Monday, September 13, 2010

Ev. Amsal 23: 22-26 (Minggu, 19 September 2010: 16 Set Trinitatis)

Sungguh berharga suatu nasehat yang disampaikan kepada kita oleh siapapun orangnya. Sebab nasehat yang kita dengarkan, terlebih berasal dari orangtua adalah sebagai landasan atau dasar bagi kita untuk menjalani kehidupan, dan setiap yang mengabaikan nasehat pasti akan mengalami kesulitan dalam menjalani hidupnya. Sebab, nasehat yang sampai kepada kita tidak lah disampaikan begitu saja keluar dari mulut atau menjadi perkataan yang tidak memiliki arti, melainkan sebuah nasehat keluar dari orang yang lebih bijaksana dari kita. Mengapa nasehat menjadi penting dan dalam nats dingatkan kepada kita untuk memperhatikannya? Ada beberapa hal yang ingin disampaikan Salomo dalam nasehatnya:


Pertama, apa yang keluar dari mulut kita sudah menjadi milik orang lain. Demikian misalnya orangtua terhadap anak-anaknya, setiap hal yang diucapkan oleh orangtua kepada anak, maka akan menjadi milik anak dan kemudian akan menjadi penilaiannya bagi dirinya sendiri, lingkungannya dan juga terhadap keluarganya. Oleh karena itu, kepada kita diingatkan agar tidak sembarangan mengeluarkan perkataan terhadap orang lain, sebab segala yang telah kita keluarkan tidak akan dapat dikembalikan ke dalam mulut yang kita gunakan untuk mengeluarkannya karena sudah menjadi milik oranglain yang mendengarkannya. Disaat kita mengeluarkan kata-kata yang tidak baik dan tidak membangun, atau sebaliknya maka akan digunakan untuk menilai kualitas diri dan hidup kita. Orangtua manapun tidak akan menginginkan kehidupan yang tidak baik terjadi dalam kehidupan anak-anaknya. Oleh sebab itu, orangtua selalu akan memberikan nasehat yang bermanfaat baik bagi kehidupan anak-anaknya. Inilah alasan Salomo menuliskan nasehatnya (ayat 22) agar kita mendengarkan dan bahkan tidak menghina nasehat dari orangtua kita. Sebab nasehat orangtua akan menjadi petunjuk dan bintang kejora yang akan menuntun langkah kita untuk memperoleh hidup yang baik. Jika, selama ini kita mengabaikan nasehat yang sampai pada kita, maka jangan kuatir masih ada waktu untuk memperbaikinya. Berubahlah dan menjadi lebih baik. Misalnya saja, salah satu kelemahan orang batak di antaranya adalah sulitnya untuk mendengarkan nasehat dari orang lain, bahkan sekalipun orangtuanya. Indikasinya adalah tidak jarangnya ditemui orang-orang batak yang telah berhasil kemudian melupakan bona pasogitnya. Perlu kita ingat bahwa apa yang menjadi milik kita saat ini, adalah tidak semata-mata oleh karena usaha kita sendiri, melainkan berkat doa dan kerja keras dari orangtua kita yang telah memberikan bekal hidup bagi kita. Maka, ingatlah nasehat dari orangtua.

Kedua,
pada ayat selanjutnya, (ayat 24 ff) juga dingatkan kepada kita untuk menjaga nilai-nilai kebenaran, hikmat, didikan dan pengertian. Bahkan oleh Salomo kita dinasehatkan untuk membelinya, jika perlu. Bukan malah menjualnya, atau membiarkannya lenyap dari kehidupan kita.
Banyak sekarang ini, manusia menjual kebenaran oleh karena dorongan kepentingan dan arogansi semata. Sehingga kemudian mengabaikan hikmat, didikan dan pengertian dari orang-orang di sekitarnya. Khususnya, di tengah-tengah lingkup pekerjaan, misalnya di kantor pusat HKI, kita sebagai para pekerja dan pelayan yang ada agar mau mengingat nasehat Salomo ini dalam menjalankan tugas sehari-hari kita. Kita harus mengupayakan agar suasana kantor kita menjadi berkat bagi setiap orang yang datang dan khususnya kita yang setiap hari bertemu. Suasana penuh sapa dan senyum satu dengan yang lain, saling menopang dan bergandengan tangan untuk bekerja bagi Huria Tuhan. Sebab, apa yang kita kerjakan adalah bukan untuk pimpinan, melainkan untuk Tuhan yang memiliki pekerjaan ini. Kita hanya sebagai pekerja-pekerja yang dipercayakanNya untuk mengerjakan pekerjaanNYa lewat HuriaNya HKI. Kita harus berani mengatakan bahwa kuasa Iblis tidak akan menguasai pekerjaan kita di kantor ini dan di dalam Yesus lewat terangNya akan memberkati kehidupan kita dan seluruh warga dan pelayan HKI dimanapun berada. Untuk itu, mari berikanlah hati dan pikiran bersama untuk menata apa yang kurang dan perlu dibenahi dalam kebersamaan kita di kantor. Pekerjaan yang kita lakukan adalah pekerjaan Tuhan, dan kita dipakai untuk menjadi pekerja-pekerjaNya, sebab Allah akan mengasihi setiap orang yang dengan sungguh-sungguh mengasihiNya dengan memberikan yang terbaik dari setiap tugas pekerjaan yang diberikanNya.


Ketiga, open your mind, mari buka pikiran kita, buka mata, lihat sekeliling, apa yang perlu kita benahi dan saling memperhatikan satu dengan yang lain, begitulah hendaknya persekutuan yang dirindukan Tuhan tercipta di antara kita. Amin.(yph)

(Bahan Renungan Kebaktian Pagi di kantor Pusat HKI yang dipimpin Sekjend HKI)