DISALIBKAN MATI DAN TAK PERNAH BANGKIT
(Oleh: Pdt. HOPOL M.Sihombing, STh- Bandung)
”Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6)
Kecuali golongan orang Saduki, peristiwa salib dan kematian Yesus dianggap sebagai akhir dari semua pelayanan dan pekerjaanNya. Inilah pandangan mereka bahwa orang yang mati tak akan pernah bangkit lagi (Mat. 22:23). Namun sayang pandangan yang cukup lama menjadi landasan ajarannya, tanpa harus kita tentangpun telah harus luluh dengan kebangkitan Yesus pada hari pertama Minggu itu (Mrk. 16). Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome menjadi saksi pertama bahwa Yesus telah bangkit dari kubur. Yesus hidup dan memenangkan umatNya dari kuasa kematian.
Tepatnya, untuk apakah kita katakan “disalibkan mati dan tak pernah bangkit lagi?”. Paulus mengatakan, ayat ini bukan ditujukan untuk salib dan kematian Yesus. Mati dan tak pernah bangkit justru ditujukan kepada dosa kita. Oleh salibNya, telah menyalibkan manusia lama kita sehingga dosa kita mati dan tak perlu bangkit lagi. Biarkan dosa itu mati untuk selamanya dan tak perlu diungkit. Maka dari nats ini beberapa hal perlu kita renungkan sebagai arti salib di zaman sekarang:
A. Manusia Lama menjadi Manusia Baru
Menurut kitab Efesus 4:22, bahwa manusia lama diidentikkan dengan hidup dalam dosa, hidup dalam nafsu duniawi kemudian akan menerima ganjaran kebinasaan disebutkan “....manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,” Jika menurut kitab Yohanes; hidup baru diperoleh dengan lahir kembali, oleh Paulus dari kitab Roma 6:6 menyebut umat Tuhan menerima hidup baru dengan salib. Salib Yesus telah menyalibkan manusia lama yang hidup dalam dosa, maka dengan demikian kita telah dirubah menjadi mansia baru dan akan menerima hidup kekal di sorga.
Guna pembaharuan hidup kita harus dibayar dengan nyawa dan darah Yesus. Dan itu pun akan terjadi jikalau kita menerima salib itu. Salib jangan dianggap sebagai kutukan tetapi bentuk cinta kasih yang sangat-sangat besar. Tiada orang rela berkorban, mengorbankan diriNya, hidupNya bagi orang yang berdosa, kecuali Yesus. Itu adalah cinta sorgawi dan cinta yang kudus bagi kita semua.
B. Tubuh Dosa hilang kuasanya
Kemampuan tentu didasari oleh kuasa yang dimiliki. Jelasnya demikian; Kuasa-kuasa dunia melakukan hal-hal duniawi, sedangn kuasa Roh melakunan hal rohani. Sehingga tidak berlebihan jika saya sebut “jangan benci orang berdosa tetapi bencilah dosa!” Bolehkah kita pisahkan dosa dengan orang berdosa? Sepintas sulit sekali, tetapi kita perlu untuk menyimak lebih baik. Contoh, seorang berdosa lalu kita benci karena dia berdosa (alasan dosanya), bukankah kita juga menjadi orang berdosa? Sedang membenci dosa adalah menjadikan hidup benar di hadapan Tuhan.
Karena dosa itu tentu dari iblis yang bersarang di dalam tubuh manusia. Salib harus berdiri di sana supaya tubuh kita bukan lagi sarang iblis dan istana setan. Jangan memberikan tubuh untuk tempat berpesta bagi si jahat. Tetapi menjadi bait Allah (Roh) dengan demikian tubuh akan berbuat hal-hal rohani (bnd. 1 Kor.6:19 tubuhmu adalah bait Roh Kudus)
C. Hamba Bagi Allah bukan hamba iblis
Menghambakan diri dan menjadi hamba bagi Allah adalah kebalikan dari menghambakan diri kepada dosa (iblis). Dari konsep ini, bagaimana pun, dan di manapun di dunia ini manusia tetap disebut sebagai hamba. Hanya kita memilih hamba siapa. Hamba Allah atau hamba iblis. Dan hamba berhubungan dengan tuan. Jika seorang adalah hamba bagi Allah maka tuannya (Tuhan) adalah Tuhan Allah, sdangn jika hamba iblis (dosa) tuannya adalah iblis.
Hamba bagi Alah tugasnya akan melakukan pekerjaan Allah dan kehendakNya dan akan mendapat upah (dari) Allah dalam Yesus (Kol. 3:23-24). Demikian juga, orang yang menghambakan diri bagi iblis tugasnya akan melakukan tipu daya iblis dan akan mendapat upah maut (bnd. Rom. 6:23, Kol. 3:25)
Peristiwa salib, sekarang harus kita terima di dalam hidup kita pada saat ini. Salib di Golgata pada umur Yesus 30 tahun (dua ribuan tahun lalu) telah menyalibkan manusia lama dan dosa kita di segala zaman. Dosa-dosa itu biarlah mati dan tak perlu dibangkitkan lagi. Keburukan itu tidak perlu berulang lagi sebab kita telah memiliki manusia baru di dalam tubuh kita yang dipenuhi kuasa Roh Kudus. Biarkan dosa, kejahatan dan keburukan mati dan tak pernah dibangkitkan lagi. Karena itu marilah sungguh-sungguh hidup menjadi hamba bagi Allah.
(Oleh: Pdt. HOPOL M.Sihombing, STh- Bandung)
”Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6)
Kecuali golongan orang Saduki, peristiwa salib dan kematian Yesus dianggap sebagai akhir dari semua pelayanan dan pekerjaanNya. Inilah pandangan mereka bahwa orang yang mati tak akan pernah bangkit lagi (Mat. 22:23). Namun sayang pandangan yang cukup lama menjadi landasan ajarannya, tanpa harus kita tentangpun telah harus luluh dengan kebangkitan Yesus pada hari pertama Minggu itu (Mrk. 16). Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome menjadi saksi pertama bahwa Yesus telah bangkit dari kubur. Yesus hidup dan memenangkan umatNya dari kuasa kematian.
Tepatnya, untuk apakah kita katakan “disalibkan mati dan tak pernah bangkit lagi?”. Paulus mengatakan, ayat ini bukan ditujukan untuk salib dan kematian Yesus. Mati dan tak pernah bangkit justru ditujukan kepada dosa kita. Oleh salibNya, telah menyalibkan manusia lama kita sehingga dosa kita mati dan tak perlu bangkit lagi. Biarkan dosa itu mati untuk selamanya dan tak perlu diungkit. Maka dari nats ini beberapa hal perlu kita renungkan sebagai arti salib di zaman sekarang:
A. Manusia Lama menjadi Manusia Baru
Menurut kitab Efesus 4:22, bahwa manusia lama diidentikkan dengan hidup dalam dosa, hidup dalam nafsu duniawi kemudian akan menerima ganjaran kebinasaan disebutkan “....manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,” Jika menurut kitab Yohanes; hidup baru diperoleh dengan lahir kembali, oleh Paulus dari kitab Roma 6:6 menyebut umat Tuhan menerima hidup baru dengan salib. Salib Yesus telah menyalibkan manusia lama yang hidup dalam dosa, maka dengan demikian kita telah dirubah menjadi mansia baru dan akan menerima hidup kekal di sorga.
Guna pembaharuan hidup kita harus dibayar dengan nyawa dan darah Yesus. Dan itu pun akan terjadi jikalau kita menerima salib itu. Salib jangan dianggap sebagai kutukan tetapi bentuk cinta kasih yang sangat-sangat besar. Tiada orang rela berkorban, mengorbankan diriNya, hidupNya bagi orang yang berdosa, kecuali Yesus. Itu adalah cinta sorgawi dan cinta yang kudus bagi kita semua.
B. Tubuh Dosa hilang kuasanya
Kemampuan tentu didasari oleh kuasa yang dimiliki. Jelasnya demikian; Kuasa-kuasa dunia melakukan hal-hal duniawi, sedangn kuasa Roh melakunan hal rohani. Sehingga tidak berlebihan jika saya sebut “jangan benci orang berdosa tetapi bencilah dosa!” Bolehkah kita pisahkan dosa dengan orang berdosa? Sepintas sulit sekali, tetapi kita perlu untuk menyimak lebih baik. Contoh, seorang berdosa lalu kita benci karena dia berdosa (alasan dosanya), bukankah kita juga menjadi orang berdosa? Sedang membenci dosa adalah menjadikan hidup benar di hadapan Tuhan.
Karena dosa itu tentu dari iblis yang bersarang di dalam tubuh manusia. Salib harus berdiri di sana supaya tubuh kita bukan lagi sarang iblis dan istana setan. Jangan memberikan tubuh untuk tempat berpesta bagi si jahat. Tetapi menjadi bait Allah (Roh) dengan demikian tubuh akan berbuat hal-hal rohani (bnd. 1 Kor.6:19 tubuhmu adalah bait Roh Kudus)
C. Hamba Bagi Allah bukan hamba iblis
Menghambakan diri dan menjadi hamba bagi Allah adalah kebalikan dari menghambakan diri kepada dosa (iblis). Dari konsep ini, bagaimana pun, dan di manapun di dunia ini manusia tetap disebut sebagai hamba. Hanya kita memilih hamba siapa. Hamba Allah atau hamba iblis. Dan hamba berhubungan dengan tuan. Jika seorang adalah hamba bagi Allah maka tuannya (Tuhan) adalah Tuhan Allah, sdangn jika hamba iblis (dosa) tuannya adalah iblis.
Hamba bagi Alah tugasnya akan melakukan pekerjaan Allah dan kehendakNya dan akan mendapat upah (dari) Allah dalam Yesus (Kol. 3:23-24). Demikian juga, orang yang menghambakan diri bagi iblis tugasnya akan melakukan tipu daya iblis dan akan mendapat upah maut (bnd. Rom. 6:23, Kol. 3:25)
Peristiwa salib, sekarang harus kita terima di dalam hidup kita pada saat ini. Salib di Golgata pada umur Yesus 30 tahun (dua ribuan tahun lalu) telah menyalibkan manusia lama dan dosa kita di segala zaman. Dosa-dosa itu biarlah mati dan tak perlu dibangkitkan lagi. Keburukan itu tidak perlu berulang lagi sebab kita telah memiliki manusia baru di dalam tubuh kita yang dipenuhi kuasa Roh Kudus. Biarkan dosa, kejahatan dan keburukan mati dan tak pernah dibangkitkan lagi. Karena itu marilah sungguh-sungguh hidup menjadi hamba bagi Allah.