Jamita tu Minggu Reminiscere - Tanggal, 17 Pebruari 2008
Oleh : Pdt. Jansen Simanjuntak, STh
I. Pendahuluan
Untuk masyarakat Indonesia yang agraris, bercocoktanam atau bertani, tidak terlalu sukar membayangkan apa yang dimaksud dengan tuaian.
Tuaian adalah situasi tanaman yang sudah siap untuk dipanen, dan tentu pasti membutuhkan tenaga kerja untuk memanennya. Panen ada, karena jauh hari sebelumnya sudah ada proses produksi, antara lain : Pengolahan tanah, penyamaian benih/bibit, penanaman, penyiangan dan pemupukan. Semua rangkaian itu sama-sama membutuhkan tenaga kerja yang telaten untuk mengerjakannya. Namun dalam nats kita, perumpamaan berfokus pada tuaian dan penuainya.
II. Penjelasan
01. Perikop ini merupakan bagian dari Pengajaran dan pengutusan Yesus kepada Murid-muridNya (9 :35 – 11:1), dimana Yesus mengutus murid-muridNya agar sungguh-sungguh bekerja untuk Kerajaan Allah. Dalam rangka memperkenalkan Kerjaan Allah, Yesus lebih dahulu membekali para pengikutNya dan orang banyak di Sinagoge. Mengajari berarti agar manusia mampu melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kemudian Yesus memberitakan Kerjaan Allah (Kerusso) dalam arti apa yang telah Allah perbuat bagi manusia.
Pengajaran dan pemberitaan selalu kait-mengait (tidak dapat dipisahkan). Pengajaran dan pemberitaan itu adalah Yesus sendiri. Terakhir, Yesus memperkenalkan Kerajaan Allah lewat tanda-tanda mujizat. Ini dapat dilihat melalui peristiwa penyembuhan (therapio) bagi orang-orang sakit, orang lemah selalu dikuatkan. Semua itu Yesus lakukan, baik di kota mapun di desa dalam rangka agar kehidupan manusia semakin baik adanya. Perbuatan semacam itu lahir dari belas kasihan Yesus terlebih-lebih bagi orang yang lelah dan terlantar, karena ulah para pemimpin dan gembala yang kurang bertanggungjawab, tidak mau menunjukkan keseriusan bekerja, sehingga masyarakat/manusia banyak yang korban dan mengalami penderitaan/kesengsaraan. Banyak manusia yang tidak berdaya, lemah bahkan terlantar. Sungguh Yesus sangat responsife dan tanggap atas kejadian yang mereka alami.
Oleh : Pdt. Jansen Simanjuntak, STh
I. Pendahuluan
Untuk masyarakat Indonesia yang agraris, bercocoktanam atau bertani, tidak terlalu sukar membayangkan apa yang dimaksud dengan tuaian.
Tuaian adalah situasi tanaman yang sudah siap untuk dipanen, dan tentu pasti membutuhkan tenaga kerja untuk memanennya. Panen ada, karena jauh hari sebelumnya sudah ada proses produksi, antara lain : Pengolahan tanah, penyamaian benih/bibit, penanaman, penyiangan dan pemupukan. Semua rangkaian itu sama-sama membutuhkan tenaga kerja yang telaten untuk mengerjakannya. Namun dalam nats kita, perumpamaan berfokus pada tuaian dan penuainya.
II. Penjelasan
01. Perikop ini merupakan bagian dari Pengajaran dan pengutusan Yesus kepada Murid-muridNya (9 :35 – 11:1), dimana Yesus mengutus murid-muridNya agar sungguh-sungguh bekerja untuk Kerajaan Allah. Dalam rangka memperkenalkan Kerjaan Allah, Yesus lebih dahulu membekali para pengikutNya dan orang banyak di Sinagoge. Mengajari berarti agar manusia mampu melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kemudian Yesus memberitakan Kerjaan Allah (Kerusso) dalam arti apa yang telah Allah perbuat bagi manusia.
Pengajaran dan pemberitaan selalu kait-mengait (tidak dapat dipisahkan). Pengajaran dan pemberitaan itu adalah Yesus sendiri. Terakhir, Yesus memperkenalkan Kerajaan Allah lewat tanda-tanda mujizat. Ini dapat dilihat melalui peristiwa penyembuhan (therapio) bagi orang-orang sakit, orang lemah selalu dikuatkan. Semua itu Yesus lakukan, baik di kota mapun di desa dalam rangka agar kehidupan manusia semakin baik adanya. Perbuatan semacam itu lahir dari belas kasihan Yesus terlebih-lebih bagi orang yang lelah dan terlantar, karena ulah para pemimpin dan gembala yang kurang bertanggungjawab, tidak mau menunjukkan keseriusan bekerja, sehingga masyarakat/manusia banyak yang korban dan mengalami penderitaan/kesengsaraan. Banyak manusia yang tidak berdaya, lemah bahkan terlantar. Sungguh Yesus sangat responsife dan tanggap atas kejadian yang mereka alami.
02. Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Mintalah Dia yang empunya tuaian, Supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Ketika disebut tuaian masih luas, sementara penuai sedikit, apa konteksnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bermasyarakat serta beragama kita di Indonesia? Sesungguhnya tuaian masih sangat luas. Luas dalam arti geografis juga dalam hal jenis. Memang kita mengakui sementara tenaga penuai yang siap bekerja dan berdedikasi tetap saja sedikit bahkan yang sedikit itupun seringkali menghadapi ancaman.
03. Memang selama ini kita sibuk melayani dan menciptakan berbagai bentuk pelayanan sesuai dengan perkembangan zaman, namun disisi lain kita sering mengabaikan/melupakan atau kurang berbicara dengan tuaian. Pada hal tujuan dan missi kita adalah unuk menuai. Pengutusan kita adalah untuk menuai, maka sepantasnyalah kita harus bermental penuai, rajin menuai. Nyanyian Kidung Kemaat No.428 berbunyi : “Lihatlah sekelilingmu, pandanglah ke ladang-ladang yang menguning dan sudah matang, sudah matang untuk dituai”. Nyanyian lahir dari pergumulan orang beriman, dimana Kerajaan Allah supaya benar-benar disebarluaskan. Nyanyian ini sangat menusuk hati untuk menyadarkan Gereja-gereja dengan semua orang percaya, khususnya para pekerja yang telah dipangil dan diutus. Kita sebagai Gereja yang telah dipanggil oleh Yesus untuk menjadi penuai, bukan hanya sebagai penabur, pemelihara dan pengurus ladang. Gereja tidak hanya suatu kumpulan di dalam Gereja untuk bersekutu, memecahkan roti perjamuan kudus, mengadakan festival koor dan mengikuti semua rapat-rapat, yang kadang kala hanya berkaitan dengan organisasi gerejanya. Akan tetapi HKI, sebagai salah satu gereja yang diutus Tuhan sudah saatnya sekarang ini berani memandang keluar, melihat kedaan sekelilingnya. Apa yang terjadi di sana? Padi sudah menguning dan sudah siap untuk dituai? Sekarang ini, tidak ada lagi waktu untuk mempersoalkan hal-hal yang tidak penting. Tidak ada lagi waktu untuk mempersoalkan kedudukan, prestise, apalagi membiarkan konflik yang berkepanjangan. Soalnya padi sudah menguning, dan telah siap untuk dituai. Kalau tidak, ada satu kesalahan dan dosa besar yaitu Gereja lalai, dan sama sekali tidak melihat tuaian itu.
04. Sekarang ini ada sasaran umum objek penginjilan besar di dunia modern ini. Paling tidak kita semua harus aktif dalam 2 dunia yang akan kita tuai, yaitu :
1. Dunia kemiskinan.
Gereja harus serius terhadap masalah kemiskinan yang terjadi sekarang ini diberbagai tempat khususnya di Negara yang sedang berkembang. Kalau kita ingin memenangkan dunia ini, kita harus berani memulai dari dunia orang miskin. Maka tujuan yang pertama adalah “orag miskin”.
2. Dunia anak-anak.
Banyak sekarang anak-anak yang hancur secara phisik, emosi, psikis dan spiritual. Mereka stress karena berbagai faktor kemiskinan dengan terpaksa harus ikut berkerja mencari nafkah walaupun masih dibawah umur.
Kita lihat di kota dan dipersimpangan jalan raya, banyak anak-anak yang bekerja sebagai tukang semir, pengamen, penjual Koran, pemulung, dan lain-lain. Dan yang sangat memprihatinkan adalah terjadinya pelecehan seksual terhadap anak-anak dan juga perdagangan anak. Karena itu semua pelayan dan jemaat perlu dengan sungguh-sungguh berdoa agar Tuhan mengirimkan hamba-hambaNya yang berjiwa penuai untuk mencari jiwa-jiwa untuk diselamtkan. Kita semua perlu berdoa untuk membentuk Tim pendoa syafaat untuk tujuan penuai, supaya terus- menerus muncul pekerja-pekerja baru di jemaatNya menjadi timNya yang mau dimobilisasi masuk dalam tuaian itu. Maka segenap pelayan di HKI akan mengaminkan “Than, ini aku, utuslah kami semua untuk menuai”. Amin.
1. Dunia kemiskinan.
Gereja harus serius terhadap masalah kemiskinan yang terjadi sekarang ini diberbagai tempat khususnya di Negara yang sedang berkembang. Kalau kita ingin memenangkan dunia ini, kita harus berani memulai dari dunia orang miskin. Maka tujuan yang pertama adalah “orag miskin”.
2. Dunia anak-anak.
Banyak sekarang anak-anak yang hancur secara phisik, emosi, psikis dan spiritual. Mereka stress karena berbagai faktor kemiskinan dengan terpaksa harus ikut berkerja mencari nafkah walaupun masih dibawah umur.
Kita lihat di kota dan dipersimpangan jalan raya, banyak anak-anak yang bekerja sebagai tukang semir, pengamen, penjual Koran, pemulung, dan lain-lain. Dan yang sangat memprihatinkan adalah terjadinya pelecehan seksual terhadap anak-anak dan juga perdagangan anak. Karena itu semua pelayan dan jemaat perlu dengan sungguh-sungguh berdoa agar Tuhan mengirimkan hamba-hambaNya yang berjiwa penuai untuk mencari jiwa-jiwa untuk diselamtkan. Kita semua perlu berdoa untuk membentuk Tim pendoa syafaat untuk tujuan penuai, supaya terus- menerus muncul pekerja-pekerja baru di jemaatNya menjadi timNya yang mau dimobilisasi masuk dalam tuaian itu. Maka segenap pelayan di HKI akan mengaminkan “Than, ini aku, utuslah kami semua untuk menuai”. Amin.