Tuesday, September 28, 2010

Ev. 2 Timoteus 3: 1-7 (Minggu, 21 Oktober 2010: 21 Set Trinitatis)

Pengantar oleh Pdt. DR. Langsung Sitorus, MTh

Timotius adalah teman sekerja bahkan sering disebut-sebut sebagai murid Paulus. Ibunya seorang Yahudi dan Ayahnya Yunani. Sebelum bertobat sebagai pengikut Kristus dengan menjadi murid Paulus dapat diduga bahwa ibunya sanagat banyak memberi pengaruh kepada Timotius. Ini menjadi penting untuk diketahui para ibu dalam rumah tangga, peranan ibu sangat menentukan masa depan keagamaan anak-anak. Perlu diwaspadai agar jangan terjadi fungsi ibu digantikan oleh orang lain yang tidak beriman. Timotius bersedia menjadi pengikut Paulus pada waktu dirinya masih lajang atau pemuda. Mulanya Timotius hanya sebagai sebagai pemikul barang, namun oleh kemauannya dan dia memanfaatkan waktunya bersama Paulus untuk mengisi dirinya dan meletakkan dirinya sebagai orang kepercayaan Paulus meskipun dia sendiri belum mengetahui tentang Kristus. Dari pengalaman bersama Paulus dia menyerahkan dirinya untuk pekerjaan Injil dan berkerja dengan tekun dan keras. Sebagai pekerja, Timoteus tidak memiliki gaji sama seperti Paulus.


Mereka mencari nafkah sendiri, jika Paulus bertenun dia ikut membantu dan jam kerjanya bersama Paulus sering dipakai sembari jam belajar. Bisa jadi pola Paulus kepada Timotius berasal dari yang dialami Paulus ketika menjadi murid Gamaliel yang pada masanya tradisi hukum lisan masih sangat kental. Timotius menjadi seorang teolog bukan dari fakultas teologia yang formal sama seperti Paulus yang merupakan murid dari Gamaliel cucu dari Hillel. Setelah diisi dengan luarbiasa tentang kesaksian Kristus, akhirnya Paulus mempercayainya sebagai utusan dan menggembalai jemaat, menahbiskan Penatua; dll. Itulah buah dari pendidikan non formal yang dialaminya bersama Paulus. Timotius merupakan murid yang melekat dengan gurunya dan belajar dengan sungguh-sungguh. Sudah seharusnya demikian dengan para pelayan di gereja baik pendeta dan parhalado agar melekat dan belajar dengan sungguh-sungguh kepada Kristus. Pergumulan kita semakin berat, maka tidak boleh menyerah meskipun derita berkepanjangan yang oleh Paulus digambarkan kepada Timoteus sebagai gelombang kehidupan.

Oleh Paulus disampaikannya dalam ayat 1 mengenai hari-hari yang sukar dan akan datangnya masa yang sukar, hal ini mau menggambarkan kepada kita mengenai:


Hari-hari terakhir. Menggambarkan hari-hari terakhir kita (pribadi maupun kelompok); akhir dari masa jabatan; berangkat dari kondisi gereja sekarang ini, bisa merujuk pada hari-hari akan lenyapnya gereja, semoga HKI tidak tergerus; dan bisa menggambarkan datangnya akhir zaman. Bagaimana kita menyikapinya? Kita diajak untuk lebih banyak menjadikan diri sebagai teladan yang baik untuk banyak orang. Kita disadarkan dan harus berpikir bahwa apa yang kita lakukan dalam setiap hari pekerjaan kita adalah sebagai hari terakhir dalam hidup kita. Hari-hari bekerja kita adalah hari terakhir kita dapar berbuat, jangan beranggapan ada hari esok. Artinya, dalam pekerjaan kita melayani bukan semakin sedikit tantangan yang berat dan luarbiasa, baik dari dalam maupun dari luar pelayanan. Bahkan tantangan yang lebih berat datang dari lingkungan umat Tuhan sendiri. Mengapa bisa muncul? Karena pengaruh perkembangan jiwa, perilaku dan moral manusia (bnd. Filipi 1:15); dan Karena kita sebagai pemberita injil dan umat Tuhan kurang konsisten dalam menjalankan ajaran Kristus, sehingga orang melihat bukan peningkatan melainkan degradasi moral di lingkungan gereja. Maka, untuk menyikapinya kondisi di atas dibutuhkan teladan sebagai jawabannya (bnd. Filipi 3:17).


Masa yang sukar. Menggambarkan kepada kita hari kesusahan dimana kelakuan hidup manusia condong untuk hidup menggagalkan pekerjaan Tuhan. Dalam 2 Timotius 4:2, ada perintah bagi kita untuk mengkabarkan Injil pada waktu dan kondisi baik atau tidak baik sekalipun. Pada kondisi apapun, kita harus siap untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan. Paulus menggambarkan perilaku-perilaku yang membuat sukar untuk mengikuti Allah. Misalnya, gaji; kekompakan; keadaan politik bangsa; munculnya ekstrimisasi anti Kristen; dan yang semakin memperberat adalah kelangkaan SDM yang dapat diandalkan dan orang sulit mempercayai kita, kondisi seperti ini juga menjadi faktor pendorong menggagalkan pekerjaan Tuhan. Kesukaran-kesukaran ini masih bisa lebih mudah diatasi dari kesukaran-kesukaran yang ditimbulkan dari sikap manusia sendiri seperti yang digambarkan Paulus dalam nats ini: Cinta diri, Hamba uang, Pembual, Penyombong, Pemfitnah, Pemberontak pada orangtua, Garang, Yang tidak berterima kasih, Tidak peduli orang lain, Tidak mengasihi, Tidak mau berdamai, Suka menjelek-jelekkan, Tidak dapat mengekang diri, Suka menghianati, Tidak berpikir panjang, Berlagak tahu, Menuruti hawa nafsu, Ibadah kosong, Orang yang gemar pelacuran dan Diajar tetapi tidak mengenenal kebenaran.


Apakah yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan dan membentuk karakter manusia yang disampaikan Paulus di atas agar menjadi pekerja-pekerja bagi Tuhan?


Bersama dengan pegawai dan pendeta yang hadir mendiskusikannya

  1. Mencintai diri sendiri menjadi mencintai orang lain seperti dirinya sendiri.
  2. Hamba uang menjadi Raja uang yaitu orang yang mampu mengontrol diri dan mengelola uang yang dimilikinya untuk pekerjaan Tuhan.
  3. Pembual menjadi pemberita yang benar. Karena seorang pembual sangat lihai dan mahir dalam menyampaikan berita-berita yang tidak benar, untuk itu kemahirannya dapat digunakan untuk mengabarkan Injil bagi banyak orang.
  4. Penyombong menjadi Rendah hati yaitu orang yang bangga terhadap keadaan dirinya, status, pekerjaan, tentang latarbelakang diri yang dimilikinya. Bangga berbeda dan berlawanan dengan sombong; bangga merupakan kesukaannya yang akan diberitakan, tetapi kalau sombong memberitakan kelebihannya, bahkan kemudian menjengkali orang lain.
  5. Pemfitnah menjadi Parroha pangoluhon; yang selalu mengarahkan orang lain untuk hidup baik.
  6. Pemberontak pada orangtua menjadi menghormati orangtua bukan patuh kepada orangtua. Jika anak hormat bukan patuh, maka anak dan orangtua sebagai teman sekerja di dalam Tuhan dan menjadi orang Kristen yang dewasa (pasangaphon natoras). Dalam bahasa ibrani di pakai kata (YIR-AW) yang artinya, bisa Hormat, menghormati dan dengan hormat. Menurut Erik Foorm kalau kita menghormati seseorang berarti kita sangat mengenal orang itu. Seorang anak akan dengan iklas dan penuh kasih melakukan arahan baik dari orangtuanya tanpa adanya unsur paksaan atau karena rasa takut.
  7. Tidak tahu berterima kasih menjadi orang yang senantiasa bersyukur. Misalnya, Kantor Pusat HKI merupakan bagian dari Tubuh Kritus, kita yang ada disini dengan memberikan nilai kerja yang terbaik untuk membuat sehat tubuh yang diluarnya maka itu adalah bentuk ucapan syukur kita bagi Tuhan.
  8. Tidak peduli agama dengan tidak peduli kepada Tuhan itu berbeda. Menjadi peduli kepada Tuhan saat sekarang ini adalah langka, karena banyak agama yang sudah menjadi racun bagi pemeluknya. Maka, kita harus mengarahkannya menjadi orang yang peduli agama dan Tuhan. Untuk itu, agama harus menjadi media menyehatkan hubungan manusia dengan Tuhan. Agama harus mendorong manusia untuk peduli kepada kehidupan, dengan begitu dia akan mencintai Tuhan.
  9. Orang yang tidak mengasihi menjadi seorang yang solidaritasnya tinggi terhadap orang yang membutuhkan dan tertindas karena hak-haknya dirampas oleh ketidakadilan.
  10. Orang yang tidak mau berdamai menjadi pembawa damai. Ingatlah bahwa selagi manusia hidup maka perlu memperbaiki diri, jika sudah mati tidak perlu tindakan yang sama. Maka, fokuslah pada kehidupan yang saat sekarang ini dengan berdamai terhadap sesama, alam dan Tuhan.
  11. Suka menjelekkan menjadi orang yang tahu memuji orang lain dan dari yang berpikir negatif menjadi berpikir positif.
  12. Orang yang tidak dapat mengekang diri menjadi yang dapat menguasai dan mengendalikan diri.
  13. Garang artinya berani melakukan yang jahat tanpa pikir panjang menjadi berani melakukan yang baik.
  14. Tidak suka yang baik menjadi Pelaku kebaikan.
  15. Suka menghianati artinya tidak setia kepada janjinya menjadi setia kepada janjinya sendiri baik janji terhadap dirinya sendiri dan oranglain, terlebih terhadap Tuhan.
  16. Tidak berpikir panjang menjadi orang yang berpikir mendalam, terencana dan berencana.
  17. Berlagak tahu menjadi orang yang benar-benar tahu dan bertanggungjawab.
  18. Menuruti hawa nafsu. Hawa nafsu adalah berkat dari Tuhan maka harus dipersembahkan kepada Tuhan. Untuk itu harus diarahkan menjadi orang yang menggunakan hawa nafsunya untuk menuruti Tuhan dengan mempersembahkan fungsi nafsu dalam diri. Misalnya tidak perlu melakukan pelacuran suci untuk menyembah Tuhan atau membunuh dan melakukan tindakan kekerasan terhadap sesama untuk membela Tuhan.
  19. Ibadah kosong. Hidup adalah ibadah, tidak hanya seremonial yang rutin diikuti. Oleh Martin Luther dikatakan hidupmu adalah ibadah mu bagi Tuhan (bahasa Ibrani ibadah yakni abodah yang artinya pekerjaan). Maka, jadikanlah setiap pekerjaan kita menjadi ibadah yang bernilai bagi Tuhan. Dengan memberikan yang terbaik bagi setiap pekerjaan yang kita lakukan setiap hari.
  20. Orang yang gemar pelacuran menjadi orang yang mau menginjili dalam ”dunia gelap”.
  21. Orang yang diajar tetapi tidak mengenal kebenaran, biasanya adalah orang yang bebal hatinya dimana yang diperolehnya tidak berguna bagi orang lain menjadi pengajaran yang membangun. Diarahkan menjadi orang yang mau belajar untuk mengajar.

Dalam ayat ke 5, pesan Paulus adalah agar kita menjahui. Dapat dimengerti tujuannya adalah agar kita tidak terkontaminasi oleh karakter orang-orang yang dapat menggagalkan pekerjaan Tuhan yang ada pada kita. Akan tetapi, tugas dan tanggungjawab kita lebih dari sekedar menjahui mereka, tetapi mengubah mereka. Ingat, tidak terkontaminasi dan mengubahkan. Amin. (yph)


(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Ephorus/Bishop HKI)