahwa ia seorang Kristen, melainkan seseorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budinya. Alangkah baiknya jika Anda dengan dia bisa bersama dalam ibadah kebaktian gereja, perayaan rohani, atau dalam pelayanan apapun itu bentuknya di gereja bagi kaum muda. Janganlah dia sama sekali tidak pernah tahu soal gereja, kebaktian, doa dan kerohanian.
KEDUA; Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang benar dan sungguh Anda cintai.
Bagi beberapa orang memang terjadi bahwa awalnya tidak begitu cinta, tetapi cinta bertumbuh setelah menikah. Itu adalah pengecualian saja. Tetapi lebih baik jika sejak awal bahwa seseorang harus memastikan pacarnya, pasangannya adalah orang yang paling dia cintai. Masih ingat ’kan “Kawin Paksa”; Siti Nurbaya menikah dengan datuk Meriggih seorang yang tidak dia cintai. Dalam cerita itu berakhir dengan kesedihan (sick ending) padahal kita ingin perjalanan hidup kita berakhir dengan bahagia (happy ending). Begitu juga dengan hidup seputar percintaan. Jangan kelak setelah berkeluarga terdengar bahwa seorang dari mereka berkata pasangannya bukan orang yang dia cintai. Jika begini, amburadul sudah pernikahan. Boleh jadi kasus ini berdampak pula pada perselingkuhan, padao-padao (pisah ranjang), gampang terjadi pecekcokan/ perkelahian. Karena itu cegahlah sedini mungkin keluarga yang berantakan (broken home ) dengan berawal dari menikahi orang yang sungguh dan benar-benar Anda cintai.
Pada setiap melakukan konseling pra nikah yaitu sebelum dan sesudah martumpol, saya selalu menanyakan hal ini kepada pasangan muda/i yang akan menikah. Jangan-jangan mereka menikah karena paksa, karena hutang. Jadi saya sebagai pendeta yang akan melakukan acara pemberkatan pernikahannya nanti, juga harus memastikan bahwa mereka berdua adalah pasangan yang saling mencintai.
Mari perhatikan juga salah satu episode kisah “Return of The Condor Heroes”, si Gadis Naga Kecil berkata kepada Yoko, “Asalkan aku dapat bersamamu, aku akan bahagia.” (kira-kira itulah intinya). Sudah tentu ungkapan seperti ini adalah salah satu akibat dari perasaan tatkala sedang mengasihi seseorang. Namun, ungkapan ini sekali-kali bukanlah kasih itu sendiri, itu adalah hanya kata-kata.
Atau jelasnya begini, bedakanlah kedua makna pernyataan ini. 1) “Karena saya mengasihimu, maka saya ingin hidup bersamamu.” 2) “Saya ingin hidup bersamamu, oleh sebab itu saya akan mengasihimu.” Kedua kalimat ini tidaklah sama meskipun secara sepintas terdengar serupa.
Kalimat pertama menunjukkan bahwa keinginan hidup bersama timbul dari kasih; jadi kasih dahulu setelah itu baru muncul keinginan untuk hidup bersama. Sedangkan kalimat kedua memperlihatkan bahwa keinginan hidup bersama mendahului kasih dan kasih seolah-olah dianggap pasti ada, oleh karena adanya keinginan hidup bersama.
Menurut saya, yang sehat adalah yang pertama; “Berhasrat untuk hidup bersamanya dalam mahligai pernikahan karena mengasihinya.”
KETIGA: Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang mengasihi diri Anda dan keluarga Anda.
a) Coba pelajari, apakah pacar Anda berkata; “Aku cinta kamu” karena harta orang tuamu. Atau jangan-jangan karena kemewahan yang ada padamu. Ini perlu Anda tahu atau Anda rubah. Banyak hal terjadi, sebenarnya ia pacaran hanya untuk sekedar harta warisan atau dan lain sejenisnya. Dalam hati, mumpung bisa menjadi tempat bersandar, itu saja.
b) Sangat menyakitkan pula bagi seseorang dengan istilah cinta sebelah atau bertepuk tangan sebelah. Dayung tak bersambut, apa boleh buat walau selalu menunjukkan perasaan hati dan cinta, tetapi selalu ditolak dan tidak dihiraukan. Oke, lebih baik saja realis, lebih baik mencintai orang yang mencintai Anda. Ingat, karena hasilnya lebih manis dan lebih indah. Coba pikirkan alangkah indahnya, jika Anda memiliki pacar yang mencitai Anda, pacar yang mau mendoakan, menolong dan memberikan kesejukan apalagi saat Anda sedang menghadapi kesulitan. Bahagia rasanya jika Ia mau berbagi dan peduli.
Jangan takut, Anda harus percaya, Tuhan akan menolongmu jika Anda sungguh memohon petunjuk dan pertolonganNya. Jangan ragu sedikit pun, pacar atau jodohmu Tuhan tahu dan Dia sediakan yang terbaik bagimu. Mulailah berdoa supaya Tuhan mempertemukan orang yang menjadi pacarmu atau pasangan yang sungguh dan benar-benar mencitai Anda. Oke?
c) Tentang mengasihi keluarga Anda. Anda pasti senang jika pacarmu bersahabat dan diterima oleh keluarga. Tentu untuk ini perlu adaptasi dan keterbukaan hati. Jadi bercinta sebagai muda/i gereja baiknya jangan hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga sekelilingmu, salah satunya adalah keluarga Anda, Bapak – Ibu, Saudara dan sepupu. Dia juga harus dapat bergaul dan menerima keluarga Anda, jangan hanya Anda saja. Karena bagaimana pun, Anda dan keluarga adalah orang-orang yang bertumbuh di dalam kasih sejak lama. Jadi tidak boleh dipisahkan hanya karena kehadiran pacar atau pasangan Anda. Bayangkan jika nanti, pasangan Anda tidak bisa menerima, tidak ada kecocokan dengan semua anggota keluarga besar Anda, bagaimana? Saya yakin Anda tidak siap untuk memiliki pacar/ pasangan yang tidak mengasihi keluargamu, ya ’kan? Karena itu pastikan bahwa pacarmu juga mengasihi keluarga besar.
KEEMPAT, Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang dapat mengasihi dirinya.
Bukan maksud saya, jika seorang mengasihi dirinya lalu lupa mengasihi orang lain. Karena point ketiga diatas saya sebutkan orang yang mengasihi diri Anda dan keluarga Anda. Lalu bagaimana dia mengasihi dirinya dan Anda?
Maksud saya begini, ada banyak orang memiliki “omong besar” dan berkata; aku mencintaimu, padahal dirinya sendiri tidak diurus, tidak disayangi. Mungkin tidak berlebihan bila saya katakan; banyak orang sejak muda suka mabuk-mabuk, judi, begadang, gaya hidup tak karuan, pola makan tak teratur. Mungkinkah dia mampu mencintai Anda sedang dirinya tidak ia cintai?
Tetapi sebaliknya, seseorang yang mengutamakan kepentingannya belaka ialah seseorang yang egois dan serakah. Keseimbangan antara mengutamakan orang lain dan mengutamakan diri sendiri memang harus dijaga dengan hati-hati. Namun, yang jelas orang yang dapat menghargai dirinya barulah bisa menjadi orang yang menghargai orang lain. Tanpa penghargaan diri, penghargaan terhadap orang lain merupakan kewajiban semata-mata atau keluar dari rasa kurang aman secara paksa dan tidak tulus.
Singkat kata, nikahilah seseorang yang hidup dalam perintah dan firman Tuhan. Barulah setelah itu Anda dapat menikmati pernikahan yang agung.
Perlu Anda Tahu Ketika Berpacaran.
1. Hendaknya jangan memakai kesempatan di gereja dan lokasi gereja untuk berpacaran. Walau Anda satu gereja atau bersama-sama ke gereja misalnya beribadah Minggu, belajar koor, PA, olah raga dan kegiatan lainnya, tetapi janganlah pakai lokasi gereja menjadi lokasi berpacaran, lokasi bercinta-cinta.
2. Jika tidak keberatan, beritahukan perjalanan atau lika-liku hubungan asmara Anda kepada pendeta juga minta dukungan dan doa.
3. Minta petunjuk dan nasehat dari orang tua Anda, dan/ atau dari keluarga, kawan-kawan.
4. Jangan pernah melakukan hubungan badan (persetubuhan) pada masa berpacaran. Ingat keluarga kristiani adalah keluarga yang dimulai dengan pemberkatan pernikahan di gereja. Ada waktunya untuk semua itu, tentu setelah Anda menikah.
6. Pada masa pacaran harus disempatkan untuk saling adaptasi, belajar, saling mengetahui beberapa hal kesukaan dan selera, mencari cara terbaik bagaimana pemecahan masalah dan lain-lain menuju yang terbaik.
7. Pada masa berpacaran perlu juga ada canda-tawa dan waktu untuk rekerasi bersama.
8. Jika mau menikah, selesaikan terlebih dahulu perkuliahan Anda bagi yang masih kuliah.
9. Jika akan menikah persiapkan kematangan diri dan mental termasuk hal-hal yang perlu di dalam mendukung keutuhan keluarga secara ekonomi dengan memiliki pekerjaan yang jelas.
Peran orang tua perlu Anda perhitungkan.
Pasti ada sekian banyak nasehat yang dapat diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya saat akan atau saat berpacaran. Tetapi dua hal ini sangat perlu Anda perhatikan dari orang tua Anda.
1) Bilamana orang tua Anda menyediakan suatu sarana pertemuan para pemuda/i Kristen atau pemuda gereja, jangan merasa tabu. Hal ini boleh saja salah satu cara orang tua untuk mempertemukan anak-anak muda Kristen dan seiman kalau-kalau di sana Anda boleh melihat calon pacarmu. Saya pikir bahwa di zaman ini sudah saatnya juga supaya orang tua memiliki peran dan mau memberikan waktu untuk membantu anak-anak gereja menemukan pacarnya. Karena ada sekian banyak orang tua akhirnya uring-uringan setelah mengetahui bahwa anaknya pacaran dan akan menikah dengan orang tak seiman, atau dengan orang yang sifat/sikapnya tak jelas. Karena itu, orang tua dan anak boleh saling tukar pikiran dalam hal ini walau tanpa harus mendikte anaknya. Karena bagaimanapun pemuda/i harus diyakini adalah seorang yang sedang bertumbuh dan mempunyai wawasan.
2) Soal waktu pernikahan supaya Anda membicarakannya secara matang dengan orang tua Anda. Jangan terlalu memaksakan diri. Demikian juga dengan bentuk dan aksesoris pesta pernikahan supaya disesuaikan dengan dana/ kemampuan.
Kiranya tulisan ini dapat menolong Saudara/i, kaum muda/i sebagai penerus gereja. Tuhan memberkati.
Salam: Pdt. Hopol M. Sihombing, STh.
HP. 08159834189, Rumah. 022-7509786, Kantor. 022-7564037
E-mail: Hopolrev@yahoo.com)
Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia ..... (Kidung Agung 2:16)
Happy Valentineday 2008
Moment Valentineday 14 Pebruari, termasuk termasuk muda-mudi Kristen sangat kerap dirayakan sebagai hari yang berbunga-bunga. Bahkan sudah menjadi umum jika hari itu seolah dikhususkan bagi orang yang sedang berpacaran. Walaupun kadang juga dipakai oleh Bapak dan Ibu yang sudah berkeluarga sebagai hari bernostalgia tentang cinta. Atau kasih sayang Ibu kepada anak-anaknya. Tetapi pada kesempatan ini, saya mau khususkan; valentin kepada kaum muda/i gereja.
Memang dalam ensiklopedia Roma Katolik dicatat tentang valentin. Tetapi pernah juga saya baca dalam buku lain, hari valentin diambil dari nama Valentinus seorang pemuda yang sangat mencintai seseorang gadis. Pemuda itu sebenarnya adalah pastor, sehingga tidak mungkin menikah. Maka rasa cintanya itu dia tulis sendiri dalam selembar surat pada saat dia akan meninggal demikian; “Kasih sayangku untukmu - dari Valentinus.” Tulisan itu membuktikan, cinta dan setianya tak berubah sampai dia mati.
Bagaimana dengan Anda, hai pemuda/i Kristen? Anda tahu ’kan Romeo dan Juliet? Ini pun kisah cinta yang indah untuk dibaca atau ditonton filmnya. Saya juga teringat dengan film yang dibintangi oleh Rahul (Sarukhan), Tina dan Angely. Film India tahun 1999 ini sangat menghebohkan dan populer apalagi dengan jawaban Rahul di sebuah Perguruan Tinggi (college) atas pertanyaan ibu dosennya; “Apa itu cinta?” Di kelas itu Rahul menjawab; “Kuch, kuch hota hai” (Love is friendship = Cinta adalah persahabatan). Benar, cinta bukan melulu bercerita tentang seks bahkan dalam tahap berpacaran tidak boleh melakukan hubungan badan (persetubuhan) karena diartikan sebagi perzinahan. Cinta bukan juga melulu sekitar kisah asmara bermesra-mesraan tak kepayang seolah orang lain sekedar penumpang di planet bumi ini. Tetapi cinta adalah di dalamnya terdapat kisah persahabatan, pertemanan dan keakraban.
Berpacaran Untuk Menikah
Pengertian saya pada tulisan ini, berpacaran adalah hubungan cinta dan kasih sayang bagi pemuda/i dan (memiliki kehendak, niat) selanjutnya untuk menikah. Jadi bukan dimaksudkan bagi yang mempunyai hubungan kasih sayang lalu putus dan cari yang lain. Istilah muda/i ’gonta-ganti’ pasangan. Atau juga sering disebut; “mata keranjang”. Atau juga certa tentang kisah seseorang yang bangga memiliki sekian banyak mantan kekasih. Tidak! Tetapi bagi kamu-kamu yang mempunyai hubungan asmara dan hendak menikah atau berkeluarga.
Tentu bagi orang berpacaran cepat atau lambat memang harus mengambil keputusan! Pada umumnya persoalan yang dihadapi yakni memastikan bahwa seorang kekasih adalah pasangan hidup yang tepat. Nah, memastikan inilah yang sering kali menjadi masalah, sebab ada kalanya hari ini merasa yakin, besoknya malah merasa bingung. Untuk mereka seperti ini termasuk dalam kategori “ya-bing” (ya yakin, ya bingung). Tetapi bagaimana pun juga harus memastikan bahwa kekasihnya adalah calon teman hidupnya.
Memang adalah tidak berlebihan bila sampai sekarang kita percaya urusan jodoh adalah dalam kuasa Tuhan yang menciptakan laki-laki dan perempuan. Untuk itu perlu bimbingan Tuhan di dalam menentukan pacar dan pasangan sehingga kuasa dan godaan iblis tidak menyesatkan muda/i krsitiani zaman ini. Karena itu, saya ingin membagikan beberapa petunjuk kiranya dapat berguna bagi kaum muda/i - generasi gereja.
PERTAMA, Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang mengasihi Tuhanmu.
Kembali saya mau katakan, maksud saya tentang berpacaran disini adalah hubungan cinta bagi yang akan dan menikah. Mari kita mulai; Beberapa hal dalam kasus ini, misalkan sengaja untuk berpacaran dan menikah dengan orang yang bukan seiman. Entah apapun itu kepercayaannya (baca: agama) selain Kristen, pastikan jangan memulai berpacaran dengan dia. Mungkin saja dia ganteng/cantik, punya duit, mobil dan rumah mewah, tutur kata yang manis dan menggoda, hei..... hati-hati jangan mulai menaruh hati kepadanya atau main mata dengannya. Banyak kisah, awalnya biasa-biasa saja, tapi makin lama makin jauh dan makin dalam. Akhirnya tak terelakkan dan terbawa arus hingga lupa bahkan kepada Yesus Penyelamat. Contoh lain; awalnya sekedar makan siang di restoran karena memang satu kantor, tetapi makin lama, wah..... tak terlupakan gambar wajahnya lalu-lalang dalam hayalan. Atau karena takut tak punya jodoh, akhirnya harus pindah agama. Dan gereja? Ya.... Good bye!!!
Memang tidak salah memiliki hubungan sosial kepada siapapun dengan latarbelakang kepercayaannya. Tetapi itu hanya sekedar pertemanan sebagai mahluk sosial dan kita berharap tidak seperti itu akhir ceritanya,yaitu akan menikah dan pindah agama, ya ’kan?
Karena itu bagi kaum muda/i gereja mulailah mempunyai komitmen yang sangat fanatik untuk memiliki pacar adalah seorang yang seiman. Jangan ambil langkah yang menyulitkanmu, Anda sekarang bukan dipilih menjadi seorang missioner (penginjil) pada zending, Anda sedang mau memilih jodoh dan berkeluarga, sadarilah itu! Kita mempunyai batasan-batasan dalam tujuan-tujuan hidup kita. Yah, tidak apa-apa kalau memang muda/i gereja juga mempunyai kesempatan atau pilihan untuk menyampaikan Injil dan mentobatkan orang lain menjadi Kristen. Tetapi tugas pentobatan itu harus murni, dan jangan memperalat perjodohan. Lagi pula tugas Anda pada kesempatan ini atau dalam topik ini bukan untuk menjadi tenaga missi pentobatan tetapi untuk mewujudkan firman Tuhan dalam Kej. 2:18, yaitu pasangan yang sepadan. Pada 2 Kor. 6:14 juga disebut “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”
Berikut, jika seorang pacarmu adalah seorang Kristen pun, ajaklah dan yakinkan pacar Anda sebelum menikah bukan sekedar mengaku bahwa ia seorang Kristen, melainkan seseorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budinya. Alangkah baiknya jika Anda dengan dia bisa bersama dalam ibadah kebaktian gereja, perayaan rohani, atau dalam pelayanan apapun itu bentuknya di gereja bagi kaum muda. Janganlah dia sama sekali tidak pernah tahu soal gereja, kebaktian, doa dan kerohanian.
KEDUA; Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang benar dan sungguh Anda cintai.
Bagi beberapa orang memang terjadi bahwa awalnya tidak begitu cinta, tetapi cinta bertumbuh setelah menikah. Itu adalah pengecualian saja. Tetapi lebih baik jika sejak awal bahwa seseorang harus memastikan pacarnya, pasangannya adalah orang yang paling dia cintai. Masih ingat ’kan “Kawin Paksa”; Siti Nurbaya menikah dengan datuk Meriggih seorang yang tidak dia cintai. Dalam cerita itu berakhir dengan kesedihan (sick ending) padahal kita ingin perjalanan hidup kita berakhir dengan bahagia (happy ending). Begitu juga dengan hidup seputar percintaan. Jangan kelak setelah berkeluarga terdengar bahwa seorang dari mereka berkata pasangannya bukan orang yang dia cintai. Jika begini, amburadul sudah pernikahan. Boleh jadi kasus ini berdampak pula pada perselingkuhan, padao-padao (pisah ranjang), gampang terjadi pecekcokan/ perkelahian. Karena itu cegahlah sedini mungkin keluarga yang berantakan (broken home ) dengan berawal dari menikahi orang yang sungguh dan benar-benar Anda cintai.
Pada setiap melakukan konseling pra nikah yaitu sebelum dan sesudah martumpol, saya selalu menanyakan hal ini kepada pasangan muda/i yang akan menikah. Jangan-jangan mereka menikah karena paksa, karena hutang. Jadi saya sebagai pendeta yang akan melakukan acara pemberkatan pernikahannya nanti, juga harus memastikan bahwa mereka berdua adalah pasangan yang saling mencintai.
Mari perhatikan juga salah satu episode kisah “Return of The Condor Heroes”, si Gadis Naga Kecil berkata kepada Yoko, “Asalkan aku dapat bersamamu, aku akan bahagia.” (kira-kira itulah intinya). Sudah tentu ungkapan seperti ini adalah salah satu akibat dari perasaan tatkala sedang mengasihi seseorang. Namun, ungkapan ini sekali-kali bukanlah kasih itu sendiri, itu adalah hanya kata-kata.
Atau jelasnya begini, bedakanlah kedua makna pernyataan ini. 1) “Karena saya mengasihimu, maka saya ingin hidup bersamamu.” 2) “Saya ingin hidup bersamamu, oleh sebab itu saya akan mengasihimu.” Kedua kalimat ini tidaklah sama meskipun secara sepintas terdengar serupa.
Kalimat pertama menunjukkan bahwa keinginan hidup bersama timbul dari kasih; jadi kasih dahulu setelah itu baru muncul keinginan untuk hidup bersama. Sedangkan kalimat kedua memperlihatkan bahwa keinginan hidup bersama mendahului kasih dan kasih seolah-olah dianggap pasti ada, oleh karena adanya keinginan hidup bersama.
Menurut saya, yang sehat adalah yang pertama; “Berhasrat untuk hidup bersamanya dalam mahligai pernikahan karena mengasihinya.”
KETIGA: Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang mengasihi diri Anda dan keluarga Anda.
a) Coba pelajari, apakah pacar Anda berkata; “Aku cinta kamu” karena harta orang tuamu. Atau jangan-jangan karena kemewahan yang ada padamu. Ini perlu Anda tahu atau Anda rubah. Banyak hal terjadi, sebenarnya ia pacaran hanya untuk sekedar harta warisan atau dan lain sejenisnya. Dalam hati, mumpung bisa menjadi tempat bersandar, itu saja.
b) Sangat menyakitkan pula bagi seseorang dengan istilah cinta sebelah atau bertepuk tangan sebelah. Dayung tak bersambut, apa boleh buat walau selalu menunjukkan perasaan hati dan cinta, tetapi selalu ditolak dan tidak dihiraukan. Oke, lebih baik saja realis, lebih baik mencintai orang yang mencintai Anda. Ingat, karena hasilnya lebih manis dan lebih indah. Coba pikirkan alangkah indahnya, jika Anda memiliki pacar yang mencitai Anda, pacar yang mau mendoakan, menolong dan memberikan kesejukan apalagi saat Anda sedang menghadapi kesulitan. Bahagia rasanya jika Ia mau berbagi dan peduli.
Jangan takut, Anda harus percaya, Tuhan akan menolongmu jika Anda sungguh memohon petunjuk dan pertolonganNya. Jangan ragu sedikit pun, pacar atau jodohmu Tuhan tahu dan Dia sediakan yang terbaik bagimu. Mulailah berdoa supaya Tuhan mempertemukan orang yang menjadi pacarmu atau pasangan yang sungguh dan benar-benar mencitai Anda. Oke?
c) Tentang mengasihi keluarga Anda. Anda pasti senang jika pacarmu bersahabat dan diterima oleh keluarga. Tentu untuk ini perlu adaptasi dan keterbukaan hati. Jadi bercinta sebagai muda/i gereja baiknya jangan hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga sekelilingmu, salah satunya adalah keluarga Anda, Bapak – Ibu, Saudara dan sepupu. Dia juga harus dapat bergaul dan menerima keluarga Anda, jangan hanya Anda saja. Karena bagaimana pun, Anda dan keluarga adalah orang-orang yang bertumbuh di dalam kasih sejak lama. Jadi tidak boleh dipisahkan hanya karena kehadiran pacar atau pasangan Anda. Bayangkan jika nanti, pasangan Anda tidak bisa menerima, tidak ada kecocokan dengan semua anggota keluarga besar Anda, bagaimana? Saya yakin Anda tidak siap untuk memiliki pacar/ pasangan yang tidak mengasihi keluargamu, ya ’kan? Karena itu pastikan bahwa pacarmu juga mengasihi keluarga besar.
KEEMPAT, Berpacaranlah dengan (nikahilah) seseorang yang dapat mengasihi dirinya.
Bukan maksud saya, jika seorang mengasihi dirinya lalu lupa mengasihi orang lain. Karena point ketiga diatas saya sebutkan orang yang mengasihi diri Anda dan keluarga Anda. Lalu bagaimana dia mengasihi dirinya dan Anda?
Maksud saya begini, ada banyak orang memiliki “omong besar” dan berkata; aku mencintaimu, padahal dirinya sendiri tidak diurus, tidak disayangi. Mungkin tidak berlebihan bila saya katakan; banyak orang sejak muda suka mabuk-mabuk, judi, begadang, gaya hidup tak karuan, pola makan tak teratur. Mungkinkah dia mampu mencintai Anda sedang dirinya tidak ia cintai?
Tetapi sebaliknya, seseorang yang mengutamakan kepentingannya belaka ialah seseorang yang egois dan serakah. Keseimbangan antara mengutamakan orang lain dan mengutamakan diri sendiri memang harus dijaga dengan hati-hati. Namun, yang jelas orang yang dapat menghargai dirinya barulah bisa menjadi orang yang menghargai orang lain. Tanpa penghargaan diri, penghargaan terhadap orang lain merupakan kewajiban semata-mata atau keluar dari rasa kurang aman secara paksa dan tidak tulus.
Singkat kata, nikahilah seseorang yang hidup dalam perintah dan firman Tuhan. Barulah setelah itu Anda dapat menikmati pernikahan yang agung.
Perlu Anda Tahu Ketika Berpacaran.
1. Hendaknya jangan memakai kesempatan di gereja dan lokasi gereja untuk berpacaran. Walau Anda satu gereja atau bersama-sama ke gereja misalnya beribadah Minggu, belajar koor, PA, olah raga dan kegiatan lainnya, tetapi janganlah pakai lokasi gereja menjadi lokasi berpacaran, lokasi bercinta-cinta.
2. Jika tidak keberatan, beritahukan perjalanan atau lika-liku hubungan asmara Anda kepada pendeta juga minta dukungan dan doa.
3. Minta petunjuk dan nasehat dari orang tua Anda, dan/ atau dari keluarga, kawan-kawan.
4. Jangan pernah melakukan hubungan badan (persetubuhan) pada masa berpacaran. Ingat keluarga kristiani adalah keluarga yang dimulai dengan pemberkatan pernikahan di gereja. Ada waktunya untuk semua itu, tentu setelah Anda menikah.
6. Pada masa pacaran harus disempatkan untuk saling adaptasi, belajar, saling mengetahui beberapa hal kesukaan dan selera, mencari cara terbaik bagaimana pemecahan masalah dan lain-lain menuju yang terbaik.
7. Pada masa berpacaran perlu juga ada canda-tawa dan waktu untuk rekerasi bersama.
8. Jika mau menikah, selesaikan terlebih dahulu perkuliahan Anda bagi yang masih kuliah.
9. Jika akan menikah persiapkan kematangan diri dan mental termasuk hal-hal yang perlu di dalam mendukung keutuhan keluarga secara ekonomi dengan memiliki pekerjaan yang jelas.
Peran orang tua perlu Anda perhitungkan.
Pasti ada sekian banyak nasehat yang dapat diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya saat akan atau saat berpacaran. Tetapi dua hal ini sangat perlu Anda perhatikan dari orang tua Anda.
1) Bilamana orang tua Anda menyediakan suatu sarana pertemuan para pemuda/i Kristen atau pemuda gereja, jangan merasa tabu. Hal ini boleh saja salah satu cara orang tua untuk mempertemukan anak-anak muda Kristen dan seiman kalau-kalau di sana Anda boleh melihat calon pacarmu. Saya pikir bahwa di zaman ini sudah saatnya juga supaya orang tua memiliki peran dan mau memberikan waktu untuk membantu anak-anak gereja menemukan pacarnya. Karena ada sekian banyak orang tua akhirnya uring-uringan setelah mengetahui bahwa anaknya pacaran dan akan menikah dengan orang tak seiman, atau dengan orang yang sifat/sikapnya tak jelas. Karena itu, orang tua dan anak boleh saling tukar pikiran dalam hal ini walau tanpa harus mendikte anaknya. Karena bagaimanapun pemuda/i harus diyakini adalah seorang yang sedang bertumbuh dan mempunyai wawasan.
2) Soal waktu pernikahan supaya Anda membicarakannya secara matang dengan orang tua Anda. Jangan terlalu memaksakan diri. Demikian juga dengan bentuk dan aksesoris pesta pernikahan supaya disesuaikan dengan dana/ kemampuan.
Kiranya tulisan ini dapat menolong Saudara/i, kaum muda/i sebagai penerus gereja. Tuhan memberkati.
Salam: Pdt. Hopol M. Sihombing, STh.
HP. 08159834189, Rumah. 022-7509786, Kantor. 022-7564037
E-mail: Hopolrev@yahoo.com)
Wednesday, February 13, 2008
Evangelium 03 Februari 2008 : Pangasahon Ma Jahowa Na Burju Mangurupi (2 Musa 17:8-16)
Jamita tu Minggu Estomihi - 03 Pebruari 2008
Oleh : Pdt. M. Lumban Gaol, S.Th (Parhobas di Kantor Pusat)
I. Patujolo:
“Hidup Adalah Perjuangan” sada pandohan sian angka nabisuk marrohahon pardalanan ni ngolu tagan diportibion. Tutu saleleng diportibion sai jumpang dope angka hamaolon siadopan ni hita jolma, ndang mardia imbar tu naso manghaposi Debata nang tu ngolu ni angka naporsea i, lumobi ma tahe jotjot masa tu ngolu ni angka na porsea di Tuhan Jesus Kristus songon naung pinalumbahonNa i “Haporsuhon do jambarmuna di portibi on” (Yohanes 16:33, pat. Heber 10:32). Lam tamba do hatahuton diangka dongan namanghaporseai horoskop ni halak China (godang nang halak Kristen na terpengaruh di ramalan on), namandok ia taon 2008 di goari tahun tikus namangalumbahon tung lam posi do hamaolon nanaeng masa di taon on. Alai boha panjaloonta disaluhut hamaolon namasa siadopanta ?
Hamaolon nang haporsuhon na binolus i, ndada holan masa ditingki sinuaeng on be, nunga masa sian najolo nang tu bangso ni Debata. Turpuk jamita on patuduhon tu hita na hea masa hamaolon bolon tu bangso Israel di pardalanan nasida mandapothon tano bagabaga i, pola ingkon marporang nasida maradophon sada bangso na gogo. Naeng putihanta mutiha naarga sipangkeonta laho mangadopi saluhut angka hamaolon naung masa jala nanaeng masa dope.
II. Hatorangan:
Dijolo ni turpuk on dibaritahon do ganggu ni roha ni bangso i dipandonganion ni Debata di nasida di nabungkas nasida sian tano parhatobanan i. Ai tung lomos roha nasida di sipanganon dohot siinumon naso ni ida mata nasida talpak di jolona di pardalanan i, jala aladi ingot nasida uju di Mesir atik pe gabe hatoban alai ndang pola holsoan nasida di sipangon dohot siinumon.
Halak Amalek nunga adong hian dimasa ni Abraham (1 Musa 14:7), jala nabinoto nasida naro bangso Isarel jonokhon huta nasida; bangkit do nasida laho mamorangi asa unang bolas bangso i mamolus sian luat i, jala sotung maon dilaum luat nasida. Asa tung merasa terganggu do bangso Amalek di haroro ni bangso Israel, jala pintor tubu pingkiran nasida (praduga) nanaeng mambahen najahat bangso i tu nasida, hape holan nanaeng mamolus sambing do bangso Israel i. Diadopi godang dongan angka na ditongatonga ni parugamo na asing do tongtong masa si songon i dipartingkianta on; ndang dipaloas patupa parmingguon, pajongjonghon gareja dohot angka ulaon na marpardomuan tu ulaon hakristenon. Di dok Ap. Paulus di II Korintus 1:5a “Ai muba do godang ni haporsuhon ala ni Kristus songgop tu hami”. Asa ndang sada naimbaru be molo jumpang hamaolon tu halak Kristen nanaeng pajongjonghon hamuliaon ni Debata di liat tano on.
Mangadopi sangkap hamusuon nanaeng dibahen halak Amalek mamorangi nasida disikapi si Musa na gabe uluan di bangso i dohot marsagi ulaon; marsuru si Josua manguluhon parporangan mangadopi halak Amalek (secara fisik), Musa, Aron dohot si Hur nangkok tu punsu ni dolokdolok martangiang mangido pangurupion ni Debata. Strategy na pinangke ni si Musa songon sahalak pemimpin di son, dos ma dohot istilah ora et labora (martangiang huhut mangula).
Di na sinuru si Josua tu parporangan i didok do “pillit ma di hita baoa” (Ind. Pilihlah orang-orang bagi kita). Asa ndang sude nasa baoa diboan tu parporangan mangadopi halak Amalek. Hata “pillit” mandok, ndang rambase bahenon angka nanaeng pahundulon hombar tu angka ulaon, asa denggan ulaon i. Tontu tu ulaon parporangon pilliton do angka na togos, barani manang na ahli strategi, ndang pola ala ni hatoropon asa tung dapot hamonangan. Nang si Musa pe holan 2 halak do donganna nagkok tu dolokdolok i laho martangiang, jala nasida pe angka naung masiantusan ( di na lenduk tangan ni si Musa, singkap do na dua i laho manungkoli asa tongtong tigor tangan i jala dapot nasida ma hamonangan). Tangkas do di ondolhon di turpuk on, ia hamonangan ni Israel mangalo Amalek ndang di tontuhon hagogoon ni nasida, alai di tontuhon Debata (ay. 11). Saleleng tigor (herbang) tangan ni si Musa dompak ginjang monang do nasida, alai molo lenduk; monang ma halak Amalek. Saleleng masa parporangan i, ndang mansadi si Musa martangiang dompak Debata.
Nang pe jolma naung pinillit ni Debata si Musa, tongtong do adong keterbatasan ni si Musa ala jolma dope ibana. Alai sada naringkot si rohahononhon i ma, olo do hape sada uluan (nang na pinillit ni Debata) marhagaleon. Alai jumpang masa sisongon i mamintor do singkap si Aron dohot Hur laho manungkol, ndang dipasombu, manang digantihon (di soluk). Tung pangalaho na jotjot andul masa di tingki on di naung torop halak jalukjaluk naeng manggantihon sada pemimpin na marhagaleon. Na masa diturpuk on, di tungkoli do tangan ni si Musa sahat tu na marujung parporangan. Sahali nai, dipapatar Debata do huaso dohot hagogoonNa tu halak Israel na tuk mangaramoti pardalanan ni ngolu nasida mamolus angka hamaolon di pardalanan nasida i sahat tu tano parpadanan i. Monang do nasida marporang maradophon Amalek, ala Jahowa do na mandongani jala mangalehon gogo tu nasida. Ala ni i ma, ndang dipatupa si Musa sada parningotan di hamonangan ni bangso i asa adong si ingoton ni angka sundut nanaeng ro naung monang bangso i marporang, baliksa, gabe sada langgatan di Jahowa do dipajongjong laho marningot pandonganion ni Debata i di nasida. Ai holan ala pandonganion ni Jahowa do boi monang nasida. Di goari langgatan i “Jahowa Nissi” marlapatan Jahowa do partonggol hu (Ind. Tuhanlah panji-panjiku).
III. Sipahusorhusoron:
Digoari do minggu sadari on minggu Estomihi marlapatan Jahowa do Partanobatoan di ahu (jaha Psalm 31:3). Sada tangiang dohot panindangion mandok Jahowa do parlinggoman jala na gabe partanobatoan di angka naporsea. Asa di namangadopi godang hamaolon hita hinorhon ni angka namasa bencana alam, borat ni parngoluan siapari diarahon hita asa tongtong manghaposi jala mangolu dibagasan hata ni Debata. Jala ringkot rohahononta pandok ni Ap. Paulus “Ai ndada marungkil hita mangalo mudar dohot sibuk, angka harajaon do, angka parhuaso, angka sigomgomi hasiangan haholomon on, angka tondi hajahaton na di ginjang i” (Efesus 6:12). Molo gabe terpengaruh do hita di angka pangajarion na asing isara horoskop ni halak China (na mandok tahun tikus) dohot lan naasing, maon madabu ma hita tu bagasan pandelean gabe holang sian Tuhan i, na tuk mangalehon hamonangan di hita disaluhut angka hamaolon siboluson di hasiangan on. Naeng nian hita masitungkoltungkolan uju jumpang hagaleon di na deba, asa unang lam mandabu nasida, alai lam boi dirgak jongjong jala marpanghirimon tu Debata naung gabe amanta dibagasan Jesus Kristus (jaha Ul. Ap. 14:22), asa unang diunggilhon angka haporsuhon i na deba sian hamu; ai diboto hamu do, tusi do hita dipadiri.( I Tess. 3:3).
Dibahen i, angka na marhaporsuhon mangihuthon roha ni Debata, dipasahat ma tondina tu Panompa haposan i, marhitehite na mangulahon na denggan.(I Petrus 4:19) Gabe dongan manaon haporsuhon ma ho, songon parangan na denggan di Kristus Jesus! (II Timotius 2:3). Alai anggo Debata, nampuna saluhut asi ni roha, naung manjou hamu tu hasangaponna na manongtong i di bagasan Kristus, pauliulionna, pahotonna jala patoguonna do hamu, dung jolo ditaon hamu satongkin haporsuhon i. (I Petrus 5:10), alai pos ma rohamuna: Nunga talu hubahen portibi on. (Yohanes 16:33). Amen.
Oleh : Pdt. M. Lumban Gaol, S.Th (Parhobas di Kantor Pusat)
I. Patujolo:
“Hidup Adalah Perjuangan” sada pandohan sian angka nabisuk marrohahon pardalanan ni ngolu tagan diportibion. Tutu saleleng diportibion sai jumpang dope angka hamaolon siadopan ni hita jolma, ndang mardia imbar tu naso manghaposi Debata nang tu ngolu ni angka naporsea i, lumobi ma tahe jotjot masa tu ngolu ni angka na porsea di Tuhan Jesus Kristus songon naung pinalumbahonNa i “Haporsuhon do jambarmuna di portibi on” (Yohanes 16:33, pat. Heber 10:32). Lam tamba do hatahuton diangka dongan namanghaporseai horoskop ni halak China (godang nang halak Kristen na terpengaruh di ramalan on), namandok ia taon 2008 di goari tahun tikus namangalumbahon tung lam posi do hamaolon nanaeng masa di taon on. Alai boha panjaloonta disaluhut hamaolon namasa siadopanta ?
Hamaolon nang haporsuhon na binolus i, ndada holan masa ditingki sinuaeng on be, nunga masa sian najolo nang tu bangso ni Debata. Turpuk jamita on patuduhon tu hita na hea masa hamaolon bolon tu bangso Israel di pardalanan nasida mandapothon tano bagabaga i, pola ingkon marporang nasida maradophon sada bangso na gogo. Naeng putihanta mutiha naarga sipangkeonta laho mangadopi saluhut angka hamaolon naung masa jala nanaeng masa dope.
II. Hatorangan:
Dijolo ni turpuk on dibaritahon do ganggu ni roha ni bangso i dipandonganion ni Debata di nasida di nabungkas nasida sian tano parhatobanan i. Ai tung lomos roha nasida di sipanganon dohot siinumon naso ni ida mata nasida talpak di jolona di pardalanan i, jala aladi ingot nasida uju di Mesir atik pe gabe hatoban alai ndang pola holsoan nasida di sipangon dohot siinumon.
Halak Amalek nunga adong hian dimasa ni Abraham (1 Musa 14:7), jala nabinoto nasida naro bangso Isarel jonokhon huta nasida; bangkit do nasida laho mamorangi asa unang bolas bangso i mamolus sian luat i, jala sotung maon dilaum luat nasida. Asa tung merasa terganggu do bangso Amalek di haroro ni bangso Israel, jala pintor tubu pingkiran nasida (praduga) nanaeng mambahen najahat bangso i tu nasida, hape holan nanaeng mamolus sambing do bangso Israel i. Diadopi godang dongan angka na ditongatonga ni parugamo na asing do tongtong masa si songon i dipartingkianta on; ndang dipaloas patupa parmingguon, pajongjonghon gareja dohot angka ulaon na marpardomuan tu ulaon hakristenon. Di dok Ap. Paulus di II Korintus 1:5a “Ai muba do godang ni haporsuhon ala ni Kristus songgop tu hami”. Asa ndang sada naimbaru be molo jumpang hamaolon tu halak Kristen nanaeng pajongjonghon hamuliaon ni Debata di liat tano on.
Mangadopi sangkap hamusuon nanaeng dibahen halak Amalek mamorangi nasida disikapi si Musa na gabe uluan di bangso i dohot marsagi ulaon; marsuru si Josua manguluhon parporangan mangadopi halak Amalek (secara fisik), Musa, Aron dohot si Hur nangkok tu punsu ni dolokdolok martangiang mangido pangurupion ni Debata. Strategy na pinangke ni si Musa songon sahalak pemimpin di son, dos ma dohot istilah ora et labora (martangiang huhut mangula).
Di na sinuru si Josua tu parporangan i didok do “pillit ma di hita baoa” (Ind. Pilihlah orang-orang bagi kita). Asa ndang sude nasa baoa diboan tu parporangan mangadopi halak Amalek. Hata “pillit” mandok, ndang rambase bahenon angka nanaeng pahundulon hombar tu angka ulaon, asa denggan ulaon i. Tontu tu ulaon parporangon pilliton do angka na togos, barani manang na ahli strategi, ndang pola ala ni hatoropon asa tung dapot hamonangan. Nang si Musa pe holan 2 halak do donganna nagkok tu dolokdolok i laho martangiang, jala nasida pe angka naung masiantusan ( di na lenduk tangan ni si Musa, singkap do na dua i laho manungkoli asa tongtong tigor tangan i jala dapot nasida ma hamonangan). Tangkas do di ondolhon di turpuk on, ia hamonangan ni Israel mangalo Amalek ndang di tontuhon hagogoon ni nasida, alai di tontuhon Debata (ay. 11). Saleleng tigor (herbang) tangan ni si Musa dompak ginjang monang do nasida, alai molo lenduk; monang ma halak Amalek. Saleleng masa parporangan i, ndang mansadi si Musa martangiang dompak Debata.
Nang pe jolma naung pinillit ni Debata si Musa, tongtong do adong keterbatasan ni si Musa ala jolma dope ibana. Alai sada naringkot si rohahononhon i ma, olo do hape sada uluan (nang na pinillit ni Debata) marhagaleon. Alai jumpang masa sisongon i mamintor do singkap si Aron dohot Hur laho manungkol, ndang dipasombu, manang digantihon (di soluk). Tung pangalaho na jotjot andul masa di tingki on di naung torop halak jalukjaluk naeng manggantihon sada pemimpin na marhagaleon. Na masa diturpuk on, di tungkoli do tangan ni si Musa sahat tu na marujung parporangan. Sahali nai, dipapatar Debata do huaso dohot hagogoonNa tu halak Israel na tuk mangaramoti pardalanan ni ngolu nasida mamolus angka hamaolon di pardalanan nasida i sahat tu tano parpadanan i. Monang do nasida marporang maradophon Amalek, ala Jahowa do na mandongani jala mangalehon gogo tu nasida. Ala ni i ma, ndang dipatupa si Musa sada parningotan di hamonangan ni bangso i asa adong si ingoton ni angka sundut nanaeng ro naung monang bangso i marporang, baliksa, gabe sada langgatan di Jahowa do dipajongjong laho marningot pandonganion ni Debata i di nasida. Ai holan ala pandonganion ni Jahowa do boi monang nasida. Di goari langgatan i “Jahowa Nissi” marlapatan Jahowa do partonggol hu (Ind. Tuhanlah panji-panjiku).
III. Sipahusorhusoron:
Digoari do minggu sadari on minggu Estomihi marlapatan Jahowa do Partanobatoan di ahu (jaha Psalm 31:3). Sada tangiang dohot panindangion mandok Jahowa do parlinggoman jala na gabe partanobatoan di angka naporsea. Asa di namangadopi godang hamaolon hita hinorhon ni angka namasa bencana alam, borat ni parngoluan siapari diarahon hita asa tongtong manghaposi jala mangolu dibagasan hata ni Debata. Jala ringkot rohahononta pandok ni Ap. Paulus “Ai ndada marungkil hita mangalo mudar dohot sibuk, angka harajaon do, angka parhuaso, angka sigomgomi hasiangan haholomon on, angka tondi hajahaton na di ginjang i” (Efesus 6:12). Molo gabe terpengaruh do hita di angka pangajarion na asing isara horoskop ni halak China (na mandok tahun tikus) dohot lan naasing, maon madabu ma hita tu bagasan pandelean gabe holang sian Tuhan i, na tuk mangalehon hamonangan di hita disaluhut angka hamaolon siboluson di hasiangan on. Naeng nian hita masitungkoltungkolan uju jumpang hagaleon di na deba, asa unang lam mandabu nasida, alai lam boi dirgak jongjong jala marpanghirimon tu Debata naung gabe amanta dibagasan Jesus Kristus (jaha Ul. Ap. 14:22), asa unang diunggilhon angka haporsuhon i na deba sian hamu; ai diboto hamu do, tusi do hita dipadiri.( I Tess. 3:3).
Dibahen i, angka na marhaporsuhon mangihuthon roha ni Debata, dipasahat ma tondina tu Panompa haposan i, marhitehite na mangulahon na denggan.(I Petrus 4:19) Gabe dongan manaon haporsuhon ma ho, songon parangan na denggan di Kristus Jesus! (II Timotius 2:3). Alai anggo Debata, nampuna saluhut asi ni roha, naung manjou hamu tu hasangaponna na manongtong i di bagasan Kristus, pauliulionna, pahotonna jala patoguonna do hamu, dung jolo ditaon hamu satongkin haporsuhon i. (I Petrus 5:10), alai pos ma rohamuna: Nunga talu hubahen portibi on. (Yohanes 16:33). Amen.
Evangelium 10 Februari 2008 : Peka Terhadap Panggilan TUHAN (1 Samuel 3: 1 – 10)
Jamita tu Minggu Invokavit-Tanggal, 10 Pebruari 2008
Oleh : Pdt. Happy Pakpahan (Parhobas diKantor Pusat Huria Kristen Indonesia – http://happypakpahan.blogspot.com)
Oleh : Pdt. Happy Pakpahan (Parhobas diKantor Pusat Huria Kristen Indonesia – http://happypakpahan.blogspot.com)
I. Pengantar Kepada Kitab Samuel
Kitab I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim kepada zaman Raja-raja. Dari lingkup waktu, isi Kitab 1 Samuel meliputi hampir seratus tahun sejarah Israel – dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (sekitar 1105-1010 SM) – dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. Jelasnya, 1 Samuel meliput tiga peralihan utama dalam kepemimpinan nasional: dari Eli ke Samuel, dari Samuel ke Saul, dan dari Saul ke Daud. Dalam Konteks Zaman dan Penulisan, memang TUHAN sendiri sudah dianggap Raja di Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat dan berhubungan langsung, TUHAN memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (2:7-10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin. Pokok Kitab ini, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa seseorang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam pasal 2:30 ketika TUHAN berkata kepada Imam Eli, “Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina.”
1 Samuel menguraikan titik peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan di antara pengharapan bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, “seperti pada segala bangsa-bangsa lain,” 1 Sam 8:5) dan pola teokratis Allah, dengan Allah sebagai Raja mereka. Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggarannya terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatannya membuat Allah menolak dan menggantikannya sebagai raja. Dan saat itulah hadir Samuel, seorang tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan Teokratis.
II. Pembahasan Nats & Relevansi
1. Kisah kitab Samuel ini diawali dengan pergumulan seorang ibu bernama Hana yang sangat merindukan seorang anak, yang akan ia serahkan kepada Tuhan untuk melayani Bait Allah. Kerinduan Hana menggambarkan kerinduan bangsa Israel akan Firman Tuhan yang sudah sangat lama tidak pernah lagi mereka dengar. Hal ini terjadi karena Eli yang menjabat sebagai Imam bangsa Israel tidak berani tegas terhadap tindakan anak-anaknya yang berbuat jahat dimata Tuhan. Mereka mempermainkan persembahan untuk Tuhan dan melakukan banyak hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Imam Eli tidak lagi peka terhadap sapaan Tuhan karena ia membiarkan kejahatan berlangsung di depan matanya. Kehadiran Samuel menggambarkan lembaran sejarah baru bagi bangsa Israel yang pada waktu itu telah kehilangan pegangan sehingga suasana hidup menjadi lesu dan tidak ada lagi niat untuk berjuang dalam kehidupan ini. Melalui diri Samuel inilah, Allah kembali menyatakan kehendak-Nya bagi bangsa yang sudah putus asa ini. Dan masa karir pelayanan Samuel ini mengalami proses yang diawali kisah yang digambarkan Nats pada Kotbah Minggu ini.
Dikisahkan, setelah Samuel lahir, ia kemudian menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Diterangkan pada ayat 1 : Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering.
Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah. Lalu TUHAN memanggil : “Samuel! Samuel!”, dan ia menjawab: “Ya, bapa.”Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Tetapi Eli berkata: “Aku tidak memanggil; tidurlah kembali.” Lalu pergilah ia tidur. Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Tetapi Eli berkata: “Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali.” Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu. Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel: “Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar.” Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. (4-9). 3:10 Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” Dan Samuel menjawab: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.”
Jemaat Kristus, hal menarik yang perlu kita perhatikan dari diri Samuel adalah ketulusannya untuk mendengarkan Allah seperti yang diungkapkan dalam panggilan yang ke empat, “berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar”. Kata mendengar dalam bahasa aslinya adalah shama yang jika kita baca dalam kamus bahasa Ibrani artinya to hear intelligently - seringkali digunakan dalam pengertian attention, obedience. Artinya, kata mendengar di sini tidak hanya sekedar mendengar tetapi lebih pada arti “ memperhatikan dengan sungguh-sungguh “. Ini dapat kita relevansikan bahwa perlu kepekaan terhadap panggilan – teguran – petunjuk TUHAN. Peka terhadap sapaan Tuhan mempunyai makna mendengar dengan sungguh-sungguh Allah yang berbicara kepada umat-Nya melalui Alkitab sebagai FirmanNya, melalui berbagai peristiwa dalam kehidupan ini dan sekaligus kesiap sediaan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.
“Peka terhadap sapaan Tuhan” itulah yang diperlihatkan samuel. Jemaat Kristus, hal ini menarik. Samuel peka terhadap sapaan atau seruan yang memanggil namanya walaupun ia tidak sadar seruan itu berasal dari Tuhan. “Dengan segera, dan dengan cekatan beraksi, menyatakan siap, menerima perintah, siap disuruh”, dia sangat peka terhadap panggilan namanya. Makin unik lagi, karena panggilan yang sama sampai ketiga kali, tetapi ketiga kalinya ditanggapinya dengan serius dan siap menerima perintah, dia menganggap perintah itu dari bapaknya imam Eli. Untunglah, dibawah pengawasan imam Eli, Samuel mendapat bimbingan untuk sampai kepada sumber panggilan itu yaitu Allah. Akhirnya Samuel menjawab panggilan itu untuk mendengar berita penting, berita pembaharuan Israel yaitu adanya penggantian pemimpin, sebagai hakim, sebagai imam ditengah umat Israel, yaitu Samuel sendiri. Dan kemudian Samuel melaksanakan panggilan itu dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satupun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.
Jemaat TUHAN terkasih, baiklah kita bercermin dari pengalaman Samuel ini, mari merenungkan, sudah berapa kali suara TUHAN kita dengar dalam berbagai cara, apakah kita peka sehingga membawa pembaharuan hidup bagi sesama bagi Gereja, jemaat Tuhan lainnya dan bagi kita sendiri? Layaknya yang dilakukan Eli pada Samuel, bimbingan pun telah banyak kita terima, kita pelajari untuk mengenal suara Tuhan. Tetapi apakah kita peduli dan peka atas suara Tuhan itu ? Marilah kita belajar mendengar dengan sungguh-sungguh suara dan panggilan Allah yang datang tidak hanya terbatas dalam ruang aktifitas lingkup gereja saja tapi juga dalam seluruh peristiwa dalam kehidupan kita. Layaknya diteladankan kisah Samuel, kepekaan terhadap suara Allah memberikan keberanian kepada kita untuk melakukan sesuatu yang baik bagi diri sendiri, keluarga, Gereja dan situasi bangsa dan negara kita yang saat ini masih terus mengalami situasi yang sulit.
Kitab I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim kepada zaman Raja-raja. Dari lingkup waktu, isi Kitab 1 Samuel meliputi hampir seratus tahun sejarah Israel – dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (sekitar 1105-1010 SM) – dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. Jelasnya, 1 Samuel meliput tiga peralihan utama dalam kepemimpinan nasional: dari Eli ke Samuel, dari Samuel ke Saul, dan dari Saul ke Daud. Dalam Konteks Zaman dan Penulisan, memang TUHAN sendiri sudah dianggap Raja di Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat dan berhubungan langsung, TUHAN memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (2:7-10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin. Pokok Kitab ini, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa seseorang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam pasal 2:30 ketika TUHAN berkata kepada Imam Eli, “Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina.”
1 Samuel menguraikan titik peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan di antara pengharapan bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, “seperti pada segala bangsa-bangsa lain,” 1 Sam 8:5) dan pola teokratis Allah, dengan Allah sebagai Raja mereka. Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggarannya terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatannya membuat Allah menolak dan menggantikannya sebagai raja. Dan saat itulah hadir Samuel, seorang tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan Teokratis.
II. Pembahasan Nats & Relevansi
1. Kisah kitab Samuel ini diawali dengan pergumulan seorang ibu bernama Hana yang sangat merindukan seorang anak, yang akan ia serahkan kepada Tuhan untuk melayani Bait Allah. Kerinduan Hana menggambarkan kerinduan bangsa Israel akan Firman Tuhan yang sudah sangat lama tidak pernah lagi mereka dengar. Hal ini terjadi karena Eli yang menjabat sebagai Imam bangsa Israel tidak berani tegas terhadap tindakan anak-anaknya yang berbuat jahat dimata Tuhan. Mereka mempermainkan persembahan untuk Tuhan dan melakukan banyak hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Imam Eli tidak lagi peka terhadap sapaan Tuhan karena ia membiarkan kejahatan berlangsung di depan matanya. Kehadiran Samuel menggambarkan lembaran sejarah baru bagi bangsa Israel yang pada waktu itu telah kehilangan pegangan sehingga suasana hidup menjadi lesu dan tidak ada lagi niat untuk berjuang dalam kehidupan ini. Melalui diri Samuel inilah, Allah kembali menyatakan kehendak-Nya bagi bangsa yang sudah putus asa ini. Dan masa karir pelayanan Samuel ini mengalami proses yang diawali kisah yang digambarkan Nats pada Kotbah Minggu ini.
Dikisahkan, setelah Samuel lahir, ia kemudian menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Diterangkan pada ayat 1 : Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering.
Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah. Lalu TUHAN memanggil : “Samuel! Samuel!”, dan ia menjawab: “Ya, bapa.”Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Tetapi Eli berkata: “Aku tidak memanggil; tidurlah kembali.” Lalu pergilah ia tidur. Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Tetapi Eli berkata: “Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali.” Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: “Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?” Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu. Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel: “Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar.” Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. (4-9). 3:10 Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” Dan Samuel menjawab: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.”
Jemaat Kristus, hal menarik yang perlu kita perhatikan dari diri Samuel adalah ketulusannya untuk mendengarkan Allah seperti yang diungkapkan dalam panggilan yang ke empat, “berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar”. Kata mendengar dalam bahasa aslinya adalah shama yang jika kita baca dalam kamus bahasa Ibrani artinya to hear intelligently - seringkali digunakan dalam pengertian attention, obedience. Artinya, kata mendengar di sini tidak hanya sekedar mendengar tetapi lebih pada arti “ memperhatikan dengan sungguh-sungguh “. Ini dapat kita relevansikan bahwa perlu kepekaan terhadap panggilan – teguran – petunjuk TUHAN. Peka terhadap sapaan Tuhan mempunyai makna mendengar dengan sungguh-sungguh Allah yang berbicara kepada umat-Nya melalui Alkitab sebagai FirmanNya, melalui berbagai peristiwa dalam kehidupan ini dan sekaligus kesiap sediaan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.
“Peka terhadap sapaan Tuhan” itulah yang diperlihatkan samuel. Jemaat Kristus, hal ini menarik. Samuel peka terhadap sapaan atau seruan yang memanggil namanya walaupun ia tidak sadar seruan itu berasal dari Tuhan. “Dengan segera, dan dengan cekatan beraksi, menyatakan siap, menerima perintah, siap disuruh”, dia sangat peka terhadap panggilan namanya. Makin unik lagi, karena panggilan yang sama sampai ketiga kali, tetapi ketiga kalinya ditanggapinya dengan serius dan siap menerima perintah, dia menganggap perintah itu dari bapaknya imam Eli. Untunglah, dibawah pengawasan imam Eli, Samuel mendapat bimbingan untuk sampai kepada sumber panggilan itu yaitu Allah. Akhirnya Samuel menjawab panggilan itu untuk mendengar berita penting, berita pembaharuan Israel yaitu adanya penggantian pemimpin, sebagai hakim, sebagai imam ditengah umat Israel, yaitu Samuel sendiri. Dan kemudian Samuel melaksanakan panggilan itu dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satupun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.
Jemaat TUHAN terkasih, baiklah kita bercermin dari pengalaman Samuel ini, mari merenungkan, sudah berapa kali suara TUHAN kita dengar dalam berbagai cara, apakah kita peka sehingga membawa pembaharuan hidup bagi sesama bagi Gereja, jemaat Tuhan lainnya dan bagi kita sendiri? Layaknya yang dilakukan Eli pada Samuel, bimbingan pun telah banyak kita terima, kita pelajari untuk mengenal suara Tuhan. Tetapi apakah kita peduli dan peka atas suara Tuhan itu ? Marilah kita belajar mendengar dengan sungguh-sungguh suara dan panggilan Allah yang datang tidak hanya terbatas dalam ruang aktifitas lingkup gereja saja tapi juga dalam seluruh peristiwa dalam kehidupan kita. Layaknya diteladankan kisah Samuel, kepekaan terhadap suara Allah memberikan keberanian kepada kita untuk melakukan sesuatu yang baik bagi diri sendiri, keluarga, Gereja dan situasi bangsa dan negara kita yang saat ini masih terus mengalami situasi yang sulit.
2. Hal lain yang bisa kita relevansikan adalah bahwa merenungkan Nats hari ini menghantar kita sampai pada kesadaran akan betapa pentingnya ‘saat-saat diam’ (saat teduh) di hadapan Allah. Samuel sampai pada kesadaran ini karena dia selalu menyiapkan waktu untuk ‘berada’ di hadapan Tuhan. Bagi kita orang beriman, moment semacam ini sungguh penting, tidak saja sebagai ungkapan ketergantungan kita kepada Tuhan, tetapi lebih dari itu sebagai kesempatan untuk mencari kehendakNya, “apa yang Tuhan kehendaki daripadaku dalam hidup ini ?” Jawaban Samuel, “berbicaralah sebab hambamu ini mendengar”, pertama tama merupakan gambaran akan rutinitas hidupnya dimana saat ‘diam’ di hadapan Allah menjadi prioritas utama. Dan yang kedua merupakan ungkapan kesediaannya untuk melaksanakan apa saja yang disabdakan Tuhan kepadanya. Inilah pesan dari Nats hari ini. Aktifitas Saat Teduh, saat berdiam diri dihadapan TUHAN ini juga kita jumpai dalam cara hidup Yesus, dimana di tengah kesibukanNya untuk menyembuhkan banyak orang sakit dan mengusir setan, dia sempat meluangkan waktu untuk berdoa dan dalam moment istimewa ini, Dia menemukan kehendak Bapa-Nya untuk beralih ke tempat lain demi mewartakan Injil hingga kemudian mati di kayu salib menebus dosa manusia. “Saat saat diam/saat teduh/doa di hadapan Allah” merupakan moment “mencharger hidup orang beriman”. Moment inilah yang memberanikan Samuel untuk menyatakan hukuman Allah kepada pembimbing rohaninya Eli karena kejahatan yang dilakukan oleh anggota keluarganya. Moment inilah yang membangkitkan kesadaran pada diri Yesus akan tujuan utama kehadiranNya di dunia. (bnk Doa Tuhan Yesus di Taman Getsemane). Tuhan memanggil kita. Apa yang Tuhan kehendaki dari kita dalam hidup ini? Mungkin cara hidup yang sedang kita jalani merupakan sarana untuk menyatakan kasihNya kepada sesama terlebih mereka yang membutuhkan. Pada saat kita “DIAM” di hadapan Allah, jawaban yang pasti akan ditemukan di sana. Jika kita mencintai Yesus, kita akan mengorbankan hidup kita bagi-Nya. Yesus berkata, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat sahabatnya” (Yoh.15:13), dan la melakukannya bagi kita. la secara harafiah benar-benar melakukannya. Yesus sungguh-sungguh mati di kayu salib bagi penyelamatan kita. Sekarang, karena la mencintai kita dan menyerahkan diri-Nya bagi kita, demikian juga kita yang mencintai-Nya memberikan diri kita kepada-Nya sebagai “Persembahan yang hidup”. Paulus menulis, “karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1). Nats dari surat Paulus dikitab Roma ini menarik dan sejajar dengan kisah Samuel. Menjawab panggilan TUHAN, Samuel mempersembahkan dirinya melayani TUHAN.
Samuel mempersembahkan yang hidup dan bukan mempersembahkan yang mati. Dan konsep “mempersembahkan yang hidup dan bukan yang mati” ini merupakan ide baru di zaman Paulus, dan jelas telah mulai “dilupakan” di zaman kini karena telah menjadi istilah yang sangat biasa. Karena banyak yang telah mengukurnya dari nominal jumlah uang-materi-barang dan bahkan telah mengukur jasa dalam pelayanan pada TUHAN. Di zaman PL hingga Paulus, pengorbanan selalu berarti pembunuhan (korban bakaran). Di dalam praktek-praktek agama Yahudi, korban dibawa kehadapan imam, dosa dari orang yang membawa persembahan tersebut diakui atas korban dan dengan demikian secara simbolik memindahkan dosa-dosanya kepada korban yang dipersembahkan tersebut. Kemudian korban tersebut dibunuh. Ini merupakan gambaran yang hidup yang mengingatkan kepada setiap orang bahwa “Upah dosa adalah maut” (Roma 6:23) dan bahwa keselamatan para pendosa digantikan secara substitusi. Di dalam gambaran pengorbanan tersebut, korban yang dipersembahkan mati menggantikan tempat manusia yang mempersembahkannya. Korban tersebut harus mati agar orang tersebut tidak mati mati. Tetapi sekarang, dengan ledakan kreativitas Iliahi yang diinspirasikan, Paulus mengatakan bahwa persembahan yang kita persembahkan adalah persembahan yang hidup, dan bukan yang mati. Dan sebenarnya, bukankah ini juga yang dilakukan Samuel menjawab sapaan – panggilan TUHAN dalam Nats ini. Samuel mempersembahkan dirinya menjadi alat TUHAN Allah menyetakan kehendakNya. Ini luar biasa.
Samuel mempersembahkan yang hidup dan bukan mempersembahkan yang mati. Dan konsep “mempersembahkan yang hidup dan bukan yang mati” ini merupakan ide baru di zaman Paulus, dan jelas telah mulai “dilupakan” di zaman kini karena telah menjadi istilah yang sangat biasa. Karena banyak yang telah mengukurnya dari nominal jumlah uang-materi-barang dan bahkan telah mengukur jasa dalam pelayanan pada TUHAN. Di zaman PL hingga Paulus, pengorbanan selalu berarti pembunuhan (korban bakaran). Di dalam praktek-praktek agama Yahudi, korban dibawa kehadapan imam, dosa dari orang yang membawa persembahan tersebut diakui atas korban dan dengan demikian secara simbolik memindahkan dosa-dosanya kepada korban yang dipersembahkan tersebut. Kemudian korban tersebut dibunuh. Ini merupakan gambaran yang hidup yang mengingatkan kepada setiap orang bahwa “Upah dosa adalah maut” (Roma 6:23) dan bahwa keselamatan para pendosa digantikan secara substitusi. Di dalam gambaran pengorbanan tersebut, korban yang dipersembahkan mati menggantikan tempat manusia yang mempersembahkannya. Korban tersebut harus mati agar orang tersebut tidak mati mati. Tetapi sekarang, dengan ledakan kreativitas Iliahi yang diinspirasikan, Paulus mengatakan bahwa persembahan yang kita persembahkan adalah persembahan yang hidup, dan bukan yang mati. Dan sebenarnya, bukankah ini juga yang dilakukan Samuel menjawab sapaan – panggilan TUHAN dalam Nats ini. Samuel mempersembahkan dirinya menjadi alat TUHAN Allah menyetakan kehendakNya. Ini luar biasa.
3. Berkaitan dengan Thema Nats, Peka terhadap panggilan-sapaan TUHAN, muncul pertanyaan : bagaimana caranya untuk bisa mendengar suara atau mengetahui kehendak Tuhan (sesuai dengan Nats Yoh 10:27 : “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku “)?. Saudara terkasih, semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah (Roma 8:14). Dalam bahasa aslinya kata anak ini dituliskan dengan kata ‘huios’ yang berarti anak yang sudah dewasa (sekitar 30 thn). Biasanya domba-domba dewasalah yang mampu mengenali suara dari gembalanya dengan baik sedangkan domba-domba yang belum dewasa kurang mampu mengenali suara gembalanya dengan baik. Anak-anak domba yang masih muda mengikuti domba yang telah dewasa untuk bisa mengenali suara gembala mereka. Ketika gembala memanggil maka domba-domba yang dewasa akan mengenali suara tersebut, lalu domba-domba yang lebih muda akan mengikuti mereka. Dari sini kita relevansikan, tidak ada jalan pintas untuk mampu mendengar suara atau mengetahui kehendak Tuhan dengan baik. Dibutuhkan sebuah kedewasaan/kematangan rohani untuk memiliki hikmat ilahi yang dapat membedakan sesuatu itu kehendak Allah atau bukan. Bergaullah dengan Allah dan berkomunikasilah denganNya setiap hari lewat doa Pelajari dengan baik Firman Allah sehingga kerohanian kita bisa bertumbuh menuju kedewasaan. Jika kita hidup intim dan bergaul dengan Allah maka kita bisa memahami keinginan Allah. Semakin kita dewasa rohani maka kita akan semakin mengenal suaraNya dengan baik. Kemudian, persekutuan dengan sesama saudara seiman juga penting, sebab tanpa persekutuan dengan sesama saudara seiman, kita tidak bisa bertumbuh dengan baik. Domba akan mudah tersesat dan dimangsa serigala jika ia sendirian. Saudara terkasih Jemaat Kristus, sampai hari ini, iblis masih berusaha menipu banyak orang dengan berusaha membuat manusia semakin tidak mengenal panggilan dan sapaan Tuhan. Hal lain yang membuat manusia tidak peka terhadap panggilan dan sapaan Tuhan ditengah kehidupan dan tantangannya adalah sikap mengeluh dan kekhawatiran, sebagai akibatnya kita tidak menangkap suara Roh Kudus yang sangat lemah-lembut dan menghibur. Hanya kuatir dan risau yang menguasai hati dan pikiran, bukan suara Firman Tuhan. Padahal seperti yang digambarkan dalam Mazmur 23, bahwa kehidupan itu layaknya sekelompok kawanan domba yang dibimbing menjalani padang luas menuju padang rumput, setiap umat gembalaan Tuhan sebenarnya tidak perlu risau, dan takut sekalipun berjalan dalam lembah kekelaman. Karena jika selalu setia dan “diam” dalam naungan gembalaanNya, maka kita akan dilindungi dan dibimbingNya. Domba harus siap untuk percaya bahwa gada dan tongkat Gembala itu yang membawa penghiburan dan perlindungan. Maka jika demikian, dombaNya yang percaya akan merasakan kesetiaanNya dan kemudian melihat kebaikanNya yang melampaui segala pengertian dan pengetahuan, dan itu akan menyertai sepanjang hidupnya. Haleluya.
Evangelium 17 Februari 2008 : Kerajaan Sorga Telah Datang Bagi Seluruh Umat Manusia (Keluaran 17 : 8 – 16)
Jamita tu Minggu Reminiscere - Tanggal, 17 Pebruari 2008
Oleh : Pdt. Jansen Simanjuntak, STh
I. Pendahuluan
Untuk masyarakat Indonesia yang agraris, bercocoktanam atau bertani, tidak terlalu sukar membayangkan apa yang dimaksud dengan tuaian.
Tuaian adalah situasi tanaman yang sudah siap untuk dipanen, dan tentu pasti membutuhkan tenaga kerja untuk memanennya. Panen ada, karena jauh hari sebelumnya sudah ada proses produksi, antara lain : Pengolahan tanah, penyamaian benih/bibit, penanaman, penyiangan dan pemupukan. Semua rangkaian itu sama-sama membutuhkan tenaga kerja yang telaten untuk mengerjakannya. Namun dalam nats kita, perumpamaan berfokus pada tuaian dan penuainya.
II. Penjelasan
01. Perikop ini merupakan bagian dari Pengajaran dan pengutusan Yesus kepada Murid-muridNya (9 :35 – 11:1), dimana Yesus mengutus murid-muridNya agar sungguh-sungguh bekerja untuk Kerajaan Allah. Dalam rangka memperkenalkan Kerjaan Allah, Yesus lebih dahulu membekali para pengikutNya dan orang banyak di Sinagoge. Mengajari berarti agar manusia mampu melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kemudian Yesus memberitakan Kerjaan Allah (Kerusso) dalam arti apa yang telah Allah perbuat bagi manusia.
Pengajaran dan pemberitaan selalu kait-mengait (tidak dapat dipisahkan). Pengajaran dan pemberitaan itu adalah Yesus sendiri. Terakhir, Yesus memperkenalkan Kerajaan Allah lewat tanda-tanda mujizat. Ini dapat dilihat melalui peristiwa penyembuhan (therapio) bagi orang-orang sakit, orang lemah selalu dikuatkan. Semua itu Yesus lakukan, baik di kota mapun di desa dalam rangka agar kehidupan manusia semakin baik adanya. Perbuatan semacam itu lahir dari belas kasihan Yesus terlebih-lebih bagi orang yang lelah dan terlantar, karena ulah para pemimpin dan gembala yang kurang bertanggungjawab, tidak mau menunjukkan keseriusan bekerja, sehingga masyarakat/manusia banyak yang korban dan mengalami penderitaan/kesengsaraan. Banyak manusia yang tidak berdaya, lemah bahkan terlantar. Sungguh Yesus sangat responsife dan tanggap atas kejadian yang mereka alami.
Oleh : Pdt. Jansen Simanjuntak, STh
I. Pendahuluan
Untuk masyarakat Indonesia yang agraris, bercocoktanam atau bertani, tidak terlalu sukar membayangkan apa yang dimaksud dengan tuaian.
Tuaian adalah situasi tanaman yang sudah siap untuk dipanen, dan tentu pasti membutuhkan tenaga kerja untuk memanennya. Panen ada, karena jauh hari sebelumnya sudah ada proses produksi, antara lain : Pengolahan tanah, penyamaian benih/bibit, penanaman, penyiangan dan pemupukan. Semua rangkaian itu sama-sama membutuhkan tenaga kerja yang telaten untuk mengerjakannya. Namun dalam nats kita, perumpamaan berfokus pada tuaian dan penuainya.
II. Penjelasan
01. Perikop ini merupakan bagian dari Pengajaran dan pengutusan Yesus kepada Murid-muridNya (9 :35 – 11:1), dimana Yesus mengutus murid-muridNya agar sungguh-sungguh bekerja untuk Kerajaan Allah. Dalam rangka memperkenalkan Kerjaan Allah, Yesus lebih dahulu membekali para pengikutNya dan orang banyak di Sinagoge. Mengajari berarti agar manusia mampu melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kemudian Yesus memberitakan Kerjaan Allah (Kerusso) dalam arti apa yang telah Allah perbuat bagi manusia.
Pengajaran dan pemberitaan selalu kait-mengait (tidak dapat dipisahkan). Pengajaran dan pemberitaan itu adalah Yesus sendiri. Terakhir, Yesus memperkenalkan Kerajaan Allah lewat tanda-tanda mujizat. Ini dapat dilihat melalui peristiwa penyembuhan (therapio) bagi orang-orang sakit, orang lemah selalu dikuatkan. Semua itu Yesus lakukan, baik di kota mapun di desa dalam rangka agar kehidupan manusia semakin baik adanya. Perbuatan semacam itu lahir dari belas kasihan Yesus terlebih-lebih bagi orang yang lelah dan terlantar, karena ulah para pemimpin dan gembala yang kurang bertanggungjawab, tidak mau menunjukkan keseriusan bekerja, sehingga masyarakat/manusia banyak yang korban dan mengalami penderitaan/kesengsaraan. Banyak manusia yang tidak berdaya, lemah bahkan terlantar. Sungguh Yesus sangat responsife dan tanggap atas kejadian yang mereka alami.
02. Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Mintalah Dia yang empunya tuaian, Supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Ketika disebut tuaian masih luas, sementara penuai sedikit, apa konteksnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bermasyarakat serta beragama kita di Indonesia? Sesungguhnya tuaian masih sangat luas. Luas dalam arti geografis juga dalam hal jenis. Memang kita mengakui sementara tenaga penuai yang siap bekerja dan berdedikasi tetap saja sedikit bahkan yang sedikit itupun seringkali menghadapi ancaman.
03. Memang selama ini kita sibuk melayani dan menciptakan berbagai bentuk pelayanan sesuai dengan perkembangan zaman, namun disisi lain kita sering mengabaikan/melupakan atau kurang berbicara dengan tuaian. Pada hal tujuan dan missi kita adalah unuk menuai. Pengutusan kita adalah untuk menuai, maka sepantasnyalah kita harus bermental penuai, rajin menuai. Nyanyian Kidung Kemaat No.428 berbunyi : “Lihatlah sekelilingmu, pandanglah ke ladang-ladang yang menguning dan sudah matang, sudah matang untuk dituai”. Nyanyian lahir dari pergumulan orang beriman, dimana Kerajaan Allah supaya benar-benar disebarluaskan. Nyanyian ini sangat menusuk hati untuk menyadarkan Gereja-gereja dengan semua orang percaya, khususnya para pekerja yang telah dipangil dan diutus. Kita sebagai Gereja yang telah dipanggil oleh Yesus untuk menjadi penuai, bukan hanya sebagai penabur, pemelihara dan pengurus ladang. Gereja tidak hanya suatu kumpulan di dalam Gereja untuk bersekutu, memecahkan roti perjamuan kudus, mengadakan festival koor dan mengikuti semua rapat-rapat, yang kadang kala hanya berkaitan dengan organisasi gerejanya. Akan tetapi HKI, sebagai salah satu gereja yang diutus Tuhan sudah saatnya sekarang ini berani memandang keluar, melihat kedaan sekelilingnya. Apa yang terjadi di sana? Padi sudah menguning dan sudah siap untuk dituai? Sekarang ini, tidak ada lagi waktu untuk mempersoalkan hal-hal yang tidak penting. Tidak ada lagi waktu untuk mempersoalkan kedudukan, prestise, apalagi membiarkan konflik yang berkepanjangan. Soalnya padi sudah menguning, dan telah siap untuk dituai. Kalau tidak, ada satu kesalahan dan dosa besar yaitu Gereja lalai, dan sama sekali tidak melihat tuaian itu.
04. Sekarang ini ada sasaran umum objek penginjilan besar di dunia modern ini. Paling tidak kita semua harus aktif dalam 2 dunia yang akan kita tuai, yaitu :
1. Dunia kemiskinan.
Gereja harus serius terhadap masalah kemiskinan yang terjadi sekarang ini diberbagai tempat khususnya di Negara yang sedang berkembang. Kalau kita ingin memenangkan dunia ini, kita harus berani memulai dari dunia orang miskin. Maka tujuan yang pertama adalah “orag miskin”.
2. Dunia anak-anak.
Banyak sekarang anak-anak yang hancur secara phisik, emosi, psikis dan spiritual. Mereka stress karena berbagai faktor kemiskinan dengan terpaksa harus ikut berkerja mencari nafkah walaupun masih dibawah umur.
Kita lihat di kota dan dipersimpangan jalan raya, banyak anak-anak yang bekerja sebagai tukang semir, pengamen, penjual Koran, pemulung, dan lain-lain. Dan yang sangat memprihatinkan adalah terjadinya pelecehan seksual terhadap anak-anak dan juga perdagangan anak. Karena itu semua pelayan dan jemaat perlu dengan sungguh-sungguh berdoa agar Tuhan mengirimkan hamba-hambaNya yang berjiwa penuai untuk mencari jiwa-jiwa untuk diselamtkan. Kita semua perlu berdoa untuk membentuk Tim pendoa syafaat untuk tujuan penuai, supaya terus- menerus muncul pekerja-pekerja baru di jemaatNya menjadi timNya yang mau dimobilisasi masuk dalam tuaian itu. Maka segenap pelayan di HKI akan mengaminkan “Than, ini aku, utuslah kami semua untuk menuai”. Amin.
1. Dunia kemiskinan.
Gereja harus serius terhadap masalah kemiskinan yang terjadi sekarang ini diberbagai tempat khususnya di Negara yang sedang berkembang. Kalau kita ingin memenangkan dunia ini, kita harus berani memulai dari dunia orang miskin. Maka tujuan yang pertama adalah “orag miskin”.
2. Dunia anak-anak.
Banyak sekarang anak-anak yang hancur secara phisik, emosi, psikis dan spiritual. Mereka stress karena berbagai faktor kemiskinan dengan terpaksa harus ikut berkerja mencari nafkah walaupun masih dibawah umur.
Kita lihat di kota dan dipersimpangan jalan raya, banyak anak-anak yang bekerja sebagai tukang semir, pengamen, penjual Koran, pemulung, dan lain-lain. Dan yang sangat memprihatinkan adalah terjadinya pelecehan seksual terhadap anak-anak dan juga perdagangan anak. Karena itu semua pelayan dan jemaat perlu dengan sungguh-sungguh berdoa agar Tuhan mengirimkan hamba-hambaNya yang berjiwa penuai untuk mencari jiwa-jiwa untuk diselamtkan. Kita semua perlu berdoa untuk membentuk Tim pendoa syafaat untuk tujuan penuai, supaya terus- menerus muncul pekerja-pekerja baru di jemaatNya menjadi timNya yang mau dimobilisasi masuk dalam tuaian itu. Maka segenap pelayan di HKI akan mengaminkan “Than, ini aku, utuslah kami semua untuk menuai”. Amin.
Evangelium 24 Februari 2008 : Guru Dok ni Jesus do Saluhut (Markus 4 : 35 – 41)
Jamita tu Minggu OKULI - Tanggal, 24 Pebruari 2008
Oleh : Pdt. Eduar P. Pasaribu, M.Th (Pendeta HKI Resort Jambi)
I. PATUJOLO:
Ndung diulahon Jesus dohot angka siseanNai pelayananNa; ima na marjamita, pamalumhon parsahiton dohot angka na asing, lam torop ma jolmai ro mandapothon nasida. Jadi ditinggalhon ma angka natoropi laho ma nasida marparau. Terjadi ma sada persitiwa na boi gabe pataridahon na marhuaso do Jesus di saluhut nasa na adong tarlumobi tu angka siseanNa . Turpukta on sada peristiwa laho membuktikan huaso ni Jesus na mambahen tanda halonganangan, tanda halongangan i ima sada peristiwa na sotarantusi/na so boi dipahamai marhite-hite parbinotoan (pamikirion ni jolma) sandiri, alani tanda halongangan sada tanda do i na pinasahat Debata tu jolmai, tarlumobi ma diangka na mangihuthon Tuhan i. Peristiwa on sebagai gambaran tu pardalanan ni ngolunta di tonga-tonga ni portibion, na jotjot ro alogo na gogo dohot habahaba na laho mangarumpakhon paraunta.
Turpuk on jotjot do dipangke angka halak Kristen laho mangalehon pangapulion dohot patoguhon haporseaon ni dongan. Menarik untuk di aplikasikan, ala mura dapot hita aha ipola/inti na nanaeng sipasahaton taringot tu haporseaon, isarana: taringot tu huaso ni Jesus di bagasan ngolu ni jolma, masalah rumatangga na jotjot di terpa galumbang dohot habahaba dohot lan na asaing dope.
II. Hatorangan ni turpuk :
Di Bibel boi do idaonta, tolunsa do panurat Evangelium Sinopsis manurathon turpuk on, ima : Masitumpahan do pamaritahon nasida natolu, atik pe adong be do ianggo parasinganna. Ai si Mateus mandok, di naung lam torop do jolma ro manghaliangi Jesus, dungi didokma asa taripar nasida (Mat. 8:18). Si Markus mandok ala naung lam bot ari (Mark.4:35). Anggo si Lukas ndang apala tontu digurithon anggo partingkian rodi sibonsirina, umbahen marparau sisean i dohot Tuhan Jesus (Luk. 8:22). Ianggo apala naniondolhon nasida sada do, ima: Guru dok ni Jesus do alogo nang tao i, Guru dok ni Jesus do saluhut.
Disi boi do berengonta adong rencana kerja (program pelayanan) ni Jesus rap dohot angka sisean i, humusor nasida sian sada inganan tu inganan na asing laho mamboan Barita Nauli i, adong perpindahan tempat adong pemutasian dang laos liatliat di sada inganan manang di sada luat. Asa umbege Barita Nauli i jala lam tumorop halak dijamitai jala ditanda nasida. Atik pe lam torop halak manghaliangi jala bahkan maniopi Jesus di inganan i, manghaholongi, alai program pelayanan maju terus bahkan dipalao do natoropi jala dijangkon nasida Jesus tu parau i (Mat 8:18; Mark.4:36), adong dope sian nasida na khusus marparau na asing uduran dohot rombongan ni Jesus dohot sisianNa. Ndang apala binoto manang sebatas pengantar (namanaruhon, manang asa tongtong halak i rampak, manang napatuduhon kesetiaan nasida di Jesus, alai anggo sasintongna secara resmi nunga di tinggalhon nasida. Di Bibel hata Batak didok:”dipalaho nasida ma natorop i” (ayat 36)
Jotjot do tupa hamaolon di hurianta molo masa perpindahan, pemutasian, atik pe nunga ro SK mutasi, adong ma i namaniopi, jala nadeba olo ditiopi, adong na deba mamboan rombongan tu induk, paboa na so dihalomohon nasida dope perpindahan i, ujungna olo ma batal SK perpindahan i jala laos manghorhon hamaolon ma di huria i.
Masa do habahaba na ngogo situtu (= suatu keadaan yang mendadak secara tiba-tiba). Tontu do situasi na songon i mambahen angka sisean biahaton, stress, deppressi, mabiar situtu. Ai pola masuk aek ni galumbangi tu parau, maradu gok aek. Suatu hal yang wajar do molo angka dotdot sisean i mamereng kenyataan naung cukup mengancam kehidupan nasida. Nuaeng persoalan sirisihonta, ima: naeng marhua do nasida na mar parau i, jala ulaon ni ise do na niula nasida gabe marparau nasida? Jala ise do dongan jala rombongan nasida di parau i ? Angkup ni tama do lam tandaon partingkian, suasana dohot keadaan yang memungkinkan bisa menimbulkan angin topan, na manghorhon alogo na gogo, habahaba na mengancam ditongatonga ni masyarakat nang di tongatonga ni huria pe. Termasuk di Huria Kristen Indonesia olo do masa hamaolon na songon alogo na gogo ro di habahaba na sangat menakutkan. Nunga tingki na, lam marsitutu hita laho mabahen studi na marsitutu taringot tusi, jala tudia do huria i marsigantung jala marhaporusan molo ro alogo na gogo? Ise do di sungguli, ise do di jou laho pademakhon habahaba i?
Diloas do halak najonok tu Ibana talpe laho tu hamagoan rodi tu hamatean tahe, alai dipaingot do songon pandohan ni parpeselman i: Jou ma Au jumpa di ari hagogoton, asa hupalua ho asa dipuji ho Ahu (Psalm 5:15).
Tuani ma di sungguli nasida Jesus na tongon tarpodom (mungkin ala naung loja), di lapor ma sude na masai tu Jesus, keadaan nasida dohot bentuk ancaman naung mencekam nasida di tao i. Dipasahat nasida saluhot holso dohot hoihoi nasida tu Jesus. Sintongma pandohan ni par pesalmen i: “Pasahat ma dalanmu tu Jahowa, jala haposi Ibana, asa Ibana Paturehon” (37 : 5 ).
Diantusi Jesus do sihol ni Roha nasida i, olo do Jesus didungoi nasida, jala hona hata ma alogoi dibehan. Gabe so jala menak ma. Atik pe nunga tadok nangkin wajar biar ni roha nasida alani “Kegawatan i”, alai boasa so porsea nasida paboa na so tupa boha nasida ala naung rap dohot Jesus? Sungguh luar biasa suasana yang ada di antara kita, di tengah-tengah keluarga, di masyarakat, disekitar kita, bahkan konflik yang berkepanjangan di tengah-tengah bangsa dan Negara kita apabila dibiarkan terus, bukan tidak mungkin tercipta atau dapat menimbulkkan badai dan angin taufan. Oleh karena itu perlu dicermati, disikapi dan diantisipasi dengan sungguh-sungguh.
Hamaolon, parungkilan dohot angka las ni roha na baoi do silih berganti di ngoluon. Boi do hira na hona alogo na gogo keluarga, rumatangga, ualonta, tu ise ma hita mangalualu ? Ise ma dongan mangurupi hita ? Ompungta naung di kuburan i do ? Tuk do pangurupion ni i ? Tontu tu Tuhan Jesus, tu Ibana hita ro mangido pangurupion uju masa hagogoton, Ibana sandiri do mandok: “Roma hamu tu ahu angka naloja jala na sorat asa hupasonang hamu” (Mat. 11:28). Taparhatopot do gogo ni hasusahan dohot parungkilon mangharhari haporseaonta asa ganggang sian Jesus. Ai tarimpu jotjot do ndang mungkin tolongon ni Tuhan i au diparungkilon, hape lupa hita dihata ni surusuruan i tu si Maria namandok : Ai ndang adong na so tarpatupa Debata (Lukas 1:37)
Ditegor Tuhan Jesus do sisean i, boasa songon i biar muna, dia do umbahen soada haporseaon muna? Ternyata nang pe naung rap sisean i dohot Jesus, jala godang di ida nasida tanda halongangan naung pinatupa ni Jesus, alai tong do ganggu nasida tu gogo dohot huaso ni Jesus. Jadi sekaligus persitiwa ini menginsafkan, menyadarkan sisean i dan sekaligus mengkonfirmasikan hasintongan ni pangihutonon nasida di Jesus. Ido umbahen didok boasa so ada haporseaon di hamu. Ngolu haporseaon ido modal utama mangadopi ragam ni parungkilonm, ro di alogo na gogo nang dihabahaba pe. Haporseai ma Jesus, tung tangkas guru dokNa do alogo nang tao i, Guru dokNa do tahe saluhut.
Ala ni tama hita marpos ni roha tu Jesus sambing. Molo dung rap hita dohot Ibana jala ta pagomgomhon dirinta hibul tu Ibana ndang tagamon godoron jala biahaton be hita. Sandok manang aha pe na masa, las ni roha arsak pe tioponhu Ho nabasa, namarholong roha i. Hatahutan ma sisean ni jala mabiar situtu huhut longang, salut nasida tu Jesus, ai ternyata boi menak alogo dohot tao i.
III. Sipahusorhusoron :
1. Taingot ma, namardalan jala namamolus do hita di portibi on, jala saluhut do na porsea tu Jesus di suru laho mamarintahon Barita Nauli tu saluhut natinompa. Sipata mandate, loja jala maheu do hita mangulahon i, sipata laho mangalap gogo hita nian di rohanta, hape olo soluk, tompu ro hamaolon, parungkilon. Lumobi tahe boi do masa hira alogo na gogo dohot habahaba na tompu situtu namambahen hita godoron jala biahatan. Ndang pola tarsonggot hita disi, ai ala ni do digombarhon pardalanan ni huria di portibion songon parau na mamolus di tonga ni laut na bidang, na sewaktu-waktu boi mengalami alogo na gogo na ro sian segala penjuru. Diparade gombaran manang lambang i do asa unang tarsongot hita disi, na porlu asalma rap hita dohot Jesus, saparu dohot sahundulan hita dohot Ibana. Ndang pasombuanNa hita marmara, ai guru dok Na do saluhut.
2. Sada hal na wajar do, molo susah halak ala ni sitaonon, alani parsahitan, sipata do lupa tu hagogoon ni Jesus, gabe olo ma mangido pangurupion tu hagogoon na asing sian hagogoon ni Debata. Ndang taboto anggo angka hagogoon di luar ni Tuhan i pesan do jala saluhutna do i di toru huaso ni Tuhanta i. Dibahen i unang hita lomos jala gamang mangahaposi huaso dohot hagogoon ni Jesus Kristus Raja ni huria.
3. Jotjot do hita ndang marningot jala so mamilangi pambahenan dohot huaso ni Debata di ngolunta. Hape aut sura tapingkiri angka parsorianta ro di angka pambahenanta, sasintongna godang do tanda naung tajalo sian Ibana ro di angka pambahenanNa, ro nadipalua hita tahe sian ancaman ni alogo na dohot habahaba. Dibahen i tung rap ma hita marhatopothon angka pambahenan ni Debata naung tajalo dohot nanaeng jaloonta dope.
4. Mura do nadeba marhatopothon paboa pargogo naso hatudosan do Tuhan i, uju di hilala ibana pangurupion naung jinalona. Alai dung marholang manang sadia leleleng lupa ma i saluhutna. Sai unang ma ganggang parsaoranta tu Tuhan i, asa tongtong taingot saluhut denggan ni basaNa.
Oleh : Pdt. Eduar P. Pasaribu, M.Th (Pendeta HKI Resort Jambi)
I. PATUJOLO:
Ndung diulahon Jesus dohot angka siseanNai pelayananNa; ima na marjamita, pamalumhon parsahiton dohot angka na asing, lam torop ma jolmai ro mandapothon nasida. Jadi ditinggalhon ma angka natoropi laho ma nasida marparau. Terjadi ma sada persitiwa na boi gabe pataridahon na marhuaso do Jesus di saluhut nasa na adong tarlumobi tu angka siseanNa . Turpukta on sada peristiwa laho membuktikan huaso ni Jesus na mambahen tanda halonganangan, tanda halongangan i ima sada peristiwa na sotarantusi/na so boi dipahamai marhite-hite parbinotoan (pamikirion ni jolma) sandiri, alani tanda halongangan sada tanda do i na pinasahat Debata tu jolmai, tarlumobi ma diangka na mangihuthon Tuhan i. Peristiwa on sebagai gambaran tu pardalanan ni ngolunta di tonga-tonga ni portibion, na jotjot ro alogo na gogo dohot habahaba na laho mangarumpakhon paraunta.
Turpuk on jotjot do dipangke angka halak Kristen laho mangalehon pangapulion dohot patoguhon haporseaon ni dongan. Menarik untuk di aplikasikan, ala mura dapot hita aha ipola/inti na nanaeng sipasahaton taringot tu haporseaon, isarana: taringot tu huaso ni Jesus di bagasan ngolu ni jolma, masalah rumatangga na jotjot di terpa galumbang dohot habahaba dohot lan na asaing dope.
II. Hatorangan ni turpuk :
Di Bibel boi do idaonta, tolunsa do panurat Evangelium Sinopsis manurathon turpuk on, ima : Masitumpahan do pamaritahon nasida natolu, atik pe adong be do ianggo parasinganna. Ai si Mateus mandok, di naung lam torop do jolma ro manghaliangi Jesus, dungi didokma asa taripar nasida (Mat. 8:18). Si Markus mandok ala naung lam bot ari (Mark.4:35). Anggo si Lukas ndang apala tontu digurithon anggo partingkian rodi sibonsirina, umbahen marparau sisean i dohot Tuhan Jesus (Luk. 8:22). Ianggo apala naniondolhon nasida sada do, ima: Guru dok ni Jesus do alogo nang tao i, Guru dok ni Jesus do saluhut.
Disi boi do berengonta adong rencana kerja (program pelayanan) ni Jesus rap dohot angka sisean i, humusor nasida sian sada inganan tu inganan na asing laho mamboan Barita Nauli i, adong perpindahan tempat adong pemutasian dang laos liatliat di sada inganan manang di sada luat. Asa umbege Barita Nauli i jala lam tumorop halak dijamitai jala ditanda nasida. Atik pe lam torop halak manghaliangi jala bahkan maniopi Jesus di inganan i, manghaholongi, alai program pelayanan maju terus bahkan dipalao do natoropi jala dijangkon nasida Jesus tu parau i (Mat 8:18; Mark.4:36), adong dope sian nasida na khusus marparau na asing uduran dohot rombongan ni Jesus dohot sisianNa. Ndang apala binoto manang sebatas pengantar (namanaruhon, manang asa tongtong halak i rampak, manang napatuduhon kesetiaan nasida di Jesus, alai anggo sasintongna secara resmi nunga di tinggalhon nasida. Di Bibel hata Batak didok:”dipalaho nasida ma natorop i” (ayat 36)
Jotjot do tupa hamaolon di hurianta molo masa perpindahan, pemutasian, atik pe nunga ro SK mutasi, adong ma i namaniopi, jala nadeba olo ditiopi, adong na deba mamboan rombongan tu induk, paboa na so dihalomohon nasida dope perpindahan i, ujungna olo ma batal SK perpindahan i jala laos manghorhon hamaolon ma di huria i.
Masa do habahaba na ngogo situtu (= suatu keadaan yang mendadak secara tiba-tiba). Tontu do situasi na songon i mambahen angka sisean biahaton, stress, deppressi, mabiar situtu. Ai pola masuk aek ni galumbangi tu parau, maradu gok aek. Suatu hal yang wajar do molo angka dotdot sisean i mamereng kenyataan naung cukup mengancam kehidupan nasida. Nuaeng persoalan sirisihonta, ima: naeng marhua do nasida na mar parau i, jala ulaon ni ise do na niula nasida gabe marparau nasida? Jala ise do dongan jala rombongan nasida di parau i ? Angkup ni tama do lam tandaon partingkian, suasana dohot keadaan yang memungkinkan bisa menimbulkan angin topan, na manghorhon alogo na gogo, habahaba na mengancam ditongatonga ni masyarakat nang di tongatonga ni huria pe. Termasuk di Huria Kristen Indonesia olo do masa hamaolon na songon alogo na gogo ro di habahaba na sangat menakutkan. Nunga tingki na, lam marsitutu hita laho mabahen studi na marsitutu taringot tusi, jala tudia do huria i marsigantung jala marhaporusan molo ro alogo na gogo? Ise do di sungguli, ise do di jou laho pademakhon habahaba i?
Diloas do halak najonok tu Ibana talpe laho tu hamagoan rodi tu hamatean tahe, alai dipaingot do songon pandohan ni parpeselman i: Jou ma Au jumpa di ari hagogoton, asa hupalua ho asa dipuji ho Ahu (Psalm 5:15).
Tuani ma di sungguli nasida Jesus na tongon tarpodom (mungkin ala naung loja), di lapor ma sude na masai tu Jesus, keadaan nasida dohot bentuk ancaman naung mencekam nasida di tao i. Dipasahat nasida saluhot holso dohot hoihoi nasida tu Jesus. Sintongma pandohan ni par pesalmen i: “Pasahat ma dalanmu tu Jahowa, jala haposi Ibana, asa Ibana Paturehon” (37 : 5 ).
Diantusi Jesus do sihol ni Roha nasida i, olo do Jesus didungoi nasida, jala hona hata ma alogoi dibehan. Gabe so jala menak ma. Atik pe nunga tadok nangkin wajar biar ni roha nasida alani “Kegawatan i”, alai boasa so porsea nasida paboa na so tupa boha nasida ala naung rap dohot Jesus? Sungguh luar biasa suasana yang ada di antara kita, di tengah-tengah keluarga, di masyarakat, disekitar kita, bahkan konflik yang berkepanjangan di tengah-tengah bangsa dan Negara kita apabila dibiarkan terus, bukan tidak mungkin tercipta atau dapat menimbulkkan badai dan angin taufan. Oleh karena itu perlu dicermati, disikapi dan diantisipasi dengan sungguh-sungguh.
Hamaolon, parungkilan dohot angka las ni roha na baoi do silih berganti di ngoluon. Boi do hira na hona alogo na gogo keluarga, rumatangga, ualonta, tu ise ma hita mangalualu ? Ise ma dongan mangurupi hita ? Ompungta naung di kuburan i do ? Tuk do pangurupion ni i ? Tontu tu Tuhan Jesus, tu Ibana hita ro mangido pangurupion uju masa hagogoton, Ibana sandiri do mandok: “Roma hamu tu ahu angka naloja jala na sorat asa hupasonang hamu” (Mat. 11:28). Taparhatopot do gogo ni hasusahan dohot parungkilon mangharhari haporseaonta asa ganggang sian Jesus. Ai tarimpu jotjot do ndang mungkin tolongon ni Tuhan i au diparungkilon, hape lupa hita dihata ni surusuruan i tu si Maria namandok : Ai ndang adong na so tarpatupa Debata (Lukas 1:37)
Ditegor Tuhan Jesus do sisean i, boasa songon i biar muna, dia do umbahen soada haporseaon muna? Ternyata nang pe naung rap sisean i dohot Jesus, jala godang di ida nasida tanda halongangan naung pinatupa ni Jesus, alai tong do ganggu nasida tu gogo dohot huaso ni Jesus. Jadi sekaligus persitiwa ini menginsafkan, menyadarkan sisean i dan sekaligus mengkonfirmasikan hasintongan ni pangihutonon nasida di Jesus. Ido umbahen didok boasa so ada haporseaon di hamu. Ngolu haporseaon ido modal utama mangadopi ragam ni parungkilonm, ro di alogo na gogo nang dihabahaba pe. Haporseai ma Jesus, tung tangkas guru dokNa do alogo nang tao i, Guru dokNa do tahe saluhut.
Ala ni tama hita marpos ni roha tu Jesus sambing. Molo dung rap hita dohot Ibana jala ta pagomgomhon dirinta hibul tu Ibana ndang tagamon godoron jala biahaton be hita. Sandok manang aha pe na masa, las ni roha arsak pe tioponhu Ho nabasa, namarholong roha i. Hatahutan ma sisean ni jala mabiar situtu huhut longang, salut nasida tu Jesus, ai ternyata boi menak alogo dohot tao i.
III. Sipahusorhusoron :
1. Taingot ma, namardalan jala namamolus do hita di portibi on, jala saluhut do na porsea tu Jesus di suru laho mamarintahon Barita Nauli tu saluhut natinompa. Sipata mandate, loja jala maheu do hita mangulahon i, sipata laho mangalap gogo hita nian di rohanta, hape olo soluk, tompu ro hamaolon, parungkilon. Lumobi tahe boi do masa hira alogo na gogo dohot habahaba na tompu situtu namambahen hita godoron jala biahatan. Ndang pola tarsonggot hita disi, ai ala ni do digombarhon pardalanan ni huria di portibion songon parau na mamolus di tonga ni laut na bidang, na sewaktu-waktu boi mengalami alogo na gogo na ro sian segala penjuru. Diparade gombaran manang lambang i do asa unang tarsongot hita disi, na porlu asalma rap hita dohot Jesus, saparu dohot sahundulan hita dohot Ibana. Ndang pasombuanNa hita marmara, ai guru dok Na do saluhut.
2. Sada hal na wajar do, molo susah halak ala ni sitaonon, alani parsahitan, sipata do lupa tu hagogoon ni Jesus, gabe olo ma mangido pangurupion tu hagogoon na asing sian hagogoon ni Debata. Ndang taboto anggo angka hagogoon di luar ni Tuhan i pesan do jala saluhutna do i di toru huaso ni Tuhanta i. Dibahen i unang hita lomos jala gamang mangahaposi huaso dohot hagogoon ni Jesus Kristus Raja ni huria.
3. Jotjot do hita ndang marningot jala so mamilangi pambahenan dohot huaso ni Debata di ngolunta. Hape aut sura tapingkiri angka parsorianta ro di angka pambahenanta, sasintongna godang do tanda naung tajalo sian Ibana ro di angka pambahenanNa, ro nadipalua hita tahe sian ancaman ni alogo na dohot habahaba. Dibahen i tung rap ma hita marhatopothon angka pambahenan ni Debata naung tajalo dohot nanaeng jaloonta dope.
4. Mura do nadeba marhatopothon paboa pargogo naso hatudosan do Tuhan i, uju di hilala ibana pangurupion naung jinalona. Alai dung marholang manang sadia leleleng lupa ma i saluhutna. Sai unang ma ganggang parsaoranta tu Tuhan i, asa tongtong taingot saluhut denggan ni basaNa.
5. Saluhutna do ditoru ni huaso ni Tuhan, Sude nasa namasa tarpademak Ibana do, manang soal ekonomi, sosial, politik ro di sude tahe sisiasia ni portibion tarpademak Ibana do, asal ma ro mangido pangurupion jala mangaloas Tuhanta i mangantoi namasa di ngolunta, di keluarganta, di hurianta nang di bangsonta pe, ai guru dokNa do saluhut. Amen.
Subscribe to:
Posts (Atom)